"Lo emang nggak pernah berubah, ya? Entah kenapa sekarang gue jadi nyesel karena nggak bertindak dari dulu meskipun melihat lo bersikap semena-mena."Mata Clarissa seketika langsung membulat dengan sempurna ketika mendengar perkataan Alvin. "Al? Lo serius ngomong kayak gini ke gue?"Clarissa memusatkan pandangannya itu pada Alvin dan menginginkan jawaban darinya. Hubungan mereka tak pernah sampai seburuk ini sebelumnya, meski memang beberapa kali sempat berdebat.Alvin menatap Clarissa, dia terdiam selama beberapa saat. Sejujurnya dia sangat peduli pada Clarissa karena bagaimanapun juga mereka telah saling mengenal cukup lama. Alvin sendiri yakin, Clarissa dulunya tak seperti ini.Sejak kapan semuanya jadi berubah?Alvin menghela nafas perlahan dan melirik ke sekitar karena sekarang hampir semua orang yang ada di sana memandangnya. Mereka jelas-jelas merasa sangat penasaran dengan perdebatan yang saat ini tengah terjadi. Menyebalkan!Dia benci ketika menjadi pusat perhatian.Luna dan
Kriet!Tengah malam, Daniel baru saja masuk ke dalam kamarnya setelah dia menyelesaikan semua pekerjaan di ruangan pribadinya. Pria itu tampak melirik ke arah sosok wanita yang saat ini sudah tertidur dan dia pun mendekatinya sambil tersenyum tipis."Kayaknya dia kelelahan," lirihnya.Wajar bagi seseorang yang sedang hamil muda mudah lelah. Apalagi Nadia saat ini memutuskan untuk berkuliah dan tentu saja tenaganya jadi terkuras dua kali lipat lebih cepat dari biasanya.Daniel lantas naik ke atas ranjang dan merebahkan tubuhnya itu tepat di samping sang istri tercinta. Pelan-pelan tangannya mulai terulur dan memeluk pinggangnya dengan mesra."Uhm, kamu sudah kembali?" Nadia yang belum terlalu lelap itu menyadari seseorang memeluknya dari belakang dan dia sendiri sudah bisa menebak kalau orang itu adalah suaminya.Kening daning terlihat berkerut hingga kedua alisnya saling menyatu karena dia tak menyangka kalau istrinya itu masih terbangun."Ya, Aku baru selesai. Kenapa kamu belum tidur?
"Gimana menurut lo, Lun?" Clarissa bertanya pada sahabatnya itu melalui sambungan telepon dan keningnya terlihat berkerut hingga kedua alisnya saling menyatu karena dia memang sudah merencanakan hal ini matang-matang sebelumnya.Luna yang ada di ujung telepon sana terdiam selama beberapa detik lamanya karena dia tak menyangka kalau sahabatnya ternyata memikirkan sesuatu seperti ini."Gue nggak akan banyak komen karena gue tahu lo lakuin ini supaya bisa narik perhatian Alvin, kan?"Clarisa menganggukan kepalanya perlahan dan wajahnya itu terlihat dihiasi dengan gurat kemerahan ketika membahas sosok pria yang disukainya. "Lo tahu sendiri gimana sukanya gue sama Alvin, kan? Gue nggak bakalan diem aja kalau ada seseorang yang berniat buat ngerebut dia."Luna kembali menutup mulutnya rapat-rapat dan dia merasa sangat merinding ketika mendengar perkataan Clarissa. Dia baru sadar kalau sahabatnya itu ternyata memiliki obsesi yang sangat berbahaya dan tak mungkin pernah mau melepaskan keingina
"Kenapa nggak nemu sih?"Alvin terus mencoba untuk mengetikkan nama seseorang di sosial media milikmu. Tapi dari tadi dia tak bisa menemukannya sama sekali. Dan itu berhasil membuatnya merasa kesal."Apa dia nggak aktif di sosial media manapun?"Dia telah mencoba untuk mencarinya di berbagai aplikasi. Tapi tetap saja tak menemukannya. Jejak digital tentang Nadia, tak ada sama sekali.Rasanya aneh karena biasanya anak muda pasti memilikinya walaupun mereka cukup tertutup sekalipun."Dia emang cewek yang agak unik sih. Tapi masa nggak punya sosial media manapun?"Ketika Alvin memikirkan hal itu lagi dia hanya bisa menghela nafas berat karena rasanya sangat sulit untuk mencoba mendekati Nadia. Selagi memikirkan itu pandangan matanya mengarah tepat pada kaca dan dia segera memastikan wajahnya. "Gue masih sama kok. Apa dia beneran nggak tertarik?"Ada banyak sekali perempuan di luar sana yang terus saja mencoba untuk mendekati Alvin. Bahkan Alvin sendiri juga sadar bahwa tampaknya itu cuku
Ketika Nadia keluar dari kamar Sean, tiba-tiba saja ponselnya berdering dan membuatnya langsung mengeceknya. Keningnya seketika langsung bergerak hingga kedua alisnya saling menyatu karena ada sebuah pesan masuk dan Nadia pun tanpa basa-basi langsung membukanya."Hah?!" Matanya itu membulat dengan sempurna ketika membaca sebuah pesan yang menggelikan dan membuatnya merasa kesal padahal ini masih pagi hari. "Dia udah nggak waras ya sampai ngirim pesan kayak gini?"Bagaimana mungkin dia tak merasa kesal?Seseorang yang baru saja mengiriminya pesan adalah Alvin dan isi pesannya itu tak masuk akal sama sekali.[Pagi, Cantik! Gue harap lo bahagia hari ini. Mau gue jemput, nggak?]Dengan perasaan kesal yang masih muncul di dalam hatinya, Nadia segera mengunci ponselnya itu kembali dan memasukkannya ke dalam saku.Dia tak habis pikir dengan Alvin karena ternyata pria itu tak menyerah sama sekali padahal sudah diberikan peringatan berkali-kali oleh Nadia."Aku harus kayak gimana lagi supaya di
"Tuh, kan! Kalian bisa lihat sendiri kan gimana songongnya dia?" Salah satu pelayan yang tadinya sempat membicarakan Nadia, kembali mencoba untuk memanasi situasi sambil melipat kedua tangan yang tepat di depan dada.Para pelayan yang ikut itu tampak menganggukkan kepalanya setuju."Cih! Padahal dia dulunya juga sama aja kayak kita. Tapi sekarang agaknya sombong banget! Nyebelin!"Ketika para pelayan itu sedang membicarakan Nadia, tiba-tiba saja seseorang muncul dan mengejutkan mereka semua."Ke-kepala pelayan?!"Anggun memicingkan matanya dengan tajam karena ternyata para pelayan yang berada di bawah naungannya itu tak pernah belajar sama sekali atas kesalahan di masa lalu.Dia sangat tak suka dengan sikap kurang ajar para pelayan ini dan ingin sekali membuat mereka semua merasakan akibatnya dengan memberikan hukuman.Tindakan mereka yang tanpa segan mencoba untuk membicarakan majikan dan menjelek-jelekkannya sudah kelewat batas. Jika saja majikan mereka bukanlah Nadia, mereka tak aka
"Hahaha! Gila, Lo beneran ngelakuin itu, Frey?" Clarissa tak bisa menahan tawanya sama sekali ketika dia mendengar penjelasan dari sahabatnya yang baru saja melancarkan aksinya supaya bisa membalaskan dendamnya pada Nadia.Freya menganggukkan kepalanya dengan bangga. "Ngapain juga gue bohong? Lagi pula cewek sialan itu yang cari masalah duluan sama kita. Sekarang dia harus terima akibatnya dong.""Tapi lo yakin nggak ada yang lihat?" Luna tampak bertanya sambil mengerutkan keningnya karena tentu saja dia tak mau perbuatan mereka kali ini diketahui oleh orang lain karena bisa membawa masalah besar.Freya menganggukan kepalanya tanpa ragu sedikitpun karena sebelumnya dia sudah memastikan dan tak ada seseorang di sekitar toilet. Jadi kemungkinan besar kelakuannya tadi tak dilihat oleh siapapun."Tenang aja, gue nggak bodoh-bodoh amat kok. Gue udah pastiin nggak ada yang lihat, aman."Clarissa menepuk pelan pundak Freya. "Bagus, Frey. Lo emang sahabat terbaik gue deh pokoknya!" Bukan hany
"Alah! Bukannya lo selalu ada di pihak Clarissa sampai-sampai kadang ngelupain gue? Nggak perlu jelasin apapun karena gue juga udah tahu, kok."Suasana saat ini langsung berubah menjadi tegang karena kesalahpahaman. Luna yang mendengar itu pun ikut merasa kesal karena dia hanya diam saja sedari tadi tapi malah disalahkan. Tentu saja dia tak bisa menerimanya sama sekali."Jujur gue nggak tahu apa yang lagi lo pikirin sekarang, Frey." Luna melipat kedua tangannya tepat di depan dada dan memasang raut wajah acuh.Freya yang mendengar itu seketika langsung menghela nafas. "Ya … ya … ya … terus aja pura-pura seolah nggak tahu apapun. Padahal lo sendiri yang selama ini bersikap beda sama gue dan Clarissa. Udahlah, gue jadi nggak mood buat makan," desisnya sambil meletakkan sendok dan garpunya dengan kasar.Kening Luna kembali terlihat berkerut hingga kedua alisnya saling menyatu dan dia menatap Freya sambil bertanya, "Lo itu sebenarnya kenapa sih? Kenapa lo dari tadi tuh ngomong nggak jelas?