dibalik seseorang yang melakukan kejahatan, pasti ada sebuah alasan yang sangat mendasar sehingga dia bisa melakukan hal tersebut.
"Kenapa nggak nemu sih?"Alvin terus mencoba untuk mengetikkan nama seseorang di sosial media milikmu. Tapi dari tadi dia tak bisa menemukannya sama sekali. Dan itu berhasil membuatnya merasa kesal."Apa dia nggak aktif di sosial media manapun?"Dia telah mencoba untuk mencarinya di berbagai aplikasi. Tapi tetap saja tak menemukannya. Jejak digital tentang Nadia, tak ada sama sekali.Rasanya aneh karena biasanya anak muda pasti memilikinya walaupun mereka cukup tertutup sekalipun."Dia emang cewek yang agak unik sih. Tapi masa nggak punya sosial media manapun?"Ketika Alvin memikirkan hal itu lagi dia hanya bisa menghela nafas berat karena rasanya sangat sulit untuk mencoba mendekati Nadia. Selagi memikirkan itu pandangan matanya mengarah tepat pada kaca dan dia segera memastikan wajahnya. "Gue masih sama kok. Apa dia beneran nggak tertarik?"Ada banyak sekali perempuan di luar sana yang terus saja mencoba untuk mendekati Alvin. Bahkan Alvin sendiri juga sadar bahwa tampaknya itu cuku
Ketika Nadia keluar dari kamar Sean, tiba-tiba saja ponselnya berdering dan membuatnya langsung mengeceknya. Keningnya seketika langsung bergerak hingga kedua alisnya saling menyatu karena ada sebuah pesan masuk dan Nadia pun tanpa basa-basi langsung membukanya."Hah?!" Matanya itu membulat dengan sempurna ketika membaca sebuah pesan yang menggelikan dan membuatnya merasa kesal padahal ini masih pagi hari. "Dia udah nggak waras ya sampai ngirim pesan kayak gini?"Bagaimana mungkin dia tak merasa kesal?Seseorang yang baru saja mengiriminya pesan adalah Alvin dan isi pesannya itu tak masuk akal sama sekali.[Pagi, Cantik! Gue harap lo bahagia hari ini. Mau gue jemput, nggak?]Dengan perasaan kesal yang masih muncul di dalam hatinya, Nadia segera mengunci ponselnya itu kembali dan memasukkannya ke dalam saku.Dia tak habis pikir dengan Alvin karena ternyata pria itu tak menyerah sama sekali padahal sudah diberikan peringatan berkali-kali oleh Nadia."Aku harus kayak gimana lagi supaya di
"Tuh, kan! Kalian bisa lihat sendiri kan gimana songongnya dia?" Salah satu pelayan yang tadinya sempat membicarakan Nadia, kembali mencoba untuk memanasi situasi sambil melipat kedua tangan yang tepat di depan dada.Para pelayan yang ikut itu tampak menganggukkan kepalanya setuju."Cih! Padahal dia dulunya juga sama aja kayak kita. Tapi sekarang agaknya sombong banget! Nyebelin!"Ketika para pelayan itu sedang membicarakan Nadia, tiba-tiba saja seseorang muncul dan mengejutkan mereka semua."Ke-kepala pelayan?!"Anggun memicingkan matanya dengan tajam karena ternyata para pelayan yang berada di bawah naungannya itu tak pernah belajar sama sekali atas kesalahan di masa lalu.Dia sangat tak suka dengan sikap kurang ajar para pelayan ini dan ingin sekali membuat mereka semua merasakan akibatnya dengan memberikan hukuman.Tindakan mereka yang tanpa segan mencoba untuk membicarakan majikan dan menjelek-jelekkannya sudah kelewat batas. Jika saja majikan mereka bukanlah Nadia, mereka tak aka
"Hahaha! Gila, Lo beneran ngelakuin itu, Frey?" Clarissa tak bisa menahan tawanya sama sekali ketika dia mendengar penjelasan dari sahabatnya yang baru saja melancarkan aksinya supaya bisa membalaskan dendamnya pada Nadia.Freya menganggukkan kepalanya dengan bangga. "Ngapain juga gue bohong? Lagi pula cewek sialan itu yang cari masalah duluan sama kita. Sekarang dia harus terima akibatnya dong.""Tapi lo yakin nggak ada yang lihat?" Luna tampak bertanya sambil mengerutkan keningnya karena tentu saja dia tak mau perbuatan mereka kali ini diketahui oleh orang lain karena bisa membawa masalah besar.Freya menganggukan kepalanya tanpa ragu sedikitpun karena sebelumnya dia sudah memastikan dan tak ada seseorang di sekitar toilet. Jadi kemungkinan besar kelakuannya tadi tak dilihat oleh siapapun."Tenang aja, gue nggak bodoh-bodoh amat kok. Gue udah pastiin nggak ada yang lihat, aman."Clarissa menepuk pelan pundak Freya. "Bagus, Frey. Lo emang sahabat terbaik gue deh pokoknya!" Bukan hany
"Alah! Bukannya lo selalu ada di pihak Clarissa sampai-sampai kadang ngelupain gue? Nggak perlu jelasin apapun karena gue juga udah tahu, kok."Suasana saat ini langsung berubah menjadi tegang karena kesalahpahaman. Luna yang mendengar itu pun ikut merasa kesal karena dia hanya diam saja sedari tadi tapi malah disalahkan. Tentu saja dia tak bisa menerimanya sama sekali."Jujur gue nggak tahu apa yang lagi lo pikirin sekarang, Frey." Luna melipat kedua tangannya tepat di depan dada dan memasang raut wajah acuh.Freya yang mendengar itu seketika langsung menghela nafas. "Ya … ya … ya … terus aja pura-pura seolah nggak tahu apapun. Padahal lo sendiri yang selama ini bersikap beda sama gue dan Clarissa. Udahlah, gue jadi nggak mood buat makan," desisnya sambil meletakkan sendok dan garpunya dengan kasar.Kening Luna kembali terlihat berkerut hingga kedua alisnya saling menyatu dan dia menatap Freya sambil bertanya, "Lo itu sebenarnya kenapa sih? Kenapa lo dari tadi tuh ngomong nggak jelas?
Mata Luna seketika langsung membulat dengan sempurna. "Frey! Lo sadar nggak sih barusan ngomong apaan? Jangan ngelantur!" Luna masih tak habis pikir dengan Freya dan dia menggelengkan kepalanya perlahan. "Kayaknya lo butuh ketenangan biar bisa mikir dengan jelas. Gue pergi dulu," tambahnya.Freya merasa tersinggung atas beberapa perkataan Luna dan tentu saja dia semakin merasa kesal. "Ya inilah yang selalu kalian lakukan sama gue. Kalian semua selalu pergi pas gue lagi butuh bantuan dan malah membalikan fakta seolah-olah gue yang salah."Langkah lunas seketika langsung terhenti dan dia menoleh kembali untuk menatap Freya. "Nggak ada hal apapun yang terjadi di antara kita dan seharusnya lo tahu itu. Kita udah sahabatan lama dan gue yakin kalau lo sebenarnya cuma lagi capek aja sampai ngomong hal kayak gini.""Capek? Dari dulu gue udah capek pas ngikutin kalian berdua." Freya segera berdiri dari tempat duduknya dan meraih tasnya itu sambil menambahkan, "Sekarang terserah kalian berdua d
Clarissa berjalan dengan langkah yang tergesa-gesa. Perkataan Alvin barusan telah berhasil meremukan hatinya dan sekarang dia berada dalam keadaan yang begitu menyakitkan.Bruk!Tanpa sengaja dia menabrak seseorang. Clarissa dengan cepat langsung mengangkat pandangannya dan menatap tajam orang tersebut. "Apa lo nggak bisa jalan dengan benar hah?!"Marah, itulah yang sedang dirasakannya saat ini karena tak ada satupun orang yang bisa mengerti perasaannya sama sekali dan Alvin bahkan terus saja mengalahkannya.Sosok perempuan yang tanpa sengaja menabrak Clarissa itu dengan cepat langsung membungkukkan tubuhnya sebagai tanda permintaan maaf. "Kak, maaf. Aku beneran nggak sengaja," tuturnya dengan suara yang bergetar karena ketakutan.Clarissa menghela nafas berat dan mengusap wajahnya. Dia malas berurusan dengan hal seperti ini dan dengan cepat langsung berlalu pergi.Tapi di saat itulah dia bisa mendengar suara bisikan dari beberapa mahasiswa yang tengah mengolok-oloknya karena bersikap
Setelah Nadia menyelesaikan perbincangannya dengan Clarissa, dia langsung pergi untuk kembali ke rumah. Nadia tak mau berpikir berlebihan karena dia sendiri pun sudah merencanakan berbagai hal ketika tadi menantang Clarissa."Dia pasti akan menyesal karena sudah mengikrarkan janji ini," ujarnya sambil tersenyum tipis.Clarissa yang melihat dari kejauhan itu justru merasa sombong karena dia yakin akan menang dipertaruhan kali ini. "Huh, emangnya dia siapa sampai berani menantang gue kayak gini? Gue bakalan ngasih liat kalau dia udah cari masalah sama orang yang salah."Setelahnya Clarissa langsung berlalu pergi karena tentu saja dia enggan terus-menerus menjadi pusat perhatian banyak orang. Ketika menuruni lantai dua, matanya itu tampak memicing ketika melihat sosok Freya."Frey!" Panggilnya dari kejauhan.Tapi entah mengapa, Freya seolah-olah tidak mendengarkan panggilannya sama sekali dan terus saja melangkahkan kakinya dengan tergesa-gesa.Clarissa yang melihat itu pun tampak mengeru