teman-teman maaf kalau update hanya bisa 1 bab sehari. soalnya anak Author sedang sakit. Mohon doanya ya
Perkataan Monica barusan telah berhasil membuat para wanita yang sempat menghinanya itu seketika langsung melototkan matanya. Mereka tak menyangka kalau hal ini akan terjadi karena Monica seharusnya sudah tak memiliki keberanian. Tapi apa ini?Kemarahan Monica justru terlihat sangat anggun karena setiap hal yang dikatakannya memang benar adanya."A-apa? Heh! Dasar wanita nggak tahu malu!"Mendengar hal itu, Monica justru tersenyum sinis karena merasa lucu dengan semua perkataan para wanita yang kini tengah mencoba untuk menjatuhkannya. Padahal sejak tadi dia mencoba untuk tidak memulai perdebatan, tapi ternyata mereka semua terus membuatnya merasa marah dan tentu saja dia tak akan diam.Apalagi sang putra mendengar hinaan mereka semua.Monica berbalik menatap anaknya yang sedikit ketakutan, dia memegang kedua bahunya dan berkata, "Sean, kamu pergi ke sana dulu, ya? Mama masih ada urusan sebentar."Sean terlihat sedikit ragu untuk mengikuti perintah ibunya itu. Namun ketika dia melihat
"Om tahu kamu datang ke sini untuk itu. Jadi jangan membuat masalah karena ini adalah acara yang begitu penting."Monica seketika langsung terdiam ketika mendengar hal itu dan entah mengapa ada sesuatu yang terasa begitu pahit mulai menyeruak ke dalam tenggorokan. Bagaimanapun juga rasanya sakit karena dulu dia tak pernah mendapatkan restu dan sampai saat ini pun masih dibenci.Dia menghela napas perlahan dan tersenyum tipis sambil mengangkat kepalanya itu untuk menatap Hendrawan. "Tanpa Om minta sekalipun aku nggak berniat untuk membuat masalah. Jadi Om bisa tenang," ujarnya."Apa Om bisa percaya?" Hendrawan menatap wanita itu dengan curiga. Dia tahu seberapa liciknya Monica."Iya," ujar wanita itu sambil menganggukkan kepalanya tanpa ragu sedikitpun. "Saya datang kemari semata-mata untuk bertemu Sean. Cuma itu saja," tambahnya sambil melirik kembali ke arah putranya yang duduk agak jauh dan tersenyum tipis. "Sean udah nunggu dari tadi. Jadi saya permisi," ujarnya lagi sambil berlalu
Semua orang tampak duduk di kursinya masing-masing. Suasana terasa sangat hikmat Karena kini acara pernikahan telah dimulai.Monica menatap lurus ke depan di mana mantan suaminya terlihat menggandeng Nadia dan duduk bersamaan. Saat ini dia bisa mendengar suara banyak orang yang berbisik menilai kebersamaan Nadia dan Daniel."Wah ternyata mereka berdua terlihat sangat serasi, ya?"Beberapa orang tampak mengangguk secara bersamaan. Nadia dan Daniel memang terlihat sangat serasi walaupun umur mereka berdua terpaut cukup jauh.Monica sendiri tak menepisnya karena dia bisa melihat ketulusan di mata Daniel dan tampaknya sangat mencintai Nadia. Ada perasaan sakit yang mulai berdenyut di dalam hatinya karena dia sampai saat ini memang masih belum bisa melupakan Daniel. Tapi Monica sendiri sadar bahwa dia juga tak akan pernah bisa bahagia jika bersama dengan orang yang salah.Seperti perkataan Nadia, suatu hari nanti pasti akan ada seseorang yang menggantikan kekosongan di dalam hati Monica. Wa
"Selamat atas pernikahan kalian." Para tamu kini mulai berbondong-bondong mengucapkan selamat pada sepasang pengantin yang baru saja sah jadi suami istri itu.Nadia dan Daniel saat ini masih sibuk menyalami beberapa tamu. Apalagi ada sekitar seribu orang yang datang, itu pun belum sepenuhnya karena memang acara pernikahan kali ini sengaja diadakan secara privat supaya tidak ada banyak gangguan.Daniel melirik ke arah sang istri dan terlihat mengerutkan keningnya. "Kamu kelihatan lelah, apa nggak sebaiknya kamu istirahat saja?""Ah, nggak apa-apa." Nadia menggelengkan kepalanya dengan cepat dan segera menambahkan, "Masa cuma kamu saja yang menyapa para tamu. Nanti apa yang akan mereka katakan tentang kita?"Bagaimanapun juga dia tak mau mengambil resiko yang bisa membuat nama baik suaminya itu jadi buruk. Terlebih lagi saat ini para tamu itu sedang menaruh perhatian padanya. Meskipun memang perutnya itu masih rata dan belum menunjukkan tanda-tanda kehamilan secara jelas, para tamu tetap
Daniel membuka pintu kamarnya sambil mengendurkan kerah bajunya. Acara pernikahan berjalan dengan lancar dan dia kini telah pulang ke rumahnya.Sore tadi, Nadia pulang lebih dulu karena mengingat keadaannya yang tengah hamil dan tentu saja tak bisa berlama-lama sebab hal buruk bisa saja terjadi karena kelelahan.Suasana rumah sedikit sepi karena sudah malam. Daniel langsung menaiki tangga, menuju ke kamarnya.Samar-samar dia mendengar suara seseorang dari kamar. Tanpa ragu, Daniel langsung membuka pintu dan menatap sosok wanita yang kini telah sah menjadi istrinya itu."Nadia?!" Daniel segera mendekati gadis yang kini terduduk di sisi ranjang sambil meremas perutnya. "Apa yang terjadi? Bagian mana yang sakit?"Panik, itulah yang dirasakan oleh Daniel. Terlebih lagi, Nadia tampak sangat pucat seolah darah telah dikuras habis dari tubuhnya."Sa-sakit …" Nadia mendesis sambil menggigit bibir bawahnya. Perutnya tiba-tiba saja terasa sangat sakit dan dia tak bisa menahannya lagi. Keringat
Martha berlari dengan raut wajah panik. Dia sudah mendapatkan kabar mengenai Nadia dan langsung datang ke rumah sakit tanpa berpikir dua kali."Daniel!" serunya saat melihat sang putra yang berada tepat di depan ruangan pemeriksaan. "Bagaimana keadaan Nadia?" tanyanya lagi sambil melirik, jantungnya itu terus saja berdetak semakin kencang dan menambahkan, "Dia baik-baik saja kan?" "Dokter sekarang masih memeriksanya, Ma." Daniel terlihat sangat pucat karena memang saat ini dia tak tenang mengingat kondisi sang istri. Akibat kecelakaan tadi, Nadia harus mendapatkan luka di keningnya dan tentu saja itu merupakan hal buruk. Martha yang melihat putranya itu langsung memeluknya erat karena Daniel tak pernah terlihat seragam ini sebelumnya."Sudah, Mama yakin semuanya baik-baik aja." Dia mengelus pelan pundak anaknya, menenangkannya dan mencoba untuk menghiburnya walaupun itu percuma saja. "Sekarang, coba ceritakan semuanya sama Mama. Kamu nggak mungkin mengendarai mobil ugal-ugalan." Mart
"Ma, Daniel titip Nadia, ya?" Daniel menatap lekat sosok ibunya itu karena saat ini dia harus pergi untuk menghadiri sidang.Martha menganggukkan kepalanya dengan cepat. "Kamu tenang aja Daniel. Mama akan pastikan semuanya baik-baik saja."Daniel bisa percaya sepenuhnya pada sang ibu dan dia kini kembali menatap lekat sosok sang istri yang terlelap di atas ranjangnya."Katanya Tante Ratna bakalan datang ke sini untuk melihat keadaan Nadia. Tolong Mama bantu supaya suasana jauh lebih kondusif."Daniel tahu dengan jelas bahwa ibu mertuanya pasti akan merasa sangat khawatir dan satu-satunya hal yang bisa dia lakukan saat ini hanyalah mencoba untuk menenangkan Ratna.Marta menghela nafas perlahan karena sudah jelas bagi seorang ibu untuk merasa was-was saat mengetahui keadaan anaknya yang tiba-tiba saja mengalami kecelakaan."Iya, Mama tahu, kok."Daniel terdiam dan mengelus perlahan kepala Nadia. "Aku akan pastikan kamu mendapatkan keadilan atas semuanya, Nadia."*Daniel melangkahkan kak
"Ini tidak adil!" Bagaskoro berteriak dengan marah sambil menggebrak meja setelah dia mendengar hukuman yang diputuskan oleh hakim.Kilatan matanya yang dipenuhi dengan kemarahan itu segera mengarah tepat pada Daniel dan rasanya dia semakin membara ketika melihat mantan menantunya itu memasang raut wajah seolah-olah telah menang.Daniel yang melihat itu justru memalingkan wajahnya Karena dia sudah tak mau lagi bertatapan dengan Bagaskoro. Sudah cukup rasanya Dia memberikan banyak kesempatan pada pria paruh baya itu.Meski Bagaskoro sendiri sudah tahu dengan jelas bahwa dia akan kalah di persidangan kali ini tapi tetap saja rasanya tak terima selama sekali.Para polisi ini dengan sikap langsung mendekatinya. Tak ada lagi hal yang bisa dilakukan oleh Bagaskoro. Bahkan para wartawan mulai meliputnya.Di tengah-tengah keributan itu, Daniel hanya menatap mantan ayah mertuanya mulai digiring pergi. Ada perasaa lega yang kini muncul di dalam hatinya karena akhirnya orang yang bersalah telah d