Sepertinya si Alvin naksir nih sama Nadia
"Apa Kakak baru sadar kalau aku emang nggak merasa nyaman?"Alvin langsung menghentikan langkahnya. Keningnya itu berkerut hingga kedua alisnya saling menyatu. "Lo nggak nyaman sama gue?"Rasanya aneh karena ini merupakan kali pertama seseorang mengatakan tak nyaman dengannya.Namun saat melihat cara Nadia menatapnya, Alvin tak meragukannya sama sekali. Cewek aneh, pikirnya.Nadia tahu dengan jelas bahwa perkataannya barusan bisa saja menyakiti seseorang yang mendengarnya. Tapi dia memang tak mau terlalu dekat dengan lawan jenis.Apalagi Alvin tampak jelas memiliki banyak penggemar di luar sana. Hanya dengan terlihat dekat dengannya, Nadia pasti akan terlibat banyak masalah nantinya. Dia tak mau seperti itu."Lo itu beneran cewek aneh, ya?" Alvin terkekeh pelan, "Banyak yang berusaha buat deketin gue. Tapi lo malah menjauh, aneh.""Bukan aneh, Kak. Tapi aku dari awal emang berniat untuk memberikan batasan." Nadia kembali menegaskan sambil memasang tatapan serius. Dekat dengan Alvin, ha
"Put, kamu mau ke kantin nggak?" Nadia melirik ke arah teman sebangkunya itu yang saat ini sedang sibuk memasukkan buku-buku ke dalam tasnya.Putri menoleh dan terdiam sejenak karena selama ini dia selalu langsung pergi ke perpustakaan ketika istirahat tiba karena memang saat berada di kantin membuatnya merasa sesak sebab terlalu banyak orang, dan dirinya hanya sendirian.Tapi rasanya kali ini berbeda karena dia sudah memiliki teman."Uhm, boleh deh.""Ayo kalau gitu. Aku ngerasa sedikit lapar nih," ujar Nadia sambil bangkit dari kursi.Mereka berdua lantas berlalu pergi keluar dari kelas. Tapi ternyata di depan kelas sana sudah ada yang menunggu."Heh!" Suara seseorang yang memanggil dengan sedikit kasar terdengar, membuat Nadia dan Putri seketika langsung menoleh.Nadia mengerutkan keningnya ketika melihat sosok Freya. Bukankah ini adalah salah satu teman dekat Clarissa?Kenapa Freya tiba-tiba saja mendatanginya?Bahkan Freya tampaknya sudah menunggu sedari tadi seolah-olah beberapa
"Kamu suka buku genre apa?" Putri kembali melirik ke arah Nadia sambil bertanya karena temannya itu tampak sedikit kebingungan setelah masuk ke dalam perpustakaan.Nadia menoleh dan meringis perlahan karena buku-buku yang sering dibacanya merupakan jenis romansa. Dia sedikit malu untuk mengatakannya."Apa kamu suka buku romansa?""Eh? Gimana kamu bisa tahu, Put?"Putri tertawa pelan. "Cuma nebak aja kok. Kebetulan aku juga suka buku jenis itu. Jadi aku bisa merekomendasikannya buat kamu.""Oh, ya?" Penampilan Putri tak menampakkan kalau dia suka dengan bau-bau romantis. Bahkan Nadia sempat berpikir kalau teman barunya itu justru lebih suka membaca buku tentang politik serta ilmu-ilmu sastra.Telunjuk Putri marah tepat ke sebuah rak di ujung kanan sana. "Disana banyak buku romance yang recomended. Kamu bisa coba cari disana, Nad."Nadia menganggukkan kepalanya perlahan setelah diberi petunjuk oleh teman barunya itu. Dia langsung berlalu pergi mendekati rak di ujung kanan sana dan mulai
'Kenapa dia ada disini, sih?!' Nadia membatik dengan perasaan kesal karena Alvin tak kunjung pergi. Padahal dia saat ini tengah duduk bersama dengan Putri. Tapi lelaki itu justru ikut dan kini duduk tepat di seberang mereka.Putri juga tampaknya sedikit tak nyaman karena bagaimanapun juga, Alvin adalah seseorang yang cukup populer di kampus ini. Rasanya aneh melihat lelaki itu berada di perpustakaan dan membaca buku dengan fokus.Sesekali Putri tampak melirik ke arah Nadia dan berniat untuk bertanya. Tapi dia tak memiliki keberanian sebesar itu dan memutuskan untuk tetap memendamnya.Nadia yang merasa jengah pun segera meletakkan bukunya dan memandang Alvin. "Kenapa Kakak di sini?""Hm?" Alvin menghentikan aktivitasnya sejenak, tangan kirinya yang tengah menopang kepalanya itu segera ditarik kembali dan dia menatap Nadia. "Kenapa memangnya kalau gue ada di sini?" tanyanya balik tanpa rasa bersalah sedikitpun karena memang perpustakaan ini bebas dimasuki oleh siapapun. "Lo nggak suka g
"Lo emang nggak pernah berubah, ya? Entah kenapa sekarang gue jadi nyesel karena nggak bertindak dari dulu meskipun melihat lo bersikap semena-mena."Mata Clarissa seketika langsung membulat dengan sempurna ketika mendengar perkataan Alvin. "Al? Lo serius ngomong kayak gini ke gue?"Clarissa memusatkan pandangannya itu pada Alvin dan menginginkan jawaban darinya. Hubungan mereka tak pernah sampai seburuk ini sebelumnya, meski memang beberapa kali sempat berdebat.Alvin menatap Clarissa, dia terdiam selama beberapa saat. Sejujurnya dia sangat peduli pada Clarissa karena bagaimanapun juga mereka telah saling mengenal cukup lama. Alvin sendiri yakin, Clarissa dulunya tak seperti ini.Sejak kapan semuanya jadi berubah?Alvin menghela nafas perlahan dan melirik ke sekitar karena sekarang hampir semua orang yang ada di sana memandangnya. Mereka jelas-jelas merasa sangat penasaran dengan perdebatan yang saat ini tengah terjadi. Menyebalkan!Dia benci ketika menjadi pusat perhatian.Luna dan
Kriet!Tengah malam, Daniel baru saja masuk ke dalam kamarnya setelah dia menyelesaikan semua pekerjaan di ruangan pribadinya. Pria itu tampak melirik ke arah sosok wanita yang saat ini sudah tertidur dan dia pun mendekatinya sambil tersenyum tipis."Kayaknya dia kelelahan," lirihnya.Wajar bagi seseorang yang sedang hamil muda mudah lelah. Apalagi Nadia saat ini memutuskan untuk berkuliah dan tentu saja tenaganya jadi terkuras dua kali lipat lebih cepat dari biasanya.Daniel lantas naik ke atas ranjang dan merebahkan tubuhnya itu tepat di samping sang istri tercinta. Pelan-pelan tangannya mulai terulur dan memeluk pinggangnya dengan mesra."Uhm, kamu sudah kembali?" Nadia yang belum terlalu lelap itu menyadari seseorang memeluknya dari belakang dan dia sendiri sudah bisa menebak kalau orang itu adalah suaminya.Kening daning terlihat berkerut hingga kedua alisnya saling menyatu karena dia tak menyangka kalau istrinya itu masih terbangun."Ya, Aku baru selesai. Kenapa kamu belum tidur?
"Gimana menurut lo, Lun?" Clarissa bertanya pada sahabatnya itu melalui sambungan telepon dan keningnya terlihat berkerut hingga kedua alisnya saling menyatu karena dia memang sudah merencanakan hal ini matang-matang sebelumnya.Luna yang ada di ujung telepon sana terdiam selama beberapa detik lamanya karena dia tak menyangka kalau sahabatnya ternyata memikirkan sesuatu seperti ini."Gue nggak akan banyak komen karena gue tahu lo lakuin ini supaya bisa narik perhatian Alvin, kan?"Clarisa menganggukan kepalanya perlahan dan wajahnya itu terlihat dihiasi dengan gurat kemerahan ketika membahas sosok pria yang disukainya. "Lo tahu sendiri gimana sukanya gue sama Alvin, kan? Gue nggak bakalan diem aja kalau ada seseorang yang berniat buat ngerebut dia."Luna kembali menutup mulutnya rapat-rapat dan dia merasa sangat merinding ketika mendengar perkataan Clarissa. Dia baru sadar kalau sahabatnya itu ternyata memiliki obsesi yang sangat berbahaya dan tak mungkin pernah mau melepaskan keingina
"Kenapa nggak nemu sih?"Alvin terus mencoba untuk mengetikkan nama seseorang di sosial media milikmu. Tapi dari tadi dia tak bisa menemukannya sama sekali. Dan itu berhasil membuatnya merasa kesal."Apa dia nggak aktif di sosial media manapun?"Dia telah mencoba untuk mencarinya di berbagai aplikasi. Tapi tetap saja tak menemukannya. Jejak digital tentang Nadia, tak ada sama sekali.Rasanya aneh karena biasanya anak muda pasti memilikinya walaupun mereka cukup tertutup sekalipun."Dia emang cewek yang agak unik sih. Tapi masa nggak punya sosial media manapun?"Ketika Alvin memikirkan hal itu lagi dia hanya bisa menghela nafas berat karena rasanya sangat sulit untuk mencoba mendekati Nadia. Selagi memikirkan itu pandangan matanya mengarah tepat pada kaca dan dia segera memastikan wajahnya. "Gue masih sama kok. Apa dia beneran nggak tertarik?"Ada banyak sekali perempuan di luar sana yang terus saja mencoba untuk mendekati Alvin. Bahkan Alvin sendiri juga sadar bahwa tampaknya itu cuku