Nah lo, siapa lahi nih yang mengancam Nadia?
"Masa kalian nggak sadar kalau gara-gara dia teman kita jadi dipecat!" Seorang pelayan tampak berbisik pada temannya ketika melihat seorang gadis kini keluar dari kamarnya. Bisikan yang tak terlalu pelan, sehingga orang yang ada di sekitar itu pasti bisa mendengarkannya dengan jelas.Nadia yang juga mendengar itu tampak mengerutkan kening karena gadis itu sangat yakin bahwa seseorang yang tengah dibicarakan saat ini adalah dirinya. Dengan cepat dia langsung menoleh dan bertanya langsung tanpa rasa takut sama sekali, "Apa maksud kalian? Siapa yang dipecat?"Wajah kedua pelayan itu seketika langsung ditekuk seolah-olah merasa jijik kepada Nadia."Kamu ini benar-benar cewek ular, ya? Udah fitnah teman kita sampai buat dia dipecat, sekarang malah pura-pura nggak tahu apapun!" Dengan entengnya salah satu dari mereka mengatakan hal itu.Nadia tersentak kaget ketika mendengar itu, dia dengan cepat sadar bahwa pelayan yang sempat beradu sengit dengannya saat ini tak terlihat lagi di rumah ini.
'Apa aku membuat kesalahan lagi?' batin Daniel, ketika pria itu memperhatikan seorang gadis yang saat ini bersikap acuh tak acuh kepadanya. Daniel melirik ke arah sosok gadis ini tampak tengah menyantap sarapannya. Dia tanpa mengernyit sedikit ketika menyadari ada yang salah dengan tingkah Nadia. Di saat yang sama tiba-tiba saja gadis itu menoleh dan menatap lekat Daniel, namun detik berikutnya dia langsung memalingkan wajahnya setelah melayangkan ekspresi cemberut.'Dia marah?' batin Daniel, semakin yakin ketika mendapatkan perlakuan acuh itu.Di sisi Nadia, gadis itu tampak memotong daging dengan tatapan yang dipenuhi dengan rasa kesal. Namun ada sedikit kehampaan yang muncul di dalam hatinya ketika memperlakukan pria itu dengan acuh. 'Huh! Sadar, Nadia! Seharusnya kamu memang tak berharap lebih,' batinnya.Sean yang tengah mengunyah makanannya itu tampak mengerutkan keningnya ketika melihat ekspresi wajah Nadia. Dengan polosnya dia pun bertanya, "Kak Nadia marah? Kok wajahnya cemb
"30 menit lagi kita pergi. Bersiaplah," perintah pria itu sembari beranjak dari kursi. Nadia tampak kaget dan mengerutkan keningnya, namun sebelum gadis itu bisa bereaksi, tiba-tiba saja ada seseorang yang menyela ucapannya. "Nadia," panggil sosok wanita paruh baya yang kini tampak mendekatinya dengan wajah sumringah. Martha dengan cepat langsung memeluk erat tubuh calon menantunya itu dan bertanya, "Kamu udah sarapan?""Udah, Tante," jawab gadis itu, masih saja merasa sedikit canggung walaupun memang tak bisa dipungkiri hubungan mereka kini semakin dekat. Martha yang mendengar jawaban gadis Itu tampak tersenyum tipis dan segera menatapnya dengan lekat sembari berkata, "Yuk kita pergi sekarang," ajaknya."Kemana, Tante? Nadia belum--""Ke salon, dong! Masa calon pengantin masih capek di rumah dan nggak istirahat?" tuturnya sembari melirik ke arah Daniel dan kembali berkata, "Kamu nggak bilang soal ini sama Nadia?"Mendengar itu, Daniel hanya mengerutkan keningnya tanpa menjawab. Seda
Bab 64. Wajah Tomat "Kamu sudah siap?" tanya seorang pria ketika melihat sosok Nadia.Gadis itu tampak menuruni tangga sambil mengerutkan keningnya sejenak. 'Dimana yang lain?' tadinya bingung sebab saat ini hanya tersisa Daniel dan pria itu terlihat menunggunya sendirian.Daniel sadar bahwa gadis itu telah mempertanyakan keberadaan yang lainnya seketika langsung berkata, "Mereka pergi lebih dulu. Ayo," ujarnya.Nadia yang mendengarnya tampak mengerutkan keningnya, merasa heran sekaligus sedikit canggung karena dia hanya berduaan saja dengan Daniel.Di tengah-tengah memikirkan itu, Daniel yang sudah berjalan lebih dulu beberapa langkah kembali menoleh sambil berkata, "Kenapa diam saja?"Seketika lamunan gadis itu langsung biar ketika mendengar suara Daniel. Wajah Nadia tampak panik dan dia gelagapan, "Eh?! Ah, i-iya." Dia segera mendekat sambil merapikan rambutnya yang sedikit berantakan dan membuat telinganya tak nyaman. Dia pun membatin, 'Ugh! Kenapa dia selalu bikin aku malu, sih?
"Eh? Nadia, kamu udah datang?" Martha yang tengah berbincang mengenai perawatan rambutnya itu tampak menoleh ketika menyadari seseorang masuk ke dalam salon.Nadia tersenyum tipis seraya mendekat, "Tante udah nunggu lama?""Ah, enggak, kok." Martha mengibaskan tangannya dan kembali bicara, "Sini, kamu juga harus konsultasi soal penampilan kamu nanti. Di hari yang istimewa lusa nanti, kamu pasti bakalan keliatan mempesona." Wanita paruh baya itu tersenyum tipis dan menambahkan, "Mbak, tolong jadikan dia bersinar seperti bintang, ya. Ini calon menantu saya," ujarnya lagi sambil menatap ke arah pegawai salon.Wajah Nadia seketika kembali memerah, kebaikan wanita paruh baya ini selalu saja membuatnya jadi terharu."Baik, Nyonya." Pegawai salon itu mengangguk patuh, lalu mengarahkan pandangannya ke Nadia dan berkata, "Nona, mari saya bantu.""A-ah, iya." Nadia segera mengikuti pegawai salon itu. Sedangkan Martha tampak terkekeh pelan. Namun ketika suara pintu depan kembali terdengar, dia s
"Papa!" Sean yang baru saja masuk ke dalam salon bersama dengan kakeknya itu langsung mendekati Daniel. Wajahnya tampak sangat ceria sambil memperlihatkan snack yang baru saja dibelinya. "Pa, Kak Nadia mana?" tanya bocah lelaki itu sambil mengedarkan pandangannya ke seluruh sudut ruangan salon dan kembali bertanya, "Nenek juga nggak ada. Apa Nenek udah pulang, Pa?"Daniel tak menjawab sama sekali, dia hanya mengangkat dagunya mengarah tepat ke ruangan yang kini tengah diisi oleh Nadia dan Martha."Oh, disana, ya? Sean mau liat Nenek sama Kak Nadia!" Dengan cepat berjalan lagi itu berniat untuk mendekat, namun sang kakek langsung mencegahnya. Hendrawan menggelengkan kepalanya sembari berkata, "Kak Nadia dan Nenek lagi nikmati waktunya. Nanti mereka sedih kalau diganggu," jelasnya pelan sembari tersenyum tipis dan menambahkan, "Sini, Sean main aja sama Kakek dan Papa. Kita makan snack sama-sama," ujarnya lagi.Tanpa banyak protes, Sean segera menganggukkan kepalanya dan duduk tepat di s
"Kamu harus waspada." Hendrawan menatap lekat anaknya itu dengan serius. Jika Daniel lengah sedikit saja, Monica mungkin akan menghancurkan segalanya. Tak masalah jika wanita itu berniat membuat masalah dengan keluarga Adhitama, hanya saja urusannya berbeda jika dia sudah berani mengusik Nadia dan ibunya. Pria paruh baya itu menghela napas pelan sembari menambahkan, "Kalau perlu, buat dia menjauh."Daniel yang mendengar itu tampak terdiam sejenak. Bahkan tanpa ayahnya minta, dia pun sudah berusaha untuk membuat mantan istrinya itu menjauh. Bahkan, dia sudah meminta wanita itu untuk pindah dari villa. Namun sayangnya sulit karena Monica tetap bersikeras untuk tinggal. Dengan tatapan matanya yang tajam, Daniel pun membatin, 'Dia malah memintaku untuk menemuinya. Ha ... dia sangat licik.'Disaat tengah memikirkan itu, Nadia dan Martha tampak keluar dari ruangan perawatan. Gadis itu tampak sedikit malu-malu, dia berjalan mendekat sambil menunduk. Namun, Martha justru menyeletuk, "Gimana,
'H-hah? Dia senyum? Si gunung es itu beneran senyum? Aku nggak salah lihat, 'kan?!'Di tengah kebingungannya itu, Martha menariknya untuk mendekat. Tanpa basa-basi, wanita paruh baya itu langsung mendorongnya hingga berada tepat di samping Daniel."Berhubung udah cantik gini, gimana kalau kita ke studio?" Martha melirik ke arah suaminya dan kembali menambahkan, "Foto Nadia sama Daniel 'kan belum ada, Pa. Setuju 'kan sama Mama?"Sebelum Hendrawan menjawab, Sean lebih dulu menyela sambil mengangkat tangan kanannya. "Setuju!" teriaknya antusias. Dengan senyumannya yang sumringah, bocah lelaki itu berbalik dan menatap ayahnya. "Ayo kita foto, Pa!" tuturnya lagi sambil menyentuh tangan pria itu.Daniel yang mendengarnya hanya diam. Dia justru berbalik menatap Nadia, ingin tahu tanggapannya. Nadia yang mendapat tatapan itu tampak kikuk dan bicara dalam hatinya, 'Kenapa harus ngeliatin aku dulu? Dia bisa memutuskannya sendiri, 'kan?'Di tengah kebingungannya, sebuah tangan kecil yang hangat