Selamat membaca semua, jangan lupa tinggalkan komentar ya
"Nadia … Kenapa dia nggak mengatakan apapun padaku?"Ada banyak pertanyaan yang kini muncul di dalam kepala Daniel karena Nadia tak menceritakan apapun mengenai hal yang baru saja menimpanya.Padahal ini adalah sesuatu yang cukup buruk dan Daniel sudah mewanti-wanti sejak awal agar sang istri menceritakan semuanya padanya.Tapi apa ini?!Kenapa Nadia justru bersikap seolah-olah tak ada apapun yang terjadi dan masih bisa tersenyum?Daniel mengepalkan tangannya dengan erat, dia tak bisa diam saja seperti itu dan dengan cepat langsung memanggil salah satu bawahannya untuk membereskan masalah.Setelahnya, pria itu langsung mencoba untuk menghubungi sang istri.Butuh waktu selama beberapa detik hingga akhirnya panggilannya itu diangkat dan dari ujung telepon sana terdengar suara istrinya."Halo? Ada apa?" Nadia merasa sedikit kaget karena Daniel tiba-tiba saja meneleponnya. Dia juga baru saja tiba di rumah dan menidurkan putranya yang baru saja pulang sekolah. Kebingungannya itu semakin ber
Ketika Daniel pulang dari kantor dia langsung berlalu pergi untuk masuk ke dalam kamarnya dan ternyata di sana sang istri sudah menunggu sedari tadi.Tapi sayangnya Nadia sudah terlelap karena memang dia merasa sangat lelah dengan kegiatan seharian ini.Daniel menatap lekat sosok perempuan yang saat ini tergeletak tepat di atas ranjangnya. Nafasnya terlihat naik turun secara teratur. Daniel yang melihat itu tanpa sadar tersenyum dan segera meletakkan tas kerjanya sambil duduk tepat di sampingnya.Padahal Nadia mengalami banyak hal buruk seharian tadi. Tapi dia terus saja mencoba untuk tenang dan menutupi segalanya supaya masalah tak jadi jauh lebih besar.Perlahan Daniel mengulurkan tangannya untuk mengusap kepala Nadia. Namun tiba-tiba saja, Nadia mulai mengaktifkan matanya beberapa kali dan dia tampak sedikit terkejut ketika melihat sosok suaminya itu berada tepat di sampingnya."Eh? Kamu udah pulang?" Nadia yakin kalau tadi dia sedang menunggu Daniel. Tapi ternyata dia justru ketidu
"Ssst!" Jari telunjuk pria itu sekarang berada tepat di depan bibir istrinya. Nadia seketika langsung terdiam dan menatap muka suaminya. Tapi sebelum dia bisa melakukan apapun, Daniel tiba-tiba saja menarik tangannya sambil berkata, "Kalau pakai baju pun, nanti bakalan dilepas juga, kan?"Wajah Nadia seketika langsung berubah seperti kepiting rebus. Dia tahu dengan jelas maksud dari perkataan suaminya itu dan segera memalingkan wajahnya.Daniel yang melihat itu tersenyum dan kembali meraih dagu Nadia, memaksanya untuk kembali menatapnya lekat. Ketika mereka berdua saling berpandangan, Daniel menyeringai sinis dan perlahan mendekatkan wajahnya, membuat sang istri seketika langsung memejamkan mata dengan jantung yang berdebar.'A-apa dia mau menciumku?' batin Nadia, panik. Apalagi mereka berdua saat ini melakukannya dalam keadaan sadar.Namun selang lebih dari 30 detik lamanya tak ada apapun yang terjadi dan Nadia perlahan mulai membuka matanya kembali. Saat itulah dia melihat suaminya t
Clarissa mengedarkan pandangannya ke sekeliling karena memang dia sudah merencanakan cara supaya bisa membalaskan dendamnya pada Nadia. Walaupun memang sedikit terlambat karena ada beberapa hambatan yang membuatnya harus mengalah, Clarissa tak akan melupakan penghinaan yang dia terima."Duh, kenapa lama banget sih? Cewek ngeselin itu belum kelihatan juga?" Freya mulai tak sabaran karena dia memang hari ini sengaja datang ke kampus jauh lebih pagi dari biasanya. "Mana gue belum sarapan lagi, perut gue keroncongan," cerocosnya lagi.Clarissa yang mendengar itu pun seketika langsung menoleh dan mengerutkan keningnya. "Fre? Lo bisa sabar dikit nggak sih? Kita sekarang harus nungguin tuh anak sialan dateng. Kalau lo masih berisik kayak gini, mending pergi aja deh."Seketika Freya langsung menutup mulutnya rapat-rapat tapi dia melipat kedua tangannya tepat di depan dada. Merasa sedikit kesal karena justru diusir oleh Clarissa.Luna yang melihat itu pun hanya bisa menghela nafas berat karena
"Apa Kakak baru sadar kalau aku emang nggak merasa nyaman?"Alvin langsung menghentikan langkahnya. Keningnya itu berkerut hingga kedua alisnya saling menyatu. "Lo nggak nyaman sama gue?"Rasanya aneh karena ini merupakan kali pertama seseorang mengatakan tak nyaman dengannya.Namun saat melihat cara Nadia menatapnya, Alvin tak meragukannya sama sekali. Cewek aneh, pikirnya.Nadia tahu dengan jelas bahwa perkataannya barusan bisa saja menyakiti seseorang yang mendengarnya. Tapi dia memang tak mau terlalu dekat dengan lawan jenis.Apalagi Alvin tampak jelas memiliki banyak penggemar di luar sana. Hanya dengan terlihat dekat dengannya, Nadia pasti akan terlibat banyak masalah nantinya. Dia tak mau seperti itu."Lo itu beneran cewek aneh, ya?" Alvin terkekeh pelan, "Banyak yang berusaha buat deketin gue. Tapi lo malah menjauh, aneh.""Bukan aneh, Kak. Tapi aku dari awal emang berniat untuk memberikan batasan." Nadia kembali menegaskan sambil memasang tatapan serius. Dekat dengan Alvin, ha
"Put, kamu mau ke kantin nggak?" Nadia melirik ke arah teman sebangkunya itu yang saat ini sedang sibuk memasukkan buku-buku ke dalam tasnya.Putri menoleh dan terdiam sejenak karena selama ini dia selalu langsung pergi ke perpustakaan ketika istirahat tiba karena memang saat berada di kantin membuatnya merasa sesak sebab terlalu banyak orang, dan dirinya hanya sendirian.Tapi rasanya kali ini berbeda karena dia sudah memiliki teman."Uhm, boleh deh.""Ayo kalau gitu. Aku ngerasa sedikit lapar nih," ujar Nadia sambil bangkit dari kursi.Mereka berdua lantas berlalu pergi keluar dari kelas. Tapi ternyata di depan kelas sana sudah ada yang menunggu."Heh!" Suara seseorang yang memanggil dengan sedikit kasar terdengar, membuat Nadia dan Putri seketika langsung menoleh.Nadia mengerutkan keningnya ketika melihat sosok Freya. Bukankah ini adalah salah satu teman dekat Clarissa?Kenapa Freya tiba-tiba saja mendatanginya?Bahkan Freya tampaknya sudah menunggu sedari tadi seolah-olah beberapa
"Kamu suka buku genre apa?" Putri kembali melirik ke arah Nadia sambil bertanya karena temannya itu tampak sedikit kebingungan setelah masuk ke dalam perpustakaan.Nadia menoleh dan meringis perlahan karena buku-buku yang sering dibacanya merupakan jenis romansa. Dia sedikit malu untuk mengatakannya."Apa kamu suka buku romansa?""Eh? Gimana kamu bisa tahu, Put?"Putri tertawa pelan. "Cuma nebak aja kok. Kebetulan aku juga suka buku jenis itu. Jadi aku bisa merekomendasikannya buat kamu.""Oh, ya?" Penampilan Putri tak menampakkan kalau dia suka dengan bau-bau romantis. Bahkan Nadia sempat berpikir kalau teman barunya itu justru lebih suka membaca buku tentang politik serta ilmu-ilmu sastra.Telunjuk Putri marah tepat ke sebuah rak di ujung kanan sana. "Disana banyak buku romance yang recomended. Kamu bisa coba cari disana, Nad."Nadia menganggukkan kepalanya perlahan setelah diberi petunjuk oleh teman barunya itu. Dia langsung berlalu pergi mendekati rak di ujung kanan sana dan mulai
'Kenapa dia ada disini, sih?!' Nadia membatik dengan perasaan kesal karena Alvin tak kunjung pergi. Padahal dia saat ini tengah duduk bersama dengan Putri. Tapi lelaki itu justru ikut dan kini duduk tepat di seberang mereka.Putri juga tampaknya sedikit tak nyaman karena bagaimanapun juga, Alvin adalah seseorang yang cukup populer di kampus ini. Rasanya aneh melihat lelaki itu berada di perpustakaan dan membaca buku dengan fokus.Sesekali Putri tampak melirik ke arah Nadia dan berniat untuk bertanya. Tapi dia tak memiliki keberanian sebesar itu dan memutuskan untuk tetap memendamnya.Nadia yang merasa jengah pun segera meletakkan bukunya dan memandang Alvin. "Kenapa Kakak di sini?""Hm?" Alvin menghentikan aktivitasnya sejenak, tangan kirinya yang tengah menopang kepalanya itu segera ditarik kembali dan dia menatap Nadia. "Kenapa memangnya kalau gue ada di sini?" tanyanya balik tanpa rasa bersalah sedikitpun karena memang perpustakaan ini bebas dimasuki oleh siapapun. "Lo nggak suka g