Share

Terima Kasih

Penulis: Agura Senja
last update Terakhir Diperbarui: 2024-05-04 23:55:55

Tadinya Claudia berniat menghibur, bahkan sudah menyiapkan kata-kata yang tepat untuk menenangkan Eaga. Tapi, mendengar kata-kata yang diucap Raga sambil menangis membuat Claudia tidak bisa menahan air matanya. Wanita itu berakhir menangis juga, yang bisa ia lakukan adalah memeluk Raga tanpa bisa mengatakan apa pun.

Bagaimana bisa seorang anak yang belum genap berusia lima tahun, mempertanyakan statusnya? Berapa banyak luka dan kekecewaan yang menumpuk hingga membuat Raga berpikir demikian? Ini bukan lagi seorang yang haus perhatian karena masih anak-anak, tapi karena memang ia tidak diperhatikan dengan benar oleh orang tuanya.

"Kenapa Mama ninggalin aku sendirian ... aku mau ikut Mama!"

Claudia menggigit bibir, menahan suaranya agar tidak ikut terisak bersama Raga. Ia hanya bisa mendekap anak itu, mengelus kepalanya penuh sayang, berharap bisa mengobati sedikit saja luka di hatinya.

"Nggak ada yang sayang sama Aga! Mama pergi, Papa nggak peduli, orang-orang juga cuma suka sama Papa
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Liam
Wow up lg thor hehe
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Pengasuh Kesayangan Tuan Duda   Mencoba Lebih Dekat

    Claudia kembali ke ruang bermain Raga sambil membawa tisu basah dan kering, juga sebaskom air hangat dengan handuk kecil untuk mengompres mata Raga yang sedikit membengkak. "Sayang, mainannya ditaruh dulu, sini!" Claudia meletakkan barang-barang yang dibawanya ke atas meja. Raga yang mulai memainkan miniatur menaranya saat menunggu Claudia, bergegas bangkit dan duduk di sisi wanita itu. Melihat adanya handuk kecil dan baskom berisi air hangat, Raga yang tidak pernah menerima perlakuan seperti itu sebelumnya tidak bisa menahan senyumnya. Entah para pelayan, pengasuh-pengasuh sebelumnya yang Malven bayar, bahkan Dera, tidak ada satu pun yang pernah membawakan air hangat untuk mengompres mata Raga yang membengkak karena menangis."Buat Kakak airnya tidak terlalu panas, tapi mungkin buat kamu suhunya agak tinggi, tapi ditahan ya?" Claudia memasukkan handuk ke dalam baskom sebelum memerasnya dan menekan pelan di sekitar mata Raga yang telah dibersihkan dengan tisu basah.Claudia melakuka

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-06
  • Pengasuh Kesayangan Tuan Duda   Mengunjungi Elodia

    Elodia Farras Ghaniya, nama yang tertera di hadapan Claudia saat ini merupakan ibu kandung Raga yang meninggal delapan bulan lalu. Mungkin kematian yang belum terlalu lama membuat Raga masih tidak bisa melupakan kenangan tentang ibunya, karena Claudia yang ditinggalkan saat berusia delapan tahun pun, hanya sedikit kenangan tentang ibunya yang tersisa.Hanya saja Claudia berharap akan ada seseorang yang terus menceritakan tentang Elodia pada Raga, kenangan-kenangan manis yang pernah anak itu bagikan bersama ibunya jangan sampai dilupakan begitu saja, karena sulit sekali rasanya saat tidak ada satu pun yang bisa meluangkan waktu untuk menceritakan hal-hal itu."Ma, hari ini Aga ke sini bareng Kak Cla! Kenalin, kakak cantik ini namanya Kak Claudia, baik banget orangnya, sayang sama Aga, trus Kak Cla lebih suka aku dibanding Papa! Keren, kan? Kak Cla jadi orang pertama yang lebih suka aku, lho!" Claudia langsung menoleh ke arah Raga yang tengah mengenalkannya pada sang ibu. Cara anak itu

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-07
  • Pengasuh Kesayangan Tuan Duda   Teman Kecil

    "Kita sudah sampai!" ujar Claudia, sengaja mengalihkan pembicaraan, karena jujur saja ia belum menemukan jawaban yang pas untuk Raga.Raga mengikuti Claudia, berjongkok di depan sebuah makam. Terakhir kali Claudia mengunjungi ibunya adalah beberapa bulan lalu, saat ia dan Deon memutuskan untuk menikah. Kesibukan mempersiapkan pernikahan dan yayasan yang tidak bisa sering ditinggalkan membuat Claudia tidak punya waktu untuk berkunjung lagi, meski ia tahu ayahnya masih memiliki kebiasaan berkunjung di akhir pekan.Melihat seikat bunga lili ungu yang masih segar adalah bukti bahwa ayah Claudia sudah berkunjung ke sini tadi pagi. Ayahnya yang tidak pernah lupa membawakan bunga kesukaan ibunya, juga tidak pernah absen untuk mengunjunginya setiap satu minggu sekali membuat Claudia selalu mengagumi pria itu dan berharap bisa menikah dengan lelaki yang punya cinta sebesar itu juga padanya.Sayangnya, pria yang Claudia pilih malah dengan mudah membagikan cintanya pada wanita lain."Halo, Ma, i

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-08
  • Pengasuh Kesayangan Tuan Duda   Pergi ke Taman Bermain

    Kedatangan Malven membuat Claudia menghela napas lega, karena sejujurnya dia hampir mengatakan pada Raga bahwa dia mungkin tidak bisa membersamai anak itu hingga besar seperti harapannya."Kakak bilang suka dan sayang itu beda, Pa!" Raga menjawab antusias, lebih tepatnya penasaran dengan jawaban yang akan ayahnya berikan. "Papa ngerti maksudnya gimana?""Hmm ...." Malven mengerutkan kening, memikirkan jawaban yang pas untuk putranya. "Saat kamu sudah dewasa, kamu akan memahami maksudnya," ucap Malven pada akhirnya.Claudia menahan senyumnya, jawaban Malven tidak berbeda darinya karena memang sulit mengatakan jawaban sederhana yang bisa dimengerti oleh anak-anak. "Yaah ... kirain Papa lebih tau, kan Papa lebih tua dari Kakak!" Raga menghela napas kecil, bahunya sedikit turun, tapi saat Malven mengelus kepalanya dengan lembut, senyumnya segera terpatri."Menjadi dewasa tidak berarti bisa dengan mudah memberi pengertian tentang sesuatu. Saat kamu dewasa, kamu mungkin akan memahami perbe

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-10
  • Pengasuh Kesayangan Tuan Duda   Kebohongan Claudia

    Claudia berbohong. Sejak wanita itu bertanya dengan antusias apa itu taman bermain, Malven sudah tahu kebohongannya. Tidak peduli berasal dari desa terpencil mana seseorang, tidak mungkin ada yang belum tahu tempat apa itu taman bermain, apalagi di zaman serba teknologi seperti saat ini. Tapi, melihat bagaimana Raga dengan cepat percaya dan menerima ajakan ke taman bermain hanya untuk menunjukkan tempat seperti apa itu pada Claudia, Malven tidak bisa menegur pengasuh yang telah berbohong. Raga kembali semangat dan berbinar antusias, dengan cepat melupakan kekecewaannya karena tidak bisa pergi ke pet cafe. Malven masih tidak mengerti kenapa putranya bisa secepat itu lengket pada Claudia, tapi melihat wanita itu tersenyum lega setelah Raga kembali bersemangat membuatnya mau tidak mau memperhatikan wanita itu. Lalu entah kenapa, raut wajah yang tadinya sedikit senang itu berubah diliputi kesedihan, tatapan kosong Claudia ketika melihat keluar jendela mengingatkan Malven saat awal-awal

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-11
  • Pengasuh Kesayangan Tuan Duda   Tanpa Mama

    Ugh! Kenapa pria itu datang di saat tidak tepat? Claudia tersenyum canggung, "Maaf sebelumnya, tapi kami sedang membahas ekpresi wajah tadi dan saya bilang tuan muda berbeda dari Anda karena dia lebih banyak berekspresi. Saya benar-benar minta maaf jika telah menyinggung," ucapnya sembari sedikit membungkuk. Malven mendengus, lagi-lagi melihat kebohongan yang dengan mudah diucap Claudia. Sebenarnya ia sudah berada di dekat mereka ketika Claudia meminta maaf karena berbohong dan Raga mengatakan tidak apa-apa. Entah kenapa rasanya menjengkelkan mendengar komentar yang Claudia lontarkan setelah mendengar kata-kata permintaan maaf dan penuh pengertian dari Raga. 'Maksudnya Raga itu baik hati, pengertian dan pemaaf, berbeda dariku yang langsung mengambil keputusan untuk memecatkan, kan?' Malven berdecak pelan, mau tidak mau mengakui kalau apa yang dilakukannya kemarin memang keterlaluan, saat yang dilakukan Claudia hanyalah menghibur Raga. "Terserah!" Claudia mengerjap heran, entah ke

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-12
  • Pengasuh Kesayangan Tuan Duda   Kebiasaan Melamun

    Claudia tidak bisa menjawab, tatapannya tidak bisa teralih dari Malven yang mengernyit, kemudian menggeleng, beberapa kali pria itu juga berdecak, seolah mempertanyakan rasa dari es krim-nya. Di satu sisi, ada seorang pria yang mengkhianati kekasihnya beberapa hari sebelum pernikahan, tapi di sisi lain ada seseorang yang mencoba menikmati es krim yang tidak disukainya hanya karena itu kesukaan istrinya. Seolah menghapus ketidakberadaan Elodia di sini, Malven tetap membeli apa yang wanita itu sukai. 'Kenapa aku tidak mendapatkan yang seperti itu juga?' Claudia menunduk, air matanya hampir jatuh saat rasa iri menyergap. Perasaan cemburu pada wanita yang diperhatikan, diingat dan dicintai sedemikian rupa, Claudia tidak bisa menahannya. Kenapa wanita lain bisa mendapat cinta setulus itu, sedangkan Claudia tidak? Apa salahnya? "Kalian sudah selesai, kan? Ayo--!" Malven yang berniat mengajak Raga dan Claudia untuk segera meninggalkan taman hiburan, menghentikan ucapannya saat menyada

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-13
  • Pengasuh Kesayangan Tuan Duda   Sebuah Sumpah?

    Iler?! Claudia langsung menutup mulutnya, wajahnya memerah saat masih bisa merasakan sedikit basah di sudut bibirnya."P-pak, saya--!""Kita sudah sampai," potong Malven sembari menujuk dengan dagunya, pada Raga yang sedang berdiri di dekat jendela mobil. Eh, lho?! Sejak kapan sampainya? Claudia cepat-cepat menekan kunci pintu dan membukanya."Saya benar-benar minta maaf, Pak," ucap Claudia lirih sebelum bergegas keluar, sedikit salah tingkah saat Raga bertanya apa Claudia tidur nyenyak.Masih sedikit terdistorsi, Claudia beberapa kali menerima teguran dan cubitan di pipi dari Raga yang berulangkali diabaikan. Tidak hanya melamun saat sedang membantu memakaikan piyama pada Raga, Claudia juga tidak mendengarkan ketika anak asuhnya bertanya tentang keinginannya untuk tidak makan malam."Kakak dari tadi bengong terus kenapa, sih?! Kali ini tuh bengongnya beda dari yang sebelum-sebelumnya!" Raga melipat tangan, bibirnya merengut dan wajahnya jelas menunjukkan kekesalan. "Padahal katanya

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-14

Bab terbaru

  • Pengasuh Kesayangan Tuan Duda   Skandal di Bandara

    "Apa kita akan kembali ke perusahaan, Nona?"Claudia mendongak dan menatap Shouki yang sedang menyetir di depan, menghela napas pelan sebelum mengangguk. "Kurasa ada baiknya untuk menyelesaikan pekerjaan saja."Shouki tidak langsung mengatakan sesuatu, membiarkan suasana hening menyelimuti sebelum menarik napas panjang. "Nona--maksudku Claudia, bukankah sebaiknya langsung datangi Tuan Malven saja? Jangan memikirkan sesuatu terlalu rumit, sebaiknya temui dan katakan jika dia telah membuatmu kesal karena tidak menepati janji."Claudia tertunduk, menatap kembali pada ponsel yang layarnya menyala, panggilan masuk dari Malven. Tadi Claudia langsung mematikan telepon setelah mengatakan jika ia sedang sangat sibuk, khawatir jika lebih lama mendengar suara Malven, amarahnya akan meledak.Akhir-akhir ini Claudia menyadari jika emosinya agak sulit dikendalikan. Detik-detik menuju pernikahan entah kenapa membuatnya ketakutan dan panik, padahal Claudia sendiri yang ingin menikah dan yakin jika l

  • Pengasuh Kesayangan Tuan Duda   Persiapan Pernikahan

    Pernikahan Claudia dan Malven akhirnya disetujui oleh Regan, padahal pria itu belum tahu tentang kehamilan Claudia. Untungnya setelah Claudia mengatakan tentang kehamilan, Regan tidak menarik kembali restunya dan hanya menghela napas.Adhamar dan Devan bersikeras ingin mengurus persiapan pernikahan, meminta agar Claudia dan Malven menyiapkan diri juga fokus menyelesaikan pekerjaan sebelum mengambil cuti bulan madu. Pertemuan antar kedua keluarga langsung dilaksanakan dua hari setelah Regan memberi restu, dan begitu saja, tanggal pernikahan Claudia ditetapkan.Meski semua hal akan diurus oleh para kakek mereka, Claudia memutuskan untuk tetap memilih gaun pengantin dan desain undangan sendiri, termasuk foto prewedding. Sayangnya, Tabinta tidak mendesain gaun pengantin, jadi Claudia hanya memesan perhiasan darinya, untungnya ada produk baru yang belum dikeluarkan ke public hingga Claudia bisa memilikinya.Wanita itu juga menghubungi brand fashion D&C dan bersyukur saat ada beberapa gaun

  • Pengasuh Kesayangan Tuan Duda   Calon Suami

    Selama menunggu Malven dan Regan bicara, Claudia menunggu di ruang keluarga. Sudah dua jam sejak Malven memasuki ruang kerja Regan, tapi hingga kini belum ada tanda-tanda akan keluar. Claudia menghela napas panjang, sedikit khawatir.Kalau saja ayahnya tidak melarang, Claudia pasti sudah menemani Malven saat ini. Tapi, Regan mengatakan jika itu adalah pembicaraan antar laki-laki, jadi Claudia dilarang ikut campur.“Berapa lama lagi ayah akan mengintrogasinya?” Claudia menarik napas pelan, matanya melirik pada jam yang tertera di ponsel. Awalnya Claudia tidak sendirian karena Raga menemaninya bermain, tapi anak itu akhirnya tertidur setelah hampir satu jam, jadi Claudia memindahkannya ke kamar dan kembali ke ruang keluarga untuk menunggu Malven.“Tapi, kenapa lama sekali?” Claudia kembali mengeluh sembari menyandarkan tubuhnya di sofa, menatap lampu gantung yang malam ini terlihat lebih jauh.Claudia sebenarnya merasa lelah dan perutnya sedikit kram. Mengingat perjalanan panjang yang

  • Pengasuh Kesayangan Tuan Duda   Permintaan Raga

    “Raga, Kakak pulang!” Claudia berseru setelah memasuki ruang keluarga, membuat Raga dan Regan yang sedang menyusun puzzle besar, langsung menoleh bersamaan. “Iya, selama datang kembali, Kak.” Raga membalas sapaan Claudia sebelum kembali fokus pada mainannya.Claudia cemberut pada rendahnya antusias Raga. Apa anak itu tidak merindukannya?“Raga … Kakak bawa sesuatu lho,” ucap Claudia sembari mendekat dan menggoyangkan kresek putih di tangannya. Claudia sempat mampir ke mini market untuk membeli beberapa es krim dan camilan kesukaan Raga. Biasanya Raga akan sangat senang karena ia jarang diizinkan makan makanan instan seperti itu. Tapi … kenapa tidak ada reaksi berarti?Raga hanya menoleh sebentar dan mengatakan ‘oh ya’ sebelum kembali berusaha menyusun puzzle, sama sekali tidak menyadari wajah keruh Claudia. Wanita itu meletakkan barang bawaannya sebelum mendekati Raga dan langsung menusuk pipi anak itu menggunakan jari telunjuknya.“Apa ini … Raga mengabaikan Kakak?” Claudia mengelua

  • Pengasuh Kesayangan Tuan Duda   Mendapatkan Restu Ayah

    “Biar aku yang menghubungi Devan, kalian tinggal yakinkan anak nakal itu saja.” Adhamar berkata saat mengantarkan Claudia dan Malven ke halaman, keduanya akan meninggalkan kediaman Adhamar hari ini.“Tapi, kalau ayah masih tidak mau memberi restu bagaimana?” Claudia bertanya pelan, agak cemas.“Kenapa menanyakan hal yang sudah jelas? Tentu saja kalian tidak akan bisa menikah. Meski aku masih tidak menyukai anak nakal itu, bukan berarti aku tidak mendengarkan pendapatnya. Berusahalah lebih giat, tapi aku yakin dia akan segera merestui. Dia bukan orang yang keras kepala.”Claudia menghela napas panjang. Anak nakal yang disebut kakeknya adalah Regan, meski Claudia tidak mengerti kenapa Adhamar selalu menyebut menantunya seperti itu.“Kalau begitu kami permisi dulu, Tuan Adhamar.” Malven mengangguk hormat, membukakan pintu mobil dan membiarkan Claudia masuk lebih dulu.Setelah memeluk kakeknya, Claudia langsung memasuki mobil dan segera disusul oleh Malven. Hari ini mereka akan kembali ha

  • Pengasuh Kesayangan Tuan Duda   Membuat Kenangan Baru

    Setelah memberitahu pelayan tentang tujuan mereka, Claudia dan Malven menelusuri jalan setapak dengan pohon-pohon besar di sepanjang jalan. Seperti yang Claudia katakan, hutan ini sangat rimbun dan terlihat seperti hutan sungguhan yang tidak terbatas luasnya.Meski begitu, Malven bisa melihat beberapa ranting dan daun bergoyang secara tidak wajar. “Apa di hutan ini ada ‘penunggu’ juga?” tanyanya sembari menatap lembut Claudia.Claudia yang tidak pernah melepas genggamannya dari Malven, mendongak dan tersenyum lebar. Sekarang ia mengerti apa maksud dari kata ‘penunggu hutan’ yang pernah Malven dan Arfa bicarakan. Orang-orang yang dilatih dan bekerja di bawah Adhamar, bertugas untuk menjaga keamanan tempat ini dengan memperhatikan siapa pun tamu yang datang.Tapi, meski Claudia bukan tamu asing, sejak kecil ia memang sudah dijaga diam-diam. Ada kalanya Claudia tersesat saat mengeksplor hutan dan salah satu penjaganya akan berpura-pura tidak sengaja lewat lalu membawa Claudia kembali ke

  • Pengasuh Kesayangan Tuan Duda   Bagian Dari Claudia

    Claudia memilih menunggu di ruang keluarga yang tidak jauh dari ruang kerja kakeknya, sedikit gugup dengan pembicaraan yang akan dilakukan Adhamar dan Malven. Bagaimana kalau kakeknya bersikeras tidak akan merestui seperti saat bersama Deon dulu?“Ah, harusnya aku tidak menurut begitu saja dan meninggalkan mereka.” Claudia bergumam sembari menggoyangkan kaki, tidak bisa menyembunyikan rasa cemasnya.“Minum tehnya dulu, Nona. Apa perlu saya bawakan camilan lain? Atau Nona ingin makan?”Pertanyaan pelayan yang menghampiri sambil membawa nampan berisi secangkir teh dan sepiring kukis, membuat Claudia menghela napas pendek. Benar, tidak ada yang akan berubah hanya karena ia bergumam sendirian di sini, jadi lebih baik mengisi perutnya dengan sesuatu yang hangat.“Terima kasih, tapi bisakah ganti tehnya dengan kopi? Aku ingin kopi hitam tanpa gula,” ucap Claudia saat menyadari bahwa perutnya mual mencium harum yang menguar dari teh. “Lalu, aku sedang tidak ingin kukis. Bawakan saja sesuatu

  • Pengasuh Kesayangan Tuan Duda   Meminta Restu

    Sindiran tajam dan dengusan Adhamar membuat suasana ruangan itu hening. Tidak ada yang bisa membantah, baik Claudia maupun Malven tahu pasti apa yang Adhamar maksud.“Memang benar kalau saya jatuh cinta padanya, tapi saya tidak pernah mengatakan itu, dan dia pun sama. Kami saling mencintai, tapi tidak sempat menyatakan perasaan masing-masing. Saya sibuk dengan beberapa urusan, lalu Zheva yang kebetulan punya pekerjaan di sini dan mengkhawatirkan kondisi saya, datang dan membuat hubungan kami berakhir dengan kesalahpahaman.”Malven menghela napas pelan. “Dia pergi meninggalkan saya tanpa sepatah kata. Saya membuatnya menangis patah hati, karena kekurangan saya dalam berkomunikasi membuatnya berpikir jika Zheva adalah wanita yang akan dijodohkan dengan saya. Satu bulan lalu, saya kehilangan arah karena wanita itu menghilang tiba-tiba.”Claudia menatap penuh perhatian pada Malven, berharap waktu yang akan mereka habiskan ke depannya akan menghapus sedikit demi sedikit rasa sakit karena k

  • Pengasuh Kesayangan Tuan Duda   Cerita Picisan

    Claudia menarik napas panjang saat pria berusia tujuh puluhan itu mengangkat pandangan dari buku di tangan. Adhamar tentu saja mengernyit melihat kedatangan cucunya yang tiba-tiba, apalagi setelah melihat tangan Claudia yang melingkari lengan Malven.Adhamar meletakkan bukunya di meja dan berdiri, menghampiri dua orang yang masih mematung tanpa mengatakan apa-apa.“Ayo bicara di dalam.” Claudia dan Malven segera menunduk sopan saat Adhamar berjalan lebih dulu sebelum mengekor di belakang. Tidak ada yang bicara selama perjalanan melewati beberapa koridor, ruang keluarga dan anak tangga menuju ruang kerja Adhamar. Sudah menjadi aturan tak tertulis untuk membicarakan hal penting hanya di ruang kerja Adhamar, tempat di mana tidak ada seorang pun yang akan menguping. Setelah memasuki ruang kerja dan pintu tertutup, Claudia segera melepas lengan Malven dan berjalan menuju sofa yang telah diduduki kakeknya. Ini adalah hal yang harus Claudia lakukan sekarang, duduk di sisi kakeknya dan mem

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status