Ada yang ngefans sama Nenek Lampir?
Bab 22"Hm, sebaiknya baju apa yang aku gunakan, ya?" gumam seorang gadis yang saat ini tengah menatap ke dalam lemari bajunya dengan wajah kebingungan. "Kayaknya kalau baju yang ini kurang pantas," lirihnya lagi saat meraih kaos polos berwarna putih. Hampir semua pakaian miliknya merupakan kaos polos dan juga celana jeans. Dia hanya memiliki satu pakaian formal dan itu pun tidak akan pantas digunakan untuk pergi keluar.Nadia menghela napas berat, entah mengapa gadis itu sekarang merasa sedikit menyesal karena tak pernah menyisihkan uang untuk membeli baju baru yang pantas. Dia tak pernah berpikir akan berada di posisi saat ini, menjadi calon istri seorang pria berkedudukan tinggi seperti Daniel.Di saat tengah memikirkan itu, seorang pelayan yang ditugaskan untuk membereskan kamar, tampak masuk ke dalam dan raut wajahnya terlihat masam. Dia memperhatikan Nadia yang sama sekali tidak menyadari kedatangannya.'Cih! Kok bisa-bisanya gadis kayak gitu berhasil menarik perhatian Tuan Dani
Bab 23"Jangan berani mengusikku karena aku bisa saja mematahkan tanganmu di kali berikutnya kamu bersikap kurang ajar padaku!”Mendengar ancaman Nadia, pelayan itu memasang wajah ngeri. Dia tidak menyangka Nadia yang biasanya bersikap tenang ternyata menyimpan sisi yang begitu mengerikan.Di saat itu, dia melihat sosok Martha dan Sean berjalan masuk ke dalam ruangan. Sepertinya, tuan muda Adhitama itu baru saja pulang dari sekolah."Eh, ada apa ini?" tanya Martha, wajahnya itu dipenuhi dengan keterkejutan. Sean yang tengah menenteng tas sekolahnya itu juga tampak terkejut dan menatap Nadia, "Kak Nadia kok berantem?"Sebelum Nadia bisa bereaksi, pelayan kurang ajar itu dengan cepat langsung memanfaatkan kedatangan Martha dan Sean. Dengan liciknya, dia langsung berpura-pura menjadi korban dan merengek sambil meneteskan air matanya. "Nadia, Kenapa kamu kasar seperti ini? Apa salahku?" Dengan wajahnya yang memelas, dia menatap Martha dan mencoba mencari dukungan darinya, "Nyonya, tolong
"Eh, lihat deh." Seorang perawat tampak berbisik pada rekannya. "Ganteng banget!" Pandangan mereka saat ini fokus menatap sosok pria tinggi dengan tubuh tegapnya yang proporsional. Dilihat sekilas saja, Daniel telah memancarkan aura yang mendominasi.Wajah para perawat itu tampak merona. Pemandangan indah seperti ini berhasil memanjakan mereka semua.Nadia yang berjalan tepat di sampingnya, menyadari itu. Dia lantas melirik untuk memperhatikan Daniel. 'Dia emang ganteng banget, sih. Kayak model terkenal,' batinnya. 'Pasang wajah datar saja tetap kelihatan ganteng dan bisa bikin banyak wanita tergila-gila padanya,' pikirnya lagi.Daniel yang sadar kalau wanita itu tengah memperhatikannya seketika langsung menoleh. Namun Nadia dengan cepat langsung membuang muka, mengingatkan dirinya sendiri dalam hati. 'Kamu mikir apaan sih, Nad?!' Jantung Nadia terasa berdebar kencang. Gadis itu memilih untuk menundukkan kepalanya agar bisa menyembunyikan wajahnya yang saat ini sangat mirip dengan to
“Bagaimana keadaan ibu saya, Dok?” tanya Nadia yang sekarang berada di sisi Daniel. Tangan pria itu melingkar di pundak gadis tersebut, terlihat menenangkannya dari keterkejutan tadi. “Apa dia akan segera sadar?” tanya Nadia lagi.Dokter yang sedang melepaskan stetoskopnya menghadap Nadia dan Daniel. Sebuah senyuman lebar terpasang di wajahnya. "Perkembangan kondisi ibu Anda luar biasa. Seharusnya pasien tak lama lagi akan sadar sepenuhnya!"Mendengar penjelasan dari dokter, Nadia secara reflek langsung memeluk pria di sisinya. “Syukurlah!” teriaknya, tidak sadar bahwa Daniel sangat terkejut dengan tindakannya.Walau awalnya canggung, tapi melihat wajah gadis itu sangat bahagia, Daniel tak elak tersenyum. Dia pun mengulurkan kedua tangannya dan ingin membalas pelukan Nadia.Namun, saat pria itu berniat untuk membalas pelukannya, Nadia yang sadar langsung menarik dirinya dari Daniel. “M-maaf!” ucapnya seraya memalingkan wajah. Tanpa menyadari wajah penuh kekecewaan Daniel, Nadia memekik
"Di sini kamu rupanya, anak kurang ajar!" Nadia terbelalak melihat sosok yang sekarang tengah berada di hadapannya. Pria dengan wajah beringas dan pancaran mata mengerikan itu membuat tubuh gadis tersebut bergetar.Dengan tatapan tajam, pria asing itu melangkah maju, hendak meraih tangan Nadia. “Sini kamu!” bentaknya.Namun, gadis yang tengah ketakutan itu dengan cepat langsung ditarik mundur oleh Daniel. Pria itu pun menghadang pria asing itu dari menyentuh calon istrinya.Mata sang pria asing memerah, kentara masih berada di bawah pengaruh alkohol yang entah kapan dia minum. "Siapa kamu, hah?! Jangan ikut campur!"Daniel memicingkan matanya dengan tajam. "Seharusnya, saya yang bertanya. Anda siapa?” Pria itu melirik ke arah Nadia, mampu merasakan betapa kuatnya gadis tersebut menggenggam tangannya. Dia pun mengalihkan pandangan pada Handoko lagi. ‘Mungkinkah dia ….’“Aku ayah dari gadis itu!” ucap pria yang sebenarnya bernama Handoko itu. Bertahun-tahun dia berusaha menemukan gadis
“Kamu seumur hidup nggak pernah bantu Bapak, ya mahar ini kasih Bapak kamu nggak akan keberatan ‘kan?”Jantung Nadia berdetak kencang mendengar ucapan ayahnya itu. Amarah dalam hati menggebu-gebu, ingin sekali dia langsung menepis tangan ayahnya yang masih menempel di pundak Daniel."Apa Bapak nggak punya rasa malu?! Bapak tiba-tiba datang dan langsung memeras seseorang!""Diam kamu anak sialan!" bentak Handoko dengan tatapan nyalang.“Cukup.” Suara Daniel langsung membuat Nadia dan Handoko mematung. Mereka menoleh ke arah pria tersebut, memperhatikan ekspresinya yang tenang. “Nadia, percayalah padaku,” tegasnya, membuat Nadia menggigit bibirnya.Handoko yang marah mulai merasakan kesabarannya habis. “Haduh, udah deh, nggak usah lama-lama. Uangnya kasih aja sekarang!”"Kita bicara di luar,” tegas Daniel. “Dokter berkata Tante Ratna harus istirahat."Handoko melambaikan tangan acuh tak acuh. "Halah! Wanita nggak berguna itu juga cuma bisa tidur. Nggak usah dipikir–"Sebelum Handoko meny
"Nadia."Di saat mendengar suara bariton itu, Nadia yang sedang bersandar di tembok luar ruang inap ibunya mengangkat pandangan. Kala dia melihat Daniel, mata gadis itu membesar dan dia pun menghampiri pria tersebut dengan cepat.“A-apa kamu baik-baik saja?” tanya Nadia. “Apa Ayahku membuatmu kesulitan?"Daniel menggelengkan kepalanya perlahan. "Ayahmu sudah pergi."Mendengar itu, Nadia mengerutkan keningnya. Tidak mungkin ayahnya itu pergi begitu saja. "Apa kamu memberikan uang padanya?" tebak Nadia langsung.Bukannya menjawab pertanyaan Nadia, Daniel malah menggenggam tangan Nadia dan menariknya masuk ke dalam ruangan. "Tidak perlu kamu pusingkan. Yang jelas, pria itu tidak akan mengganggumu lagi.”"Tapi–"Nadia baru saja ingin membantah, tapi kala Daniel menoleh ke arahnya, gadis itu terdiam. Pria itu menyentuh wajah Nadia dan berkata, "Bukankah aku sudah bilang? Percayalah padaku, Nadia." Mata pria itu memancarkan ketegasan dan kelembutan di waktu yang bersamaan. “Serahkan semua me
"Nona, Anda tidak boleh menerobos masuk!"Minggir!" Suara dari luar mulai terdengar membuat keributan. Daniel dan Dion yang saat ini tengah membahas proposal untuk meeting tampak mengerutkan kening. Di saat yang sama, pintu ruang kerja itu terbuka dengan lebar dan menampakan sosok wanita yang tak asing.Napas Monica memburu naik turun, susah payah dia melewati sekretaris Daniel dan menerobos masuk ke kantor pria tersebut. Sekarang pandangan wanita itu melekat pada sosok pria yang duduk di kursi kerjanya dengan pandangan dingin."Daniel, sebenarnya apa maksudmu, hah?!" Dengan tatapan tajam, Monica segera meneriaki mantan suaminya itu.Daniel yang sempat terkejut karena kedatangan Monica yang mendadak, kini semakin mengerutkan keningnya karena wanita itu bersikap tidak jelas. Dia memicingkan matanya dengan tajam dan dingin, memperkirakan bahwa mantan istrinya itu datang untuk menanyakan tentang berita pernikahannya yang tersebar luas.“Dion, keluar! Aku mau bicara sama Daniel!” titah M