Disaat hati sedang gelisah hanya orang tersayang yang ada di benak kita dimana pun dia berada, seperti sekarang Hafsa selalu larut dalam memikirkan Elang dia benar-benar sangat merindukan lelaki itu namun ada lagi yang paling dia pikirkan yaitu keberadaan Melati.
Apakah benar itu Melati? saat sedang berfikir tiba-tiba pintu terbuka membuat dia terlonjak kaget."Satria." ternyata yang masuk Satria dengan membawa nampan yang berisi makan dan minum."Hafsa, makanlah." ucap Satria dia mengambil kursi dan duduk di hadapan Hafsa."Iya." Hafsa menerimanya, namun belum langsung ia makan karena Satria masih di situ."Kenapa tidak kau makan?" tanya Satria."Kenapa kau juga masih di sini?" Hafsa malah balik bertanya membuat Satria menghela nafas sambil bersandar."Aku hanya ingin memastikan makanan itu masuk kedalam perutmu." kata Satria dengan tersenyum."Apa kau tidak percaya aku tidak akan memakannya." ujar Hafsa menantElang memutuskan untuk keluar dari rumah sakit secepatnya dia tidak sabar ingin memberikan hukuman pada orang yang menyamar menjadi istrinya.Pintu gerbang terbuka lebar, Elang pulang bersama supir karena Rey sedang menjalankan tugas jadi Rey tidak ikut pulang bersama Elang.Didepan pintu utama Elang sudah disambut dengan Sinta, Sesil yang masih menyerupai Hafsa kepala pelayan berikut para pelayan dan para pengawal.Mereka ingin menyambut bahagia kedatangan tuan muda yang sekarang sudah bisa melihat."Selamat datang tuan muda." sambut para semua orang dengan ramah.Elang hanya mengangguk, berjalan mendekati Sesil."Apa kau merindukanku?" tanya Elang dengan suara baritonnya, wajahnya yang semakin tampan iya condongkan pada Sesil yang membuat gadis itu tersenyum sumringah.Begitu pula Sinta yang bahagia karena anaknya tidak lagi menyueki istrinya akhir-akhir ini."Emm.. iya." jawab Sesil menunduk malu diikuti pula pelayan perempuan lain yang menden
Begitu Elang mendapat kabar dari Rey, dia langsung meluncur ke lokasi saat menuruni tangga Elang di cegat oleh ibunya Sinta."Elang ada apa? kau mau kemana?" tanya Sinta bingung setelah tadi dia melihat Rahma dan Sesil di bawa oleh beberapa pengawal."Nanti aku ceritakan Bu, sekarang aku sedang buru-buru." jawab Elang namun tak bisa menceritakan tujuannya."Elang sedikitlah cerita pada ibu." desak Sinta sambil mengikuti Elang.Elang berhenti kemudian berkata, "Aku yakin ibu sudah tau."Setelah berkata seperti itu Elang langsung pergi meninggalkan Sinta yang terdiam. Lalu kepala pelayan datang menghampiri."Nyonya, apakah mereka hanya dipenjara? apa kita perlu hukuman lainnya?". tanya bi Rum mereka itu tertuju pada Rahma dan Sesil."Mereka tidak berbahaya, mereka hanya pengganggu jadi turuti perintah anakku." ucap Sinta tenang namun mengintimidasi."Lalu apakah kita harus mengikutinya?" tanya bi Rum."Ti
Di kamar Hafsa dia sedang berdiri mondar mandir perasaan nya mendadak gelisah dia juga selalu memikirkan Elang dan seperti merasakan kehadirannya, lalu tiba-tiba pintu kamarnya di buka oleh Satria dengan secara serampangan.Satria berjalan dengan tergesa mendekati Hafsa lalu langsung meraih tangannya dan membawanya keluar."Satria, mau kemana?" tanya Hafsa saat dirinya di tarik keluar."Kau ikut aku." jawab Satria dia harus segera membawa Hafsa pergi sebelum Elang menemukannya."Aku tidak mau Satria aku mau pulang aku ingin bertemu suamiku." kata Hafsa memberontak tapi Satria tidak mempedulikannya.Diluar sana anak buah Satria dan Elang terus beradu demi membantu tuan mereka, Rey kembali kepada Elang setelah berhasil menyelamatkan Melati."Tuan disini." Rey mengarahkan ruangan dimana disitu ada Hafsa namun sepertinya terlambat.Elang masuk saja karena tidak tau, setelah masuk ternyata kosong istrinya sudah di bawa pergi.
"Kau benar-benar licik." ucap Elang penuh penekanan.Dewi tertawa terbahak-bahak, "Sekarang kau sudah tau jadi lebih baik kau sekarang tanda tangani ini." Dewi kembali ke mode bengis saat menyerahkan pulpen sedangkan Satria hanya diam saja tidak tau harus berbuat apa."Jika aku tidak mau, apa yang akan kau lakukan?". Elang malah bertanya yang jawabannya pasti sudah tau.Dewi tersenyum sinis, "Mudah saja, istrimu yang cantik dan manis ini mungkin kulitnya yang halus ini akan terkoyak oleh pisau ini." balas Dewi santai tangannya sambil memperagakan pisau yang diasah.Semua bingung apa yang harus di lakukan karena disini Hafsa dalam bahaya meski mereka bisa saja melawan.Sedangkan Hafsa tentu saja ketakutan dirinya sudah banjir keringat dan terus saja berdoa dalam hati. Bagaimana tidak? Hafsa ditodong pistol dan pisau yang kapan saja akan melayang kearahnya."Ayolah sayang, apa kau mau melihat darah istrimu menetes? atau... kau mema
Dorr...SatriaYa pistol itu terkena Satria bukan Hafsa karena Satria mengorbankan diri disaat semuanya lengah dia melihat ibunya ingin menembak seseorang dan setelah melihat siapa yang dituju Satria langsung berlari kearahnya alhasil Satria lah yang kena tembakan itu.Semua terkejut apalagi Hafsa dia juga tidak menyangka Satria mau mengorbankan nyawanya."Satria.." ucap Hafsa meluruh kearah Satria yang jatuh dibawahnya.Darah mengalir dibalik kemeja putihnya.Dewi membuang pistolnya dia terdiam ketika melihat anaknya mengorbankan diri kemudian tertawa."Dasar bodoh, sampai mati pun kau rela hanya untuk perempuan itu." ucap Dewi disela tawanya."Hahaha bodoh kau." lanjut Dewi dan yang lain merasa miris melihatnya."Bawa dia pak!" perintah Sinta pada polisi di situ."Baik Bu." Polisi kemudian mencekal kedua tangan Dewi dan membawanya.Dewi kali ini tidak memberontak dia malah tertawa.
Kini Elang dan Hafsa juga Sinta, Rey dan Melati memutuskan untuk pulang setelah melihat Satria dan kini Satria ditangani oleh anak buahnya.Lelah sekali perjalanan yang ditempuh mereka Elang satu mobil dengan Sinta dan Hafsa sedang Rey bersama Melati.Didalam mobil semuanya hanya diam tidak ada yang bicara menciptakan keheningan sesaat sebelum akhirnya Elang memulai pembicaraan."Bu, sejak kapan ibu tau semua ini dan tidak memberi tahukan aku?" tanya Elang pada ibunya disela-sela mengemudi."Untuk apa memberitahumu." jawab Sinta sangat santai.Elang berdecak mendapati jawaban ibunya yang sangat santai."Jika ibu sudah tau dari awal, kenapa ibu tidak melaporkan dari dulu?" Elang bertanya lagi karena rasa penasaran yang membuncah Hafsa disampingnya hanya bisa mendengarkan tanpa berkomentar karena menurutnya ini adalah urusan keluarga dia malah memainkan benda kecil yang menempel di tempat kaca mobil yang menarik baginya."
"Mau apa kak Elang?" tanya Hafsa terbata-bata, jantung pun berdegup tidak beraturan yang ada dipikirannya saat ini adalah tolong hentikanlah kami jangan sampai kami melakukan yang kami inginkan disini."Mau apa lagi jika sudah berdua." jawab Elang semakin tersenyum.oh tuhan tolonglah Elang jangan semakin tersenyum jantung Hafsa semakin berdegup kini keringat dingin menjalar kemana-mana apalagi kini tatapan Elang yang sudah bisa melihat menjurus ke matanya yang mampu menghiptonis dirinya untuk terpesona."Kau sudah bisa melihat." kata itu yang mampu keluar dari mulut Hafsa."Seperti yang kau lihat, dan seperti janjiku dulu aku tidak akan melihat siapapun sebelum melihat dirimu." kata Elang memang benar, meski dia diajak bicara dengan yang lain namun pandangannya tidak mengarah pada lawan bicaranya bahkan pada ibunya sekalipun."Benarkah, aku tidak percaya." jantung Hafsa yang berdegup mulai stabil karena pembicaraan yang sejalan.
Setelah mereka selesai mandi berdua, kini mereka sedang bersiap untuk makan malam.Elang sudah menyiapkan gaun indah untuk dikenakan Hafsa gaun yang sangat cocok dan cantik."Kau pakailah ini." Elang memberikan paper bag yang berisi gaun."Terimakasih." Hafsa menerimanya dan membukanya."Wah cantik sekali, tapi kita kan hanya mau makan malam saja kenapa harus pakai baju bagus seperti ini." kata Hafsa merasa Elang berlebihan."Kau tinggal memakai tidak perlu protes. Cepat pakai aku sudah lapar" jawaban Elang tentu saja membuat Hafsa cemberut."Mentang-mentang ini darimu huh.." Hafsa menggerutu namun tetap menuruti perintah Elang.Selagi Hafsa berganti pakaian dikamar mandi Elang juga berganti pakaian dengan jas mahal rambut yang disisir rapi serta parfum yang sangat maskulin sudah pasti para kaum hawa akan terpesona melihatnya karena Elang berdandan tampan sekali.Disisi lain Hafsa sedang mencoba gaun yang diberikan