Sebenarnya cukup disayangkan hari pertama di sini Claudia malah menghabiskan waktunya dengan tidur seharian, jadi sebagai ganti, ia memaksa Malven untuk keluar dari hotel dan berjalan-jalan meski hanya di tepi pantai. Menapakkan kaki telanjangnya di atas pasir dan mendengar deburan halus di sekitar membuat perasaan Claudia sangat tenang.“Aku menyukai laut sejak dulu, mendengarkan suara debur ombak selalu menenangkan.” Claudia tersenyum semringah seraya mengayunkan genggaman tangannya dan Malven. Kehangatan yang wanita itu terima dari pria di sisinya mengalahkan angin malam yang berembus.“Aku lebih suka hutan dan pegunungan, bau pohon, lumut dan tanah basah selalu menyenangkan. Itulah kenapa markas utama Phantom ada di sana, di dekat villa yang waktu itu kita datangi. Hutan memberikanku keyakinan tentang perlindungan dan keamanan, kalau berada di sana, aku sangat percaya diri tidak ada yang akan menemukan dan berhasil menangkapku.”Claudia tidak mengerti kenapa Malven memberitahu ten
"Jadi, mau apa kita hari ini?" Claudia bertanya antusias, karena yang merencanakan bulan madu ini adalah Malven, jadi ia tidak tahu apa-apa.Malven mengernyit saat merasakan sinar matahari yang cukup terik, padahal belum terlalu siang. Pria itu memakai kaca mata hitamnya untuk mengurangi silau dari matahari, tapi gerakannya yang sederhana itu tanpa disadari membuat orang-orang di sekitar terpesona.Claudia merengut tanpa sadar saat melihat para wanita dan pria memandangi Malven-nya dengan air liur hampir menetes."Kita akan main golf, pemandangannya sangat bagus, jadi kita bisa bersantai di sana sambil berolahraga ringan. Lalu, aku berencana membawamu ke Seawalker, kita akan menyelam dan menjelajahi dunia bawah laut." Jawaban Malven membuat rasa kesal Claudia berkurang, tampaknya pria itu sudah merencanakan segalanya dengan matang."Hanya ke dua tempat itu?" Claudia menaikkan satu alis, berjalan di sisi Malven yang lagi-lagi menggenggam tangannya. "Setelah menyelam, kita akan jalan-
"C--Claudia?!"Keterkejutan di wajah tampan yang berkeringat itu membuat Claudia gemetar. Ia masih bisa melihat sisa-sisa gairah di mata lelakinya. Lelaki yang harusnya mengucap janji suci untuknya beberapa hari lagi. Wanita itu mengunjungi kekasihnya untuk merayakan tujuh tahun hari jadi mereka, tapi bukannya bahagia, nyatanya yang dilihat Claudia di apartement lelaki itu adalah rasa sakit dari pengkhianatan. Tidak pernah sekali pun Claudia berpikir kekasihnya akan berselingkuh, apalagi dengan sepupunya sendiri."Cla, aku--!" Pria itu dengan tergesa mengenakan bokser hitam yang terletak di lantai dan menghampiri Claudia.Plak!Sebuah tamparan mendarat di pipi kanan lelaki yang mengisi hati Claudia selama tujuh tahun terakhir. Tangan wanita itu terasa sakit dan panas, bersamaan dengan gemetar di seluruh tubuhnya."Kita putus," ucapnya final, berbalik dan langsung bergegas keluar dari kamar yang membuatnya muak."Claudia! Dengarkan aku dulu, Sayang!" "Jangan memanggilku 'Sayang' deng
“Sebenarnya kenapa … kenapa dia melakukan itu? Apa dia tidak bisa menunggu sebentar lagi? Kami akan menikah, tinggal beberapa hari lagi, tapi kenapa dia … kenapa … apa salahku ….”Sakit. Ia bahkan tidak tahu bagaimana menggambarkan rasa sakitnya. Kehadiran Deon selama hampir sepuluh tahun di hidupnya membuat Claudia nyaris bergantung pada pria itu.“Aku harus bagaimana sekarang … aku harus apa ….”“Kak, kan Aga yang jatuh, kenapa Kakak nangis juga?”Pertanyaan yang diajukan membuat Claudia mendongak, air mata yang membasahi pipinya membuat wajah wanita itu terlihat berantakan. Entah sejak kapan anak yang memanggil dirinya dengan Aga itu sudah tidak lagi menangis, matanya tampak dipenuhi pertanyaan.“Kakak cuma--”“Raga!”Teriakan itu membuat Claudia terkejut dan tidak bisa melanjutkan perkataannya, apalagi setelah anak bernama Aga langsung memeluk lehernya dengan erat. Pelukan itu juga membuat Claudia tidak bisa menoleh ke belakang, pada derap langkah cepat yang mendekat.“Raga, ayo p
Claudia berteriak, air matanya tumpah deras, dadanya sesak oleh rasa sakit yang entah bagaimana cara menyembuhkannya. “Jangan pernah muncul di hadapanku lagi mulai sekarang. Kita benar-benar selesai! Terima kasih karena telah menunjukkan dirimu yang asli sebelum kita menikah, selamat tinggal!”“Claudia!”Claudia langsung berlari menuju tangga, ke kamarnya di lantai dua lebih tepatnya, mengabaikan ayahnya yang menunggu dengan cemas di ruang keluarga. Untungnya Deon tidak nekat mengejar, karena meski sudah tujuh tahun berpacaran pun, Deon tidak pernah mendapat izin untuk melangkah ke lantai dua di mana kamar Claudia berada.Mengunci pintu kamar, Claudia akhirnya jatuh terduduk di lantai, kakinya lemas dan seluruh tubuhnya gemetar. Ia berusaha sangat keras untuk tidak memukul Deon, berteriak dan bertanya apa salahnya hingga diperlakukan seperti orang bodoh. Claudia mencintai Deon, pria itu adalah cinta pertamanya, sosok yang selalu membuat Claudia berbunga. Tapi, kenapa? Apa tidak cukup
Pranaja merupakan salah satu keluarga terpandang yang namanya dikenal hampir seluruh orang di Indonesia, lebih tepatnya keberadaan perusahaan milik keluarga itu yang sering menduduki puncak dunia bisnis di Asia, merambah hingga Amerika dan Eropa, juga beberapa kali mendapat penghargaan internasional, membuat Pranaja menjadi salah satu keluarga yang selalu menjadi topik hangat.Presiden Direktur Pranaja Grup sudah membuat permintaan pengiriman pengasuh profesional beberapa kali, tapi semuanya dikembalikan dengan alasan yang tidak diketahui. Claudia sering mendengar para karyawan dan guru di perusahaannya mengumpamakan jika penggantian pengasuh di keluarga Pranaja seperti seseorang yang setiap dua jam berganti baju karena telalu sering."Kurasa itu bukan ide buruk, aku juga harus mencari tahu alasan sebenarnya para pengasuh itu dikembalikan. Tolong kirim pemberitahuan ke Pranaja jika pengasuh baru akan datang besok. Lalu, selama aku menjadi babysitter, kirimkan pekerjaanku ke email saja
Claudia segera menurunkan tangannya yang dengan lancang menunjuk pada pria berjas hitam di depannya, baru saja keluar dari kediaman Pranaja. Pria itu adalah seseorang yang memberikan tatapan tajam dan sinis pada Claudia malam itu, seseorang yang mengaku sebagai ayah Raga.“Jangan kurang ajar, Cla, dia calon majikanmu. Memangnya kamu tidak pernah lihat fotonya di majalah bisnis?” Aira berbisik sembari menyenggol pelan lengan Claudia. “Apa ada masalah?”Pertanyaan pria di depannya membuat Claudia langsung membungkukkan tubuh, meminta maaf atas ketidaksopanannya.“Sa-saya pikir Tuan mirip dengan aktor korea kesayangan saya, ja-jadi ....” Suara Claudia bergetar, menunjukkan bahwa ia takut dan permintaan maafnya tulus.Kalau ini situasi normal, Aira pasti akan mengejek dan menertawakan kebodohan Claudia, karena dilihat dari sisi mana pun, pria tampan di hadapan mereka tidak ada wajah-wajah korea-nya sama sekali.“Saya harus segera ke kantor, jadi kenalannya nanti saja. Saya sudah menerima
Butuh waktu cukup lama untuk menenangkan Raga. Untungnya saat anak itu menangis dan menjelek-jelekkan ayahnya, tidak ada satu pun yang datang ke kamar, dan Claudia bersyukur tidak ada kamera pengawas di sana, karena selama menemani Raga menangis, Claudia menyetujui dan mengiyakan apa pun hal-hal buruk yang anak itu katakan tentang Malven.Siapa sangka pria seksi yang menjadi buah bibir setiap wanita itu ternyata memiliki nilai yang sangat mines di mata putranya sendiri."Kakak," Raga memanggil pelan setelah tangisnya agak reda."Ya?" Claudia membersihkan jejak ingus dan air mata di pipi Raga. "Kamu lapar? Mau makan sekarang?" Raga menggeleng perlahan. "Itu ... yang aku bilang tentang Papa, bisa nggak jadi rahasia kita berdua aja? Na-nanti kalau sampai ada berita buruk tentang Papa--""Oke, Sayang!" Claudia langsung menunjukkan jari kelingkingnya, "Pembicaraan kita akan selalu jadi rahasia, entah sekarang atau pun nanti. Raga juga mau janji untuk tidak cerita pada siapa pun tentang Ka