Share

Kemarahan David

Author: Neng Reni
last update Last Updated: 2023-07-28 01:51:25

Davin jatuh kedalam kubangan air kotor, sang supir langsung berlari membantu tuannya berdiri. Windy tersenyum puas kini ia dan David impas, baginya semua makhluk di muka bumi ini derajatnya sama dimata tuhannyaentah kaya ataupun miskin.

"Akhirnya kita impas." ucap Windy tersenyum.

"Brengsek!" umpat David.

Windy langsung pergi meninggalkan David, dia berjalan dengan santainya meskipun bajunya kotor. David mengepalkan tangannya, wajahnya memerah menahan malunya karena banyak pasang mata yang menatap kearahnya.

"Tuan sebaiknya kita masuk, takutnya ada wartawan yang meliput." ucap supir bernama Udin.

David menuruti ucapan Udin, dia langsung melangkahkan kakinya masuk kedalam mobiknya dengan perasaan dongkol.

'Awas kau wanita sialan! akan ku balas semua perbuatanmu.' batin David.

Udin melihat lampu yang sudah berubah warna menjadi hijau, ia segera melajukan mobilnya menuju kediaman David. Di sepanjang perjalanan David terlihat memasang wajah dinginnya, ia ingin segera sampai ke rumahnya mengganti semua pakaiannya yang kotor karena ia paling risih melihat noda sekecil apapun di badannya.

"Kenapa kau mengendarai mobil seperti siput hah?! apa kau sudah bosan bekerja denganku! kau ingin ku pecat?!" bentak David.

"Ti-tidak tuan, ma-maafkan saya." ucap Udin ketakutan.

Udin menambahkan kecepatan mobilnya diatas rata-rata, David berpegangan dengan erat karena terkejut saat Udin yang langsung menambah kecepatannya tanpa berpikir panjang.

"Udin kau ingin aku mati hah?!" teriak David.

'Salah lagi' batin Udin.

"Maaf tuan." ucap Udin.

Udin mengurangi kecepatannya menjadi sedang, David memegang dadanya yang berdebar dengan jantung terasa ingin keluar dari tubuhnya akibat terlalu kaget.

Beberapa menit kemudian.

Mobil yang ditumpangi David sudah sampai di mansion, dia keluar dengan membanting pintu mobik dengan keras. David masuk ke dalam mansion dengan baju yang kotor, Katrina menatap David dari atas sampai bawah merasa heran melihat putranya semata wayangnya yang selalu bersih berubah menjadi kotor dan bau.

"Vid baju kamu kenapa? kamu kan kerja dikantor bukan jadi kuli bangunan? kok kotor gitu?" tanya Katrina beruntun.

"Aku mandi dulu." ucap David dingin.

Perasaan David masih di selimuti amarah, dia tak mau ibunya terkena imbasnya jadi dia lebih memilih tidak menjawab pertanyaan ibunya dan pergi ke kamarnya membersihkan tubuhnya.

"Kebiasaan tuh anak main tinggal aja." kesal Katrina.

Katrina memutuskan mencari Udin selaku supir David yang selalu mengantar Davud kemanapun anaknya pergi, rasa penasarannya sangatlah tinggi jika ia tidak mencari tahu maka ia tidak akan merasa tenang hidupnya.

"Udin." panggil Katrina.

"Iya nyonya, ada yang bisa saya bantu?" tanya Udin.

"Kamu pasti tahu kan kenapa baju David bisa sampai kayak gitu?" tanya Katrina.

"Oh itu, jadi begini ceritanya nyonya. Tadi pas kita mau pulang tuan bicara sama saya yang otomatis kalau tuan ngomong saya nengok kebelakang, nah pas saya nengok gak keliatan ada genangan air dan mobilnya blesek ke air terus nyiprat ke wajah perempuan yang lagi berdiri di pinggir jalan, eh dianya marah dong nyonya. perempuan itu ngejar mobil sambil mengetuk-ngetuk kaca sampai ke lampu merah, nah disana dia marah-marah terus tuan ngeluarin uang sebelum saya bilang minta maaf. Perempuan itu nolak uang dari tuan, dia ngelempar uang itu telan dihadapan tuan David alhasil tuan marah dan dia keluar dari mobil. Saya terkejut lihat perempuan itu dengan beraninya narik dasi tuan sam lap mukanya yang kotor pakai tangan tuan, gak sampai disitu nyonya karena tuan gak mau bilang maaf dia mendekat kearah tuan, tuan David mundur dan gak sadar ada genangan air kotor yang tidak jauh dari tempat dia berdiri alhasil dia terjatuh." jelas Udin dengan hebohnya.

Katrina tersentak mendengar cerita Udin, dia penasaran dengan perempuan yang berani melawan anaknya. Baru pertama kalinya ada orang yang tidak takut pada David, kebanyakan orang-orang pada ketakutan melihat David karena sikap dinginnya dan juga kemarahannya. tetapi kali ini berbeda ada satu orang dari sekian banyaknya manusia yang berani malawan David, Katrina akan mencari orang itu dia perlu mengapresiasi keberaniannya.

Sampai dirumahnya Windy menghela nafasnya panjang, langkah kakinya seakan terasa begitu berat melihat rumah yang seharusnya menjadi tempat ternyaman malah menjadi tempat terkutuk baginya.

Ceklek..

Vita, Tari dan juga Hamzah menatap kearah Windy yang datang dengan baju kotornya, mereka menatap tidak suka pada Windy.

"Kamu ini habis darimana sih? kok kotor begitu? lihat tuh kakak kamu dia selalu menjaga penampilannya gak kayak kamu." omel Tari.

"Kenapa sih kamu gak bisa kayak kakakmu? dia pintar, cantik, dan membanggakan orang tua, sedangkan kamu apa? bisanya bikin malu aja." timpal Hamzah.

"Udah ngomongnya?" tanya Windy.

"Kamu ini sama orang tua gak sopan ya!" bentak Tari.

Windy melengos meninggalkan orangtua dan kakaknya, sudah menjadi kebiasaan bagi Windy mendengar ucapan yang terlontar dari mulut kedua orangtuanya.

Brak..

Windy menutup pintunya dengan keras, emosi dan jengkel sudah berbaur menjadi satu. Di dalam kamarnya ia menangis meratapi nasibnya, Windy segera pergi ke kamar mandi membersihkan tubuhnya yang kotor.

"Gue udah muak, mending gue pergi aja dari rumah terkutuk ini." marah Windy.

Windy segera menyelesaikan ritual mandinya, dia bergegas keluar dari kamar mandi lalu memakai pakainannya. Selesai memakai pakaian ia mengambil tas yang berukuran besar, dia memasukkan semua pakainnya beserta surat-surat penting seperti ijazah, fotokopi kartu keluarga dan juga KTP nya untuk berjaga-jaga jika suatu saat ia ingin mancari pekerjaan lagi. Windy menyeret tasnya keluar dari dalam kamarnya, dia berlalu begitu saja tanpa berpamitan pada orangtuanya.

"Mau kemana kamu?" tanya Tari.

"Mau pergi dari rumah ini. Windy udah capek hidup bersama orang yang selalu membandingkan Windy, disini aku hanya dianggap benalu oleh kalian, jadi lebih baik aku pergi agar hidup kalian bahagia." jawab Windy.

"Yaudah kalau mau pergi, ya pergi aja gitu aja kok repot." sinis Vita.

"Seuai kata loe kak, gue bakalan pergi dan gak akan menginjakkan kaki gue dirumah ini lagi." ucap Windy dengan tegas.

"Windy, Win, Windy." panggil Hamzah.

"Udahlah pah, biarin aja emangnya dia pikir bisa hidup sendirian diluaran sana." ucap Tari mencegah Hamzah yang hendak mengejar Windy.

"Kamu ini gimana sih ma? Windy juga kan anak kita, papah khawatir kalau terjadi sesuatu sama dia." ucap Hamzah.

"Lebih tepatnya anak angkat." ucap Tari meralat perkataan Hamzah.

Hamzah pun terdiam mendengar ucapan Tari, Vita tersenyum puas saat Windy sudah pergi jauh dari rumahnya. Dia tidak suka keberadaan Windy karena kasih sayangnya terbagi, Vita selalu iri karena Windy selalu menjadi prioritas ayahnya sejak ia masih kecil karena kepintarannya kini ia bisa merubah keadaan menjadi terbalik.

'Bye-bye benalu' batin Vita.

Related chapters

  • Pengasuh Untuk Anakku Gibran   Bertemu kembali

    Windy menenteng tasnya mencari kontrakan untuk tempat tinggalnya, ia berjalan dengan gontai meratapi nasibnya dan menahab rasa sesak di dadanya yang terus menerus merasa terhimpit. "Kenapa nasibku seperti ini ya Allah?" keluh Windy. Saat berjalan menyusuri beberapa rumah Windy melihat tulisan 'Masih kosong kontrakan khusus wanita', Windy langsung saja masuk menanyakan siapa pemiliknya pada penghuni di sekitar kontrakan tersebut. "Permisi, kalau boleh tahu pemilik kontrakan ini dimana ya rumahnya?" tanya Windy pada seorang perempuan paruh baya."Oh itu, yang rumahnya warna kuning" jawab perembuan paruh baya tersebut. "Oh, Terimakasih bu." ucap Windy. Windy berjalan kearah rumah yang ditunjukkan, dia mengetuk pintu beberapa kali sehingga muncullah Wanita paruh baya dengan memakai kacamata diwajahnya. "Permisi, apakah benar ini yang punya kontrakan disini?" tanya Windy. "Betul neng, mau ngontrak disini?" tanyanya. "Emang satu bulannya berapa bu?" tanya Windy. "Satu bulannya 500

    Last Updated : 2023-07-29
  • Pengasuh Untuk Anakku Gibran   Gibran Kecelakaan

    "Hallo tuan, kita bertemu lagi ternyata dunia ini sempit yah." ucap Windy. "Daddy kenal dengan kak Windy?" tanya Gibran."Tidak." jawab David singkat. David menatap Windy dengan tatapan yang tak bisa diartikan, Windy sudah pasrah jika David memecat dirinya atas kejadian kemarin. "Kakak," panggil Gibran. "Iya adek ganteng? eh, maksudku tuan muda apa kau membutuhkan sesuatu?" tanya Windy. "Kakak boleh suapi aku?" tanya Gibran. "Gibran!" tekan David. David menatap tajam kearah Gibran, Windy bingung harus melakukan apa jika ia pergi seniornya pasti marah padanya, tapi jika dia stay di ruangan VIP rasanya sesak harus berhadapan dengan David. "Sorry dad." ucap Gibran menunduk. Gibran menundukkan kepalanya sedih, dia memakan makanannya yang kini langsung tak berselera. 'Daddy aku hanya ingin disuapi oleh kak Windy, aku senang bisa dekat dengannya dia baik seperti seorang ibu' batin Gibran."Kau kembali bekerja, dan ingat! urusan kita belum selesai." ucap David dingin."I-iya tuan."

    Last Updated : 2023-07-30
  • Pengasuh Untuk Anakku Gibran   Kecemasan David

    Prangg..Windy tak sengaja menjatuhkan piring yang sedang ia cuci, perasaannya gelisah tak menentu. Senior di restoran langsung berkacak pinggang dihadapan Windy, dia begitu kesal melihat kecerobohan Windy yang memecahkan piring mahal yang sedang di cucinya. "Kamu becus kerja gak sih?! lihat akibat ulahmu piringnya pecah, emangnya kamu sanggup buat menggantinya hah?!" sentak Devi."Maaf mbak, aku tidak sengaja memecahkannya." ucap Windy."Aku tidak mau tahu, kau harus mempertanggung jawabkan ulahmu ini dan mengganti rugi piringnya!" ucap Devi semakin meninggikan suaranya. Windy lantas membersihkan tangannya dikucuran air keran wastafel, dia mengatur nafasnya yang kini mulai tersulut emosi tak terima dibentak oleh Devi selaku senior di tempatnya bekerja. "Bisa gak sih kalau ngomong itu pake cara baik-baik? gue ngerti kok gausah pake nyolot segala, gue ngehargain loe karena loe senior disini, dan satu hal yang harus loe tahu! loe bukan pemilik restoran ini, dan ya tanpa loe suruh gue

    Last Updated : 2023-08-01
  • Pengasuh Untuk Anakku Gibran   Gibran siuman

    Selang beberapa jam kemudian. David menunggu Gibran tersadar dari pengaruh obat biusnya, dia memegang tangan putra semata wayangnya mencurahkan semua kasih sayang lewat sentuhan yang sangat jarang sekali ia lakukan. Gibran mulai menggerakkan matanya, perlahan matanya mulai terbuka lebar menyesuaikan cahaya yang masuk kedalam matanya."Boy, kau sadar." ucap David. "Da-ddy." panggil Gibran lemah. "Kau butuh sesuatu boy?" tanya David."A-air." ucap Gibran terbata.David mengambilkan segelas aie minum untuk Gibran, dia membantu anaknya untuk meminum minumannya menggunakan sendok."Jika ada yang sakit beritahu daddy." ucap David dingin. "Kakak." ucap Gibran. "Kakak? siapa yang kau panggil kakak?" tanya David bingung. "Tadi aku lihat kakak." jawab Gibran.Ceklek. Katrina dan Sean masuk kedalam ruang rawat Gibran, mereka langsung menghampiri cucu kesayangannya. "Cucu oma sudah sadar." ucap Katrina. "Kamu ini bikin opa khawatir boy." ucap Sean."Aauhhhh, ssshh." ringis Gibran. "Ya a

    Last Updated : 2023-08-03
  • Pengasuh Untuk Anakku Gibran   Mencari Windy

    Alan menjalankan mobilnya menuju restoran milik David, dia mencari manager restoran guna mempermudah ia dalam mencari seseorang yang dimaksud oleh Gibran. "Teguh." panggil Alan.Alan tak sengaja melihat Teguh yang sedang berkeliling mengecek sekeliling restoran. Teguh yang merasa dipanggil pun membalikkan badannya kearah Alan, dia segera menghampiri Alan yang memanggil namanya. "Ada apa Alan?" tanya Teguh. "Tolong panggilkan manager restoran kesini." ucap Alan. "Ada perlu apa kau pada Aksal?" tanya Teguh. "Si boss nyuruh gue nyari perempuan yang tadi ngelayanin dia, sekarang tuan muda kecelakaan terus nanyain perempuan itu makanya gue dateng lagi kesini." jawab Alan. "Waduh Gibran kecelakaan? sebentar, gue panggilin pelayan yang lain aja pastinya mereka tahu siapa perempuan yang loe cari." ucap Teguh. "Yaudah cepetan." ucap Alan.Teguh pergi kebagian dapur dimana para pelayan berkumpul, dia memanggil salah satu pelayan untuk menghadap padanya."Devi." panggil teguh. Devi yang

    Last Updated : 2023-08-04
  • Pengasuh Untuk Anakku Gibran   Hasil pencarian

    Alan menatap foto yang tertera dalam biodata Windy, dia mencoba mengingat wajah Windy agar mempermudah ia dalam pencariannya. "Ada-ada aja nih tuan muda, biasanya kan dia paling anti sama orang baru? lah ini kenapa tiba-tiba pengen ketemu sama cewek ini?" heran Alan. Kruuukkk..Perut Alan sudah memberikan sinyal pertanda lapar, ia melihat kanan kiri jalanan mencari tempat makan, Alan tipikal orang yang tidak pilih-pilih makanan, menurutnya dimanapun ia makan selagi tidak beracun ia pasti akan memakannya. "Nah, itu ada warteg, makan dulu ah." ucap Alan. Alan menepikan mobilnya tepat di depan sebuah warteg, dia membuka pintu mobilnya keluar menuju warteg yang lumayan ramai pengunjung."Bu nasinya satu porsi. Lauknya kangkung, sambel, ikan asin, tempe sama kerupuk," ucap Alan pada pemilik warteg. "Minumnya air mineral, teh tawar, atau teh manis ?" tanya pemilik Warteg. "Teh manis bu." ucap Alan. "Silahkan duduk dulu, ditunggu ya pesanannya." ucap pemilik warteg dengan ramah. Ala

    Last Updated : 2023-08-08
  • Pengasuh Untuk Anakku Gibran   Mengantar Gibran ke sekolah

    Gibran Mahesa, seorang anak kecil berusia 7 tahun mengidap penyakit Alopecia sejak ia berumur 4 tahun karena autoimun. Gibran kini duduk di bangku sekolah dasar internasional, teman satu kelasnya sering sekali membulinya karena rambutnya yang botak akibat penyakit yang di deritanya. Suatu hari, seperti biasanya ayah dari Gibran yang bernama David Giomani Mahesa mengantarnya ke sekolah. David adalah seorang single parents karena ia telah berpisah dengan istrinya sejak Gibran berusia 1 tahun, istrinya lebih memilih mengejar mimpinya dan pergi bersama selingkuhannya dibandingkan hidup dengan keluarga kecilnya. "Gibran, ayo nanti kamu kesiangan." ucap David datar. "Iya dad." sahut Gibran.Gibran duduk di belakang tepat disamping ayahnya yang selalu sibuk dengan tabletnya, supir menjalankan mobilnya meninggalkan rumah mewah milik David menuju sekolah Gibran. Di sepanjang perjalanan tidak ada yang bersuara, David adalah tipikal orang yang dingin dan tegas jadi jarang sekali ia berbicara

    Last Updated : 2023-07-25
  • Pengasuh Untuk Anakku Gibran   Bertemu Windy

    Gibran dan Windy memegang es krim ditangannya masing-masing, Gibran memesan es krim rasa cekelat, sedangkan Windy ia memesan es krim rasa Vanilla. "Terimakasih kak, kau sudah mentraktirku es krim." ucap Gibran. "Sama-sama adek ganteng, jangan sedih lagi ya." jawab Windy. Gibran menganggukkan kepalanya sambil tersenyum, mereka berdua menikmati es krimnya sambil sesekali tertawa. Katrina mencari Gibran kesana kemari namun tidak juga menemukannya, saat turun dari mobil Katrina melihat Gibran berlari dengan cepat sampai ia kehilangan jejaknya. "Anak ini kemana sih? gatau apa omanya nyariin sampai pegel gini? kalo David tahu , bisa murka dia hiihh membayangkan wajahnya saja sudah ngeri." gumam Katrina bergidik ngeri.Katrina kembali mencari Gibran ke setiap sudut taman, lama mencari akhinya Katrina menangkap sosok Gibran yang sedang memakan es krim bersama seorang gadis disampingnya. Katrina langsung saja menghampiri Gibran, dia tidak ingin kehilangan lagi jejaknya. "Gibran." panggil

    Last Updated : 2023-07-28

Latest chapter

  • Pengasuh Untuk Anakku Gibran   Hasil pencarian

    Alan menatap foto yang tertera dalam biodata Windy, dia mencoba mengingat wajah Windy agar mempermudah ia dalam pencariannya. "Ada-ada aja nih tuan muda, biasanya kan dia paling anti sama orang baru? lah ini kenapa tiba-tiba pengen ketemu sama cewek ini?" heran Alan. Kruuukkk..Perut Alan sudah memberikan sinyal pertanda lapar, ia melihat kanan kiri jalanan mencari tempat makan, Alan tipikal orang yang tidak pilih-pilih makanan, menurutnya dimanapun ia makan selagi tidak beracun ia pasti akan memakannya. "Nah, itu ada warteg, makan dulu ah." ucap Alan. Alan menepikan mobilnya tepat di depan sebuah warteg, dia membuka pintu mobilnya keluar menuju warteg yang lumayan ramai pengunjung."Bu nasinya satu porsi. Lauknya kangkung, sambel, ikan asin, tempe sama kerupuk," ucap Alan pada pemilik warteg. "Minumnya air mineral, teh tawar, atau teh manis ?" tanya pemilik Warteg. "Teh manis bu." ucap Alan. "Silahkan duduk dulu, ditunggu ya pesanannya." ucap pemilik warteg dengan ramah. Ala

  • Pengasuh Untuk Anakku Gibran   Mencari Windy

    Alan menjalankan mobilnya menuju restoran milik David, dia mencari manager restoran guna mempermudah ia dalam mencari seseorang yang dimaksud oleh Gibran. "Teguh." panggil Alan.Alan tak sengaja melihat Teguh yang sedang berkeliling mengecek sekeliling restoran. Teguh yang merasa dipanggil pun membalikkan badannya kearah Alan, dia segera menghampiri Alan yang memanggil namanya. "Ada apa Alan?" tanya Teguh. "Tolong panggilkan manager restoran kesini." ucap Alan. "Ada perlu apa kau pada Aksal?" tanya Teguh. "Si boss nyuruh gue nyari perempuan yang tadi ngelayanin dia, sekarang tuan muda kecelakaan terus nanyain perempuan itu makanya gue dateng lagi kesini." jawab Alan. "Waduh Gibran kecelakaan? sebentar, gue panggilin pelayan yang lain aja pastinya mereka tahu siapa perempuan yang loe cari." ucap Teguh. "Yaudah cepetan." ucap Alan.Teguh pergi kebagian dapur dimana para pelayan berkumpul, dia memanggil salah satu pelayan untuk menghadap padanya."Devi." panggil teguh. Devi yang

  • Pengasuh Untuk Anakku Gibran   Gibran siuman

    Selang beberapa jam kemudian. David menunggu Gibran tersadar dari pengaruh obat biusnya, dia memegang tangan putra semata wayangnya mencurahkan semua kasih sayang lewat sentuhan yang sangat jarang sekali ia lakukan. Gibran mulai menggerakkan matanya, perlahan matanya mulai terbuka lebar menyesuaikan cahaya yang masuk kedalam matanya."Boy, kau sadar." ucap David. "Da-ddy." panggil Gibran lemah. "Kau butuh sesuatu boy?" tanya David."A-air." ucap Gibran terbata.David mengambilkan segelas aie minum untuk Gibran, dia membantu anaknya untuk meminum minumannya menggunakan sendok."Jika ada yang sakit beritahu daddy." ucap David dingin. "Kakak." ucap Gibran. "Kakak? siapa yang kau panggil kakak?" tanya David bingung. "Tadi aku lihat kakak." jawab Gibran.Ceklek. Katrina dan Sean masuk kedalam ruang rawat Gibran, mereka langsung menghampiri cucu kesayangannya. "Cucu oma sudah sadar." ucap Katrina. "Kamu ini bikin opa khawatir boy." ucap Sean."Aauhhhh, ssshh." ringis Gibran. "Ya a

  • Pengasuh Untuk Anakku Gibran   Kecemasan David

    Prangg..Windy tak sengaja menjatuhkan piring yang sedang ia cuci, perasaannya gelisah tak menentu. Senior di restoran langsung berkacak pinggang dihadapan Windy, dia begitu kesal melihat kecerobohan Windy yang memecahkan piring mahal yang sedang di cucinya. "Kamu becus kerja gak sih?! lihat akibat ulahmu piringnya pecah, emangnya kamu sanggup buat menggantinya hah?!" sentak Devi."Maaf mbak, aku tidak sengaja memecahkannya." ucap Windy."Aku tidak mau tahu, kau harus mempertanggung jawabkan ulahmu ini dan mengganti rugi piringnya!" ucap Devi semakin meninggikan suaranya. Windy lantas membersihkan tangannya dikucuran air keran wastafel, dia mengatur nafasnya yang kini mulai tersulut emosi tak terima dibentak oleh Devi selaku senior di tempatnya bekerja. "Bisa gak sih kalau ngomong itu pake cara baik-baik? gue ngerti kok gausah pake nyolot segala, gue ngehargain loe karena loe senior disini, dan satu hal yang harus loe tahu! loe bukan pemilik restoran ini, dan ya tanpa loe suruh gue

  • Pengasuh Untuk Anakku Gibran   Gibran Kecelakaan

    "Hallo tuan, kita bertemu lagi ternyata dunia ini sempit yah." ucap Windy. "Daddy kenal dengan kak Windy?" tanya Gibran."Tidak." jawab David singkat. David menatap Windy dengan tatapan yang tak bisa diartikan, Windy sudah pasrah jika David memecat dirinya atas kejadian kemarin. "Kakak," panggil Gibran. "Iya adek ganteng? eh, maksudku tuan muda apa kau membutuhkan sesuatu?" tanya Windy. "Kakak boleh suapi aku?" tanya Gibran. "Gibran!" tekan David. David menatap tajam kearah Gibran, Windy bingung harus melakukan apa jika ia pergi seniornya pasti marah padanya, tapi jika dia stay di ruangan VIP rasanya sesak harus berhadapan dengan David. "Sorry dad." ucap Gibran menunduk. Gibran menundukkan kepalanya sedih, dia memakan makanannya yang kini langsung tak berselera. 'Daddy aku hanya ingin disuapi oleh kak Windy, aku senang bisa dekat dengannya dia baik seperti seorang ibu' batin Gibran."Kau kembali bekerja, dan ingat! urusan kita belum selesai." ucap David dingin."I-iya tuan."

  • Pengasuh Untuk Anakku Gibran   Bertemu kembali

    Windy menenteng tasnya mencari kontrakan untuk tempat tinggalnya, ia berjalan dengan gontai meratapi nasibnya dan menahab rasa sesak di dadanya yang terus menerus merasa terhimpit. "Kenapa nasibku seperti ini ya Allah?" keluh Windy. Saat berjalan menyusuri beberapa rumah Windy melihat tulisan 'Masih kosong kontrakan khusus wanita', Windy langsung saja masuk menanyakan siapa pemiliknya pada penghuni di sekitar kontrakan tersebut. "Permisi, kalau boleh tahu pemilik kontrakan ini dimana ya rumahnya?" tanya Windy pada seorang perempuan paruh baya."Oh itu, yang rumahnya warna kuning" jawab perembuan paruh baya tersebut. "Oh, Terimakasih bu." ucap Windy. Windy berjalan kearah rumah yang ditunjukkan, dia mengetuk pintu beberapa kali sehingga muncullah Wanita paruh baya dengan memakai kacamata diwajahnya. "Permisi, apakah benar ini yang punya kontrakan disini?" tanya Windy. "Betul neng, mau ngontrak disini?" tanyanya. "Emang satu bulannya berapa bu?" tanya Windy. "Satu bulannya 500

  • Pengasuh Untuk Anakku Gibran   Kemarahan David

    Davin jatuh kedalam kubangan air kotor, sang supir langsung berlari membantu tuannya berdiri. Windy tersenyum puas kini ia dan David impas, baginya semua makhluk di muka bumi ini derajatnya sama dimata tuhannyaentah kaya ataupun miskin. "Akhirnya kita impas." ucap Windy tersenyum. "Brengsek!" umpat David. Windy langsung pergi meninggalkan David, dia berjalan dengan santainya meskipun bajunya kotor. David mengepalkan tangannya, wajahnya memerah menahan malunya karena banyak pasang mata yang menatap kearahnya. "Tuan sebaiknya kita masuk, takutnya ada wartawan yang meliput." ucap supir bernama Udin.David menuruti ucapan Udin, dia langsung melangkahkan kakinya masuk kedalam mobiknya dengan perasaan dongkol. 'Awas kau wanita sialan! akan ku balas semua perbuatanmu.' batin David. Udin melihat lampu yang sudah berubah warna menjadi hijau, ia segera melajukan mobilnya menuju kediaman David. Di sepanjang perjalanan David terlihat memasang wajah dinginnya, ia ingin segera sampai ke rumah

  • Pengasuh Untuk Anakku Gibran   Bertemu Windy

    Gibran dan Windy memegang es krim ditangannya masing-masing, Gibran memesan es krim rasa cekelat, sedangkan Windy ia memesan es krim rasa Vanilla. "Terimakasih kak, kau sudah mentraktirku es krim." ucap Gibran. "Sama-sama adek ganteng, jangan sedih lagi ya." jawab Windy. Gibran menganggukkan kepalanya sambil tersenyum, mereka berdua menikmati es krimnya sambil sesekali tertawa. Katrina mencari Gibran kesana kemari namun tidak juga menemukannya, saat turun dari mobil Katrina melihat Gibran berlari dengan cepat sampai ia kehilangan jejaknya. "Anak ini kemana sih? gatau apa omanya nyariin sampai pegel gini? kalo David tahu , bisa murka dia hiihh membayangkan wajahnya saja sudah ngeri." gumam Katrina bergidik ngeri.Katrina kembali mencari Gibran ke setiap sudut taman, lama mencari akhinya Katrina menangkap sosok Gibran yang sedang memakan es krim bersama seorang gadis disampingnya. Katrina langsung saja menghampiri Gibran, dia tidak ingin kehilangan lagi jejaknya. "Gibran." panggil

  • Pengasuh Untuk Anakku Gibran   Mengantar Gibran ke sekolah

    Gibran Mahesa, seorang anak kecil berusia 7 tahun mengidap penyakit Alopecia sejak ia berumur 4 tahun karena autoimun. Gibran kini duduk di bangku sekolah dasar internasional, teman satu kelasnya sering sekali membulinya karena rambutnya yang botak akibat penyakit yang di deritanya. Suatu hari, seperti biasanya ayah dari Gibran yang bernama David Giomani Mahesa mengantarnya ke sekolah. David adalah seorang single parents karena ia telah berpisah dengan istrinya sejak Gibran berusia 1 tahun, istrinya lebih memilih mengejar mimpinya dan pergi bersama selingkuhannya dibandingkan hidup dengan keluarga kecilnya. "Gibran, ayo nanti kamu kesiangan." ucap David datar. "Iya dad." sahut Gibran.Gibran duduk di belakang tepat disamping ayahnya yang selalu sibuk dengan tabletnya, supir menjalankan mobilnya meninggalkan rumah mewah milik David menuju sekolah Gibran. Di sepanjang perjalanan tidak ada yang bersuara, David adalah tipikal orang yang dingin dan tegas jadi jarang sekali ia berbicara

DMCA.com Protection Status