Share

Teman Kecil

Penulis: Agura Senja
last update Terakhir Diperbarui: 2024-05-08 23:11:41

"Kita sudah sampai!" ujar Claudia, sengaja mengalihkan pembicaraan, karena jujur saja ia belum menemukan jawaban yang pas untuk Raga.

Raga mengikuti Claudia, berjongkok di depan sebuah makam. Terakhir kali Claudia mengunjungi ibunya adalah beberapa bulan lalu, saat ia dan Deon memutuskan untuk menikah. Kesibukan mempersiapkan pernikahan dan yayasan yang tidak bisa sering ditinggalkan membuat Claudia tidak punya waktu untuk berkunjung lagi, meski ia tahu ayahnya masih memiliki kebiasaan berkunjung di akhir pekan.

Melihat seikat bunga lili ungu yang masih segar adalah bukti bahwa ayah Claudia sudah berkunjung ke sini tadi pagi. Ayahnya yang tidak pernah lupa membawakan bunga kesukaan ibunya, juga tidak pernah absen untuk mengunjunginya setiap satu minggu sekali membuat Claudia selalu mengagumi pria itu dan berharap bisa menikah dengan lelaki yang punya cinta sebesar itu juga padanya.

Sayangnya, pria yang Claudia pilih malah dengan mudah membagikan cintanya pada wanita lain.

"Halo, Ma, i
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Eyja Suhaiza
up lagi 1bab Thor..
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Pengasuh Kesayangan Tuan Duda   Pergi ke Taman Bermain

    Kedatangan Malven membuat Claudia menghela napas lega, karena sejujurnya dia hampir mengatakan pada Raga bahwa dia mungkin tidak bisa membersamai anak itu hingga besar seperti harapannya."Kakak bilang suka dan sayang itu beda, Pa!" Raga menjawab antusias, lebih tepatnya penasaran dengan jawaban yang akan ayahnya berikan. "Papa ngerti maksudnya gimana?""Hmm ...." Malven mengerutkan kening, memikirkan jawaban yang pas untuk putranya. "Saat kamu sudah dewasa, kamu akan memahami maksudnya," ucap Malven pada akhirnya.Claudia menahan senyumnya, jawaban Malven tidak berbeda darinya karena memang sulit mengatakan jawaban sederhana yang bisa dimengerti oleh anak-anak. "Yaah ... kirain Papa lebih tau, kan Papa lebih tua dari Kakak!" Raga menghela napas kecil, bahunya sedikit turun, tapi saat Malven mengelus kepalanya dengan lembut, senyumnya segera terpatri."Menjadi dewasa tidak berarti bisa dengan mudah memberi pengertian tentang sesuatu. Saat kamu dewasa, kamu mungkin akan memahami perbe

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-10
  • Pengasuh Kesayangan Tuan Duda   Kebohongan Claudia

    Claudia berbohong. Sejak wanita itu bertanya dengan antusias apa itu taman bermain, Malven sudah tahu kebohongannya. Tidak peduli berasal dari desa terpencil mana seseorang, tidak mungkin ada yang belum tahu tempat apa itu taman bermain, apalagi di zaman serba teknologi seperti saat ini. Tapi, melihat bagaimana Raga dengan cepat percaya dan menerima ajakan ke taman bermain hanya untuk menunjukkan tempat seperti apa itu pada Claudia, Malven tidak bisa menegur pengasuh yang telah berbohong. Raga kembali semangat dan berbinar antusias, dengan cepat melupakan kekecewaannya karena tidak bisa pergi ke pet cafe. Malven masih tidak mengerti kenapa putranya bisa secepat itu lengket pada Claudia, tapi melihat wanita itu tersenyum lega setelah Raga kembali bersemangat membuatnya mau tidak mau memperhatikan wanita itu. Lalu entah kenapa, raut wajah yang tadinya sedikit senang itu berubah diliputi kesedihan, tatapan kosong Claudia ketika melihat keluar jendela mengingatkan Malven saat awal-awal

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-11
  • Pengasuh Kesayangan Tuan Duda   Tanpa Mama

    Ugh! Kenapa pria itu datang di saat tidak tepat? Claudia tersenyum canggung, "Maaf sebelumnya, tapi kami sedang membahas ekpresi wajah tadi dan saya bilang tuan muda berbeda dari Anda karena dia lebih banyak berekspresi. Saya benar-benar minta maaf jika telah menyinggung," ucapnya sembari sedikit membungkuk. Malven mendengus, lagi-lagi melihat kebohongan yang dengan mudah diucap Claudia. Sebenarnya ia sudah berada di dekat mereka ketika Claudia meminta maaf karena berbohong dan Raga mengatakan tidak apa-apa. Entah kenapa rasanya menjengkelkan mendengar komentar yang Claudia lontarkan setelah mendengar kata-kata permintaan maaf dan penuh pengertian dari Raga. 'Maksudnya Raga itu baik hati, pengertian dan pemaaf, berbeda dariku yang langsung mengambil keputusan untuk memecatkan, kan?' Malven berdecak pelan, mau tidak mau mengakui kalau apa yang dilakukannya kemarin memang keterlaluan, saat yang dilakukan Claudia hanyalah menghibur Raga. "Terserah!" Claudia mengerjap heran, entah ke

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-12
  • Pengasuh Kesayangan Tuan Duda   Kebiasaan Melamun

    Claudia tidak bisa menjawab, tatapannya tidak bisa teralih dari Malven yang mengernyit, kemudian menggeleng, beberapa kali pria itu juga berdecak, seolah mempertanyakan rasa dari es krim-nya. Di satu sisi, ada seorang pria yang mengkhianati kekasihnya beberapa hari sebelum pernikahan, tapi di sisi lain ada seseorang yang mencoba menikmati es krim yang tidak disukainya hanya karena itu kesukaan istrinya. Seolah menghapus ketidakberadaan Elodia di sini, Malven tetap membeli apa yang wanita itu sukai. 'Kenapa aku tidak mendapatkan yang seperti itu juga?' Claudia menunduk, air matanya hampir jatuh saat rasa iri menyergap. Perasaan cemburu pada wanita yang diperhatikan, diingat dan dicintai sedemikian rupa, Claudia tidak bisa menahannya. Kenapa wanita lain bisa mendapat cinta setulus itu, sedangkan Claudia tidak? Apa salahnya? "Kalian sudah selesai, kan? Ayo--!" Malven yang berniat mengajak Raga dan Claudia untuk segera meninggalkan taman hiburan, menghentikan ucapannya saat menyada

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-13
  • Pengasuh Kesayangan Tuan Duda   Sebuah Sumpah?

    Iler?! Claudia langsung menutup mulutnya, wajahnya memerah saat masih bisa merasakan sedikit basah di sudut bibirnya."P-pak, saya--!""Kita sudah sampai," potong Malven sembari menujuk dengan dagunya, pada Raga yang sedang berdiri di dekat jendela mobil. Eh, lho?! Sejak kapan sampainya? Claudia cepat-cepat menekan kunci pintu dan membukanya."Saya benar-benar minta maaf, Pak," ucap Claudia lirih sebelum bergegas keluar, sedikit salah tingkah saat Raga bertanya apa Claudia tidur nyenyak.Masih sedikit terdistorsi, Claudia beberapa kali menerima teguran dan cubitan di pipi dari Raga yang berulangkali diabaikan. Tidak hanya melamun saat sedang membantu memakaikan piyama pada Raga, Claudia juga tidak mendengarkan ketika anak asuhnya bertanya tentang keinginannya untuk tidak makan malam."Kakak dari tadi bengong terus kenapa, sih?! Kali ini tuh bengongnya beda dari yang sebelum-sebelumnya!" Raga melipat tangan, bibirnya merengut dan wajahnya jelas menunjukkan kekesalan. "Padahal katanya

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-14
  • Pengasuh Kesayangan Tuan Duda   Dua Bulan Kemudian

    Ups! Claudia cepat-cepat menutup mulutnya yang mengeluarkan kata-kata tanpa kompromi. "Ma-maaf, Pak, maksud saya--!" "Meski dilihat sedekat ini juga masih tidak enak?" Claudia tercekat saat Malven mendekatkan wajahnya tiba-tiba. Jarak wajah mereka yang terlalu dekat membuat wanita itu gugup--tentu saja! Memangnya wanita mana yang tidak akan gugup menatap wajah setampan itu dari jarak dekat?! Dan yang lebih penting, pria tampan itu bukanlah kekasihmu, melainkan majikan. Majikan! Seseorang yang tidak suka jika pengasuh putranya menaruh hati hingga memberi beberapa peraturan aneh, tapi malah bertingkah seperti ini, Claudia tidak tahu harus bagaimana menyebutnya. Haruskah ia menyebut Malven sebagai penggoda? Penggoda yang tidak mau menerima konsekuensi atas godaannya sendiri? "Kamu gugup, tapi tidak tersipu." Ha? Claudia yang sempat melamun saat melihat wajah tampan Malven dari jarak dekat, akhirnya tersadar ketika pria itu menjauhkan wajah. Kata-kata Malven membuat Claudia men

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-15
  • Pengasuh Kesayangan Tuan Duda   Dunia yang Gelap

    Mereka sampai di hotel saat matahari baru saja tenggelam dan suhu menurun hingga -8°, untungnya segala urusan hotel sudah selesai sehingga Claudia dan Raga tidak perlu lagi menunggu. "Ini kunci milikmu, Claudi, letak kamarmu tepat di samping kamar kami. Malam ini sebaiknya langsung istirahat dan pesan layanan kamar saja, aku yang akan mengurus Raga." Claudia menerima key card berwarna hitam yang Malven sodorkan. Wanita itu melirik pada Raga dan mengangguk setelah mendapat persetujuan dari anak asuhnya. Malam ini mungkin akan jadi yang pertama kali Claudia dan Raga tidak makan bersama, tapi situasi ini juga bagus untuk hubungan Malven dan Raga.Sebenarnya kedatangan Malven ke Jepang adalah murni pekerjaan, dan pria itu hampir saja kembali merusak kepercayaan Raga karena membatalkan janjinya untuk berlibur bersama, jadi ia memutuskan untuk membawa Raga bersamanya. Malven mungkin tidak akan memiliki banyak waktu bersama Raga meski ia membawa putranya ikut ke perjalanan bisnisnya kali

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-16
  • Pengasuh Kesayangan Tuan Duda   Luka yang Belum Kering

    Claudia pikir menyaksikan perselingkuhan kekasihnya beberapa hari sebelum pernikahan itu menyakitkan. Ia pikir mengakhiri hubungan yang sudah terjalin selama bertahun-tahun itu menyakitkan. Mendengarkan pembelaan Deon yang bersikukuh jika ia dijebak oleh Selena juga Claudia pikir sudah sangat menyakitinya. Tapi, luka-luka atas pengkhianatan dan kekecewaan itu belum selesai, karena ada rasa sakit lebih hebat lainnya yang kini menghantam Claudia.Selena tengah mengandung benih Deon. Kalau hanya sampai di sana berita yang Claudia terima, ia masih bisa mengabaikannya, tapi ketika Miranda memberitahu usia kandungan Selena, Claudia merasakan kakinya melemah, air mata yang sudah mengering kembali tumpah mendanau. Ingatan-ingatan penuh senyum yang selama ini Claudia sembunyikan rapat-rapat, kini membanjir dan membuat hatinya kembali berdarah dengan hebat.“Sebenarnya sejak kapan … sejak kapan kalian mulai menusukku dari belakang?” Suara Claudia bergetar, layar ponselnya masih menyala meski ia

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-17

Bab terbaru

  • Pengasuh Kesayangan Tuan Duda   Empat Pria

    Claudia terkejut atas kedatangan Malven. Bukankah pria itu sudah pergi dari tadi?!Shouki segera menarik tangannya dari kepala Claudia dan bergegas berdiri, membungkuk sopan pada Malven yang tampak mematung di dekat pintu.Sepertinya Malven tidak tahu jika sedang ada Shouki di sini, melihat dari raut tegang Sean dan Vall di belakangnya."Malven? Bukankah kamu bilang ada urusan?" Claudia bertanya pelan, entah kenapa merasa gugup, padahal tidak melakukan sesuatu yang salah.Malven menghela napas setelah mencoba menjernihkan kepalanya. Melihat Claudia yang kikuk dan gugup, Malven tahu jika wanita itu tidak tahu cara menjelaskan kehadiran pria asing di kamarnya."Aku meninggalkan sesuatu," ucap Malven sembari berjalan mendekat. Matanya berubah tajam saat menatap Shouki. "Selamat siang, Tuan Malven, saya Shouki."Malven menaikkan satu alis melihat pria di hadapannya bersikap sopan dan tampak percaya diri. "Selamat siang, Tuan Shouki. Maaf mengganggu waktu Anda dan kekasih saya--Claudia. S

  • Pengasuh Kesayangan Tuan Duda   Rasa Syukur

    Claudia menutup buku cerita dengan perlahan, memastikan tidak ada suara yang mengganggu tidur Raga. Anak itu sudah tertidur pulas dengan posisi meringkuk di samping Claudia, napasnya yang tenang membuat Claudia tersenyum lembut. Wanita itu membenarkan posisi kepala Raga ke bantal dan menyelimutinya agar lebih nyaman, lalu menatap wajah polos anak itu sejenak sebelum menghela napas lega.Saat Claudia hendak meletakkan buku di meja kecil, pintu kamar rawatnya terdengar diketuk. Namun, bukannya langsung terbuka, ketukan itu disusul dengan suara pelan dari luar--sepertinya ada perdebatan kecil. Claudia mengerutkan kening, merasa bingung, hingga ia mendengar suara rendah dan penuh tekanan dari Shouki."Apa Sho sudah datang? Cepat juga, padahal belum dua puluh menit."Claudia segera mengambil ponselnya dan menghubungi Sean, lupa jika wanita itu dan Vall sedang berjaga atas titah Malven. Awalnya Claudia khawatir Sean tidak akan mengangkat telpon darinya karena wa

  • Pengasuh Kesayangan Tuan Duda   Tidak Akan Melepaskan

    Saat Claudia tengah asyik membacakan buku cerita untuk Raga, tiba-tiba pikirannya tersentak. Ia teringat sesuatu yang membuat alisnya berkerut. Claudia sama sekali belum memberi kabar pada siapa pun tentang dirinya yang dirawat di rumah sakit, apalagi soal kejadian yang membuatnya ada di sini.Claudia berhenti membaca, membuat Raga menatapnya dengan bingung. "Kak Cla, kenapa berhenti? Ceritanya lagi seru!"Claudia tersenyum kecil, mencoba menenangkan Raga. "Sebentar, Raga. Kakak baru ingat ada sesuatu yang harus dilakukan. Bisa tolong ambilkan tas Kakak? Sepertinya ada di lemari kecil di dekat ranjang."Raga mengangguk antusias, melompat turun dari tempat tidur, lalu bergegas menuju lemari kecil. Ia membuka pintu lemari dan mengambil tas tangan Claudia dengan hati-hati. "Ini, Kak." Raga menyerahkan tas tersebut dengan senyuman bangga."Terima kasih, Raga. Kamu memang hebat." Claudia mengacak rambut anak itu sebelum membuka tasnya dengan buru-buru. Ia mengeluarkan ponsel yang langsun

  • Pengasuh Kesayangan Tuan Duda   Mendengarkan Detak Jantung

    Claudia tertawa pelan mendengar komentar polos namun jenaka dari Raga. "Ssst, jangan bicara begitu. Seaneh apa pun, dia tetap Papa-mu. Dan yang paling penting, Papa terlihat bahagia, kan?" Claudia mengusap kepala Raga dengan lembut.Raga mengerucutkan bibirnya dan menatap Claudia dengan tatapan ragu. "Bahagia? Masa, sih? Masa dia bahagia banget cuma karena makanan itu," gumamnya pelan, membuat Claudia nyaris tertawa lagi.Claudia melanjutkan sarapannya dengan tenang setelah berhasil menahan tawa atas kometar Raga terhadap kelakuan Malven. Beberapa saat kemudian, setelah Claudia selesai dengan sarapannya, pintu kamar diketuk. Seorang dokter masuk bersama dua perawat, membawa beberapa peralatan untuk pemeriksaan rutin. Claudia tersenyum kecil dan mengangguk sopan."Selamat pagi, Nona Claudia. Bagaimana kondisi Anda pagi ini? Apakah ada keluhan atau rasa tidak nyaman?" tanya dokter dengan ramah sambil memeriksa catatan kesehatan Claudia."T

  • Pengasuh Kesayangan Tuan Duda   Ngidam

    Tidak lama setelah Zheva meninggalkan kamar, dua perawat mengetuk pintu dengan sopan sebelum masuk sambil membawa troli kecil. Salah satu perawat tersenyum ramah dan berkata, "Selamat pagi, Nona Claudia. Kami akan membantu Anda ke kamar mandi." Claudia mengangguk dan meminta Raga untuk menunggu di sofa yang tersedia. Dengan bantuan para perawat, Claudia bangkit perlahan dari tempat tidur dan berjalan menuju kamar mandi. Meski tubuhnya masih sedikit lemah, rasa segar setelah membasuh tubuh membuat mood Claudia membaik. Setelah selesai, Claudia kembali ke tempat tidur, menemukan sarapan sudah diletakkan di meja kecil di samping ranjangnya. "Selamat makan, Nona Claudia," ujar perawat sebelum meninggalkan kamar. "Bagaimana denganmu, Raga? Sudah sarapan belum?" Claudia bertanya pada Raga yang sedang menonton televisi. "Udah, dong! Tadi sarapan sama omelet asin buatan Tante Zheva," jawab Raga sembari memasang wajah

  • Pengasuh Kesayangan Tuan Duda   Calon Mama

    Setelah Malven keluar dari ruang rawat Claudia, wanita itu mencoba untuk tidak canggung saat Zheva duduk di tepi ranjang."Ayo ulang perkenalannya, Claudia. Namaku Zhevanka Agni Wijaya, kakak kandung Elodia, juga teman Malven sejak kecil." Zheva kembali mengulurkan tangan, kali ini dengan senyum lembut dan anggun.Claudia menerima uluran itu setelah tertegun beberapa saat. Wanita itu menelan ludah, gugup dengan alasan yang lain. "Salam kenal, Nona Zheva, nama saya Claudia." "Hmm ... apa aku tidak bisa dipanggil dengan nama saja tanpa embel-embel 'Nona'? Kamu boleh memanggilku Zheva, kalau merasa itu tidak sopan, tambahkan 'Kak' di depannya. Tapi, apa kamu lebih nyaman kalau bicara formal? Kalau begitu saya juga--""Tidak, Kak Zheva!" seru Claudia tanpa pikir panjang. Wanita itu segera menutup mulutnya dengan telapak tangan, merasa bodoh dengan tindakannya. "Itu ... maksudku tidak perlu bicara seformal itu padaku! Apa tidak masalah kalau kupanggil

  • Pengasuh Kesayangan Tuan Duda   Tatapan Sinis

    Claudia dan Malven terkejut karena tidak mendengar suara pintu kamar yang terbuka. Mereka segera menjauhkan diri dengan panik. Malven menarik tubuhnya ke belakang, sementara Claudia buru-buru menarik selimut untuk menutupi dirinya. Wajah keduanya memerah, namun tidak sempat memikirkan apa pun karena suara ceria seorang anak langsung memenuhi ruangan."Kak Claudia!" Raga berteriak dengan gembira, berlari kecil menuju tempat tidur Claudia tanpa sedikit pun menyadari ketegangan di ruangan itu. Claudia mencoba tersenyum meski masih gugup, tangannya segera terulur menyambut Raga yang langsung memeluknya erat."Raga, kenapa kamu ke sini? Harusnya istirahat saja di rumah. Bagaimana kondisimu, masih ada yang sakit?" Claudia bertanya lembut, suaranya terdengar sedikit pecah, tapi ia berusaha keras untuk terlihat tenang."Aku baik-baik aja kok dan aku kangen Kak Cla! Aku mau lihat Kak Claudia!" jawab Raga polos, matanya berbinar penuh kegembiraan. "Kakak baik, kan? Adik bayi gimana?"Belum semp

  • Pengasuh Kesayangan Tuan Duda   Tidak Ingin Kehilangan

    Malven mendekat lebih jauh, jaraknya nyaris menghapus ruang di antara mereka. Tangan besarnya mengangkat dagu Claudia dengan lembut, memaksanya untuk menatap langsung ke matanya. Pria itu memang sudah merasa aneh sejak Claudia mengetahui tentangnya yang menggenggam tangan Zheva di kediaman Adhamar kemarin, tapi jika mengingat yang Claudia katakan tentangnya yang memiliki posisi sebagai sekretaris dari direktur yayasan gemilang, sekarang Malven mengerti. Pasti direktur yayasan itu ada di sana bersama Claudia dan ikut mendengarkan keputusan Malven."Claudi," panggil Malven dengan suara yang rendah namun penuh ketegasan. "Aku tidak peduli siapa kamu atau dari mana kamu berasal, dan aku tidak peduli apa yang orang lain pikirkan. Tidak lagi boleh menggunakan nama Pranaja bukan berarti aku kehilangan segalanya, tapi jika kamu tidak di sisiku, itu artinya aku benar-benar tidak memiliki apa pun. Aku hanya peduli tentang kamu, tentang kita. Jadi tolong, jangan lagi merasa bahwa kamu tidak lay

  • Pengasuh Kesayangan Tuan Duda   Pagi Hari

    Claudia membuka matanya perlahan, kelopak matanya terasa berat. Ia mendapati dirinya berada di sebuah ruangan dengan pencahayaan yang lembut dan suasana yang nyaman. Sebuah selimut tebal menutupi tubuhnya, dan aroma samar khas rumah sakit masih terasa di udara. Butuh beberapa detik baginya untuk menyadari di mana ia berada.Saat ingatannya kembali ke kejadian kemarin, dada Claudia terasa sesak. Namun, sebelum ia sempat tenggelam lebih jauh dalam pikirannya, pintu kamar mandi terbuka pelan, dan Malven muncul. Rambutnya sedikit basah, dan ia mengenakan kemeja yang tidak sepenuhnya terkancing, memperlihatkan sebagian dadanya. Wangi sabun dan cologne menguar dari tubuh pria itu, mengisi ruangan dengan aroma maskulin yang menenangkan.Melihat Claudia yang sudah terjaga, senyum kecil terukir di wajah Malven. "Selamat pagi," ucapnya, berjalan mendekat ke sisi tempat tidur.Claudia terdiam, masih sedikit terkejut dengan keberadaan pria itu. Sebelum ia sempat berkata apa-apa, Malven duduk di t

DMCA.com Protection Status