Sinta memasuki ruang kerja Elang, saat masuk di lihatnya anaknya sedang berkutat dengan laptop. Saking fokusnya sampai tak menyadari jika ibunya datang.
Sinta berjalan perlahan mendekati Elang yang sedang menyapa layar laptop."Elang." panggil Sinta lembut."Ya Bu ada apa?" Elang langsung menyahut tanpa melihat."Kau fokus sekali nak! kenapa tidak menyapa ibu?" ucap Sinta agar perhatian anaknya teralihkan."Maaf Bu, bukannya aku tidak ingin menyapa tapi memang aku sedang sibuk." akhirnya Elang menjawab sambil melihat."Kau ini Elang memang seperti almarhum ayahmu." Sinta berucap sambil duduk di depan meja Elang.Elang tak menjawab hanya mendesah pelan."Elang, apa kau sudah siap untuk memasuki perusahaan?". tanya Sinta menatap serius anaknya.Elang menghentikan aktifitasnya lalu menatap ibunya dengan serius pula."Iya Bu, aku siap. Aku juga kasihan jika tanggung jawab ini di pikul oleh Rey sendHafsa dan Melati menjadi gugup saat di tanya seperti itu, lalu muncullah ide di otak Hafsa."Em.. kita ke rumah sakit dulu aku ingin menengok teman yang sedang sakit di sana." kata Hafsa menyikut lengan Melati."Iya ke rumah sakit." Melati membenarkan."Baik nona."Mereka pun menuju rumah sakit terdekat, awalnya Galang menanyakan rumah sakit mana tapi karena Hafsa dan Melati tadi hanya beralasan jadi dia juga asal menyebut nama rumah sakit nya.Dan sekarang mereka sampai di rumah sakit yang disebut Hafsa."Kau tunggu di sini yah tidak perlu masuk." ucap Hafsa pada Galang."Tunggu nona." Galang menahan sebelum mereka keluar."Ada apa?" tanya Hafsa gugup."Maaf nona jika saya lancang, apa nona tidak membawa apa-apa untuk teman nona.?" pertanyaan Galang membuat Hafsa dan Melati serasa menjadi orang yang bodoh.Mereka berdua saling pandang menyadari kebodohannya."Oh iya, aku lupa tapi nanti ki
Elang cemas sambil menyentuh perutnya, "Hah, perutku buncit."Saat di pegang ternyata buncit sedikit tapi tetap saja itu membuatnya cemas."Ini gara-gara kau, aku di suruh makan sisa mu." kata Elang menuding Hafsa."Kenapa kau menyalahkanku? kau juga yang mau kan." balas Hafsa sewot."Hah.. aku harus berolahraga malam ini." kata Elang kemudian."Malam-malam olahraga, kayak tidak ada besok saja." ujar Hafsa tidak mengerti jenis olahraga yang dimaksud Elang.Elang tersenyum miring, "Aku tidak ingin besok, aku ingin malam ini dan itu juga di lakukan bersamamu.""Aku tidak mau untuk apa aku olahraga malam lebih baik tidur." Hafsa masih belum menyadari."Olahraga ini selain menyehatkan juga sangat nikmat dan membuat ketagihan apalagi dengan suaranya." Elang berbisik dengan suara paraunya.Hafsa melongo baru menyadari ternyata olahraga yang di maksud adalah olahraga intim."Eh.. Kak Elang boleh tidak
"Apa kau masih tidak mengerti? apa kau bodoh? haruskah aku mengulangi kata-kata ku lagi." kata Elang tersenyum."Tapi kau mau denganku selamanya, kenapa?" tanya Hafsa karena untuk apa bersama selamanya jika tidak ada rasa cinta sama sekali."Kenapa kau bertanya?, tentu saja aku mau.""Tapi kenapa? bukannya kau tidak men..." Hafsa tidak melanjutkan ucapannya karena Elang telah meletakkan jari telunjuknya di bibir Hafsa."Apa kau ingin aku mengatakan sesuatu untukmu tentang cinta." ucap Elang dengan wajah yang sangat dekat.Hafsa hanya mengangguk dia sangat terpesona dengan ketampanan wajah suaminya."Apa kau mencintaiku?" Elang malah bertanya pada Hafsa yang sudah pasti tau jawabannya."Iya, aku mencintaimu dan kau?""Aku juga... " Elang malah menjeda ucapannya dan membuat Hafsa penasaran."Kau tidak sabar sekali."Hafsa mendesah merasa kesal karena Elang malah mengerjainya.Elang terke
"Kamar kita, akan aku tunjukkan." ucap Elang dengan melepas jaketnya juga kaosnya.Lalu terpampang lah tubuh bagian atas yang sempurna, menampakkan otot perut yang seperti roti sobek membuat Hafsa sampai menahan air liurnya."Kenapa?, kau tergoda" tanya Elang tersenyum sambil berjalan perlahan mendekati Hafsa."Eh...!" Hafsa bingung ingin menjawab apa tapi tangannya malah bergerak menyentuh dada bidang Elang sampai ke perut sixpack Elang.Tentu saja hal itu membuat darah Elang berdesir menciptakan hasrat yang tak terbendung karena Hafsa melakukannya secara pelan dan lembut."Apa kau suka sayang?" ucap Elang dengan suara parau nya."Iya, aku suka.""Apa kau ingin menyentuh juga bagian yang lain." ucapnya sambil membuka caci dan resleting celananya."Apa?" Hafsa ikut terbawa suasana dan menurut saja apa yang di katakan Elang."Aku akan menuntun mu." lalu Elang membawa tangan Hafsa masuk kedalam celana Ela
"Ibu. Kenapa kau bisa ada di sini?" tanya Rey begitu melihat ibu nya yang bernama Mala."Ibu sudah menduga kau ada disini, tidak ada di apartemen jadi ibu langsung saja ke sini." jawab ibu santai."Tapi Bu, apa nyonya Sinta tau ibu ke sini?" tanya Rey lagi."Tentu saja dia tau, apa yang tidak dia ketahui tentang di rumah ini." ucapnya tersenyum kecil.Rey lupa bahwa ini rumah majikannya tentu saja dia tau walau dia ada di ujung dunia sekalipun."Jadi... kau telah menyembunyikan sesuatu dari ibu yah!" ucap Mala bersedekap dada sambil melihat Melati."Apa yang aku sembunyikan? tidak ada." jawab Rey tidak mengerti. Melati jadi ikut-ikutan menatap Rey penuh selidik."Kau menyembunyikan calon menantuku, dasar kaku." ucap Mala spontan menjitak kepala Rey membuat Melati menahan tawa nya."Ya ampun Bu, kenapa aku masih di jitak? aku sudah besar." kata Rey terlihat malu."Bagiku kau masih kecil." jawab ibu nya k
Melati sampai ternganga melihat gaun-gaun yang berderet sempurna menampakkan keindahan yang nyata. Dari dia masuk butik sampai ke ruangan ini matanya terus berbinar rasanya ingin sekali dia memiliki gaun-gaun yang indah di lemarinya."Nah sepertinya ini cocok denganmu!." pria itu memberikan gaun panjang dengan belahan di dada jika di pakai pasti akan sangat terlihat."Tidak, dia tidak cocok. Ganti." melihat itu Rey langsung menolak. Melati hanya nurut saja."Em.. baiklah bagaimana kalau di coba dulu yang aku pilih baru kau bisa menentukan yang cocok untuknya." pria itu memberi saran yang masuk akal."Baiklah terserah padamu." jawab Rey datar."Baiklah aku akan memilihkan 5 gaun yang boleh di coba." kemudian pria itu memilihkan 5 gaun untuk Melati, dia memilih gaun yang pasti akan disukai Rey."Sudah, ayo masuk!""Tunggu." Rey menyela saat Melati ingin mengikuti."Ada apa?" tanya Melati."Siapa yang akan
"Tuan tunggu, kenapa menarik ku?." Melati melepaskan cekalan dari tangan Rey saat di luar."Jadi kau lebih ingin terus di goda oleh mereka." kata Rey ada benarnya."Em.. tidak juga." jawab Melati cengengesan."Tapi tuan, kau kan belum mencoba baju nya." kata Melati menghentikan langkah Rey yang ingin masuk mobil."Aku tidak perlu mencoba, memakai baju apapun aku tetap tampan." ucap Rey memuji diri sendiri."Hihh.. sombongnya, tapi memang iya sih!."Rey hanya tersenyum tipis, kemudian memasuki mobil."Eh! tunggu aku belum selesai bicara." Melati ikut masuk mobil tapi malah duduk di belakang membuat Rey kesal."Hey, kenapa kau malah duduk di belakang memangnya aku supirmu." ujar Rey kesal."Tuan nih bagaimana sih, kau kan memang supir kan kau yang mengemudi." jawab Melati polos.Rey menahan kesal sampai hidungnya kembang kempis, gadis ini membuat kesal namun membuat rindu juga."Melati,
"Sayang, kau masak apa?" tanya Elang tangannya sambil melingkar di perut istrinya."Eh! Kak Elang sudah bangun, ini aku lagi masak nasi goreng seafood." jawab Hafsa sambil mengaduk."Hem.. dari aromanya sepertinya enak tapi... lebih enak dirimu di atas ranjang." balas nya menggombal."Ih.. kak Elang pagi-pagi sudah guyon, sayangnya aku lapar." kata Hafsa bergurau.Dia pun mematikan kompor karena sudah matang dan berbalik menatap suaminya yang tampan."Kau sudah mandi?." tanya Hafsa menghirup aroma segar di tubuh Elang."Aku memang sudah mandi tapi melihat dirimu aku jadi ingin mandi lagi." ucap Elang, tangannya sambil bergerilya kemana-mana."Kak geli." kata Hafsa mencekal tangan Elang.Tapi bibir Elang yang kini mencium leher jenjang Hafsa."Kak emm..." Elang malah mencium lembut bibir yang membuatnya candu itu.Jadilah mereka berciuman di siang hari dengan syahdu."Kak Elang sudah ka