Beranda / Romansa / Pengasuh Duda Lima Puluh Juta / Bab 209. Jalan-jalan Sebentar

Share

Bab 209. Jalan-jalan Sebentar

Penulis: Anggrek Bulan
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56
Nadia menutup pintu ruangan dengan perasaan yang lega karena Ratna ternyata tak terlihat terlalu sedih setelah tahu mengenai Handoko.

"Semuanya baik-baik saja, kamu nggak perlu merasa khawatir lagi."

Nadia menganggukkan kepalanya setuju ketika mendengar perkataan Daniel dan dia tersenyum tipis guna memperlihatkan rasa terima kasihnya itu. Daniel selalu saja membantunya dan bahkan tak berpikir dua kali meskipun namanya itu bisa saja tercoreng.

Mereka berdua melangkahkan kakinya perlahan untuk pergi keluar dari rumah sakit. Sore ini cuaca terlihat bagus dan tak mendung sama sekali. Daniel terdiam sejenak sambil melirik ke arah arloji yang melingkar tepat di pergelangan tangannya, dia lantas berbalik menatap Nadia dan menawarkan, "Masih belum terlalu sore, gimana kalau jalan-jalan sebentar?"

"Jalan-jalan? Emangnya kamu nggak capek?" Nadia menatap Daniel dan tahu kalau sebenarnya pria itu pasti telah lelah selama beberapa hari belakangan ini karena masalah tak kunjung usai.

Daniel menggel
Anggrek Bulan

happy weekend semua

| Sukai
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Pengasuh Duda Lima Puluh Juta   Bab 210. Penuh Perhatian

    "Ayo kita pulang sekarang." Nadia segera bangkit berdiri setelah dia merasa jauh lebih baik dari sebelumnya. Tak ada lagi rasa khawatir yang membuatnya jadi sedih. Rasanya beban yang selama ini ada dipundaknya sudah terangkat.Daniel mengangguk pelan, dia mengikuti langkah Nadia dan sesekali menatapnya. Ketika melihatnya tersenyum, Daniel juga ikut senang.Namun Nadia tiba-tiba saja hampir kehilangan keseimbangannya, dia memekik ketika kakinya tanpa sengaja menyandung batu.Untungnya Daniel dengan sigap langsung menangkapnya, "Hati-hati, kamu bisa jatuh."Jantung Nadia berdebar kencang. Bagaimana tidak? Saat ini jarak diantara mereka berdua sangat lah dekat. Bahkan Nadia bisa merasakan embusan napas hangat Daniel. "I-iya, lain kali aku akan berhati-hati." Nadia segera menarik tubuhnya kembali. Perasaan canggung muncul begitu saja sampai membuat dirinya jadi bingung.Daniel memandang gadis itu dengan perasaan campur aduk dan kini hanya bisa menggelengkan kepala perlahan. "Gimana jadiny

  • Pengasuh Duda Lima Puluh Juta   Bab 211. Jangan Takut Sean

    "Aku harap kamu akan memenangkan sidang kali ini," ujar Nadia sambil mengulas senyum tipisnya.Daniel mengangguk pelan, dengan semua hal yang sudah disiapkannya sebelumnya, dia yakin aka menang. Terlebih lagi dia sudah mendapat kabar dari salah satu bawahannya kalau Bagaskoro telah angkat tangan dari masalah yang sedang dialami Monica. Itu akan lebih menguntungkannya."Kamu tenang aja, aku akan melakukan yang terbaik.""Aku percaya kamu pasti bisa."Daniel tak menjawabnya, dia justru mengelus puncak kepala Nadia. Lalu tak lama kembali melirik arlojinya sejenak. Waktu terasa berjalan sangat cepat dan dia tak mau terlambat sama sekali."Hati-hati di jalan, ya?"Daniel mengangguk pelan, dia segera berlalu setelah berpamitan.Nadia menatap mobil yang mulai menjauh dari area pekarangan rumah. Jantungnya masih saja berdetak semakin kencang dan wajahnya itu kembali merona ketika mengingat sikap romantis yang di perlihatkan secara gamblang oleh Daniel. Dia kembali mengelus kepalanya sendiri da

  • Pengasuh Duda Lima Puluh Juta   Bab 212. Pertemuan

    Daniel keluar dari mobil setelah sopirnya itu berhenti tepat di pelataran pengadilan. Dia merapikan jasnya dan melirik ke arah sang asisten pribadi yang mendekatinya.Dion memberikan sapaan sejenak dan berkata, "Bos, sidang akan dilaksanakan sekitar 15 menit lagi."Daniel menganggukan kepalanya perlahan setelah mendengar informasi dari Dion. Ternyata dia masih bisa datang tepat waktu ke pengadilan sebelum dimulai dan rasanya masih ada sedikit hal yang perlu dia ingatkan pada kuasa hukumnya."Apa pengacara kita juga sudah datang?""Sudah, Bos. Pak Bara ada di dalam."Daniel yang mendengar itu seketika langsung melangkahkan kakinya menuju ke kantor pengadilan. Di sana dia melihat kuasa hukumnya itu sedang mengobrol dengan beberapa orang. Bara yang juga kebetulan melihat Daniel, seketika langsung meminta izin pada para lawan bicaranya untuk pergi lebih dulu.Bara mendekati Daniel sambil tersenyum tipis dan menyapanya. "Anda sudah siap?" Tanpa basa-basi sedikitpun, Daniel langsung menany

  • Pengasuh Duda Lima Puluh Juta   Bab 213. Sidang Dimulai

    Daniel saat ini sudah ada di ruang persidangan. Ada banyak orang yang berkumpul termasuk beberapa wartawan karena tentu saja mereka semua ingin mendapatkan berita eksklusif mengenai masalah yang sedang terjadi saat ini.Dion mendekatkan tubuhnya sejenak dan segera memberikan informasi pada atasannya, "Kami sudah meminta salah satu wartawan untuk menyiarkannya secara online."Daniel yang mendengar itu hanya menganggukkan kepalanya perlahan karena ini memang tujuan utamanya agar tak ada satupun hal yang bisa disabotase oleh pihak Bagaskoro.Jika mantan ayah mertuanya itu masih berpikiran untuk melakukan hal licik, maka dia hanya bisa bermimpi saja.Pintu ruangan persidangan kembali terbuka dan kini menampakan sosok Monica. Ketika Monica melewati Daniel, Dia terlihat menyimpan amarah yang begitu besar dari sorot pandangannya.Tapi Daniel tak mempermasalahkan itu dan dia terus saja memasang raut wajah datar.Terserah apapun yang ingin dilakukan oleh Monica, dia sudah tak peduli lagi karena

  • Pengasuh Duda Lima Puluh Juta   Bab 214. Semakin Ricuh

    "Tidak! Itu tidak benar!" Bagaskoro berteriak sambil menggelengkan kepalanya. Dia tak mau jadi tersangka kedua setelah Monica.Namun, Monica tak merasa takut sama sekali ketika dia melihat tatapan tajam itu. Dia sudah mencoba untuk jadi berani, melawan sekali seumur hidup adalah impiannya sejak lama.Meski dia memang harus berada di dalam penjara, setidaknya semua orang yang terlibat juga harus merasakan hal yang sama. Bukan dia saja.Dibalik keberaniannya itu, Monica tetap memiliki kebencian tersendiri pada Daniel. Apalagi mengingat mantan suaminya itu akan menikah lagi. Tapi percuma saja jika dia berpikir untuk mengalahkannya, mustahil.Daniel jelas akan mengoyaknya semakin hancur. Jadi, Monica hanya bisa memanfaat kebaikan Daniel. Para wartawan kini berbalik menatap Bagaskoro, tentu saja untuk mencari jawaban yang sebenarnya karena Monica sudah melemparkan bukti kuat."Tuan Bagaskoro, berikan pendapat Anda. Apa benar Anda memang terlihat masalah ini dari awal?"Para wartawan itu la

  • Pengasuh Duda Lima Puluh Juta   Bab 215. Pagar Makan Tanaman

    Nadia tersenyum tipis dan saat ini bisa bernapas dengan lega setelah dia melihat siaran langsung mengenai persidangan yang baru saja dilalui oleh Daniel."Syukurlah kalau semuanya baik-baik saja. Sepertinya pihak kami juga akan menang," lirihnya.Dia sempat merasa khawatir karena Daniel pagi tadi terlihat cukup tegang. Namun ternyata tetap berhasil dan kini semua tuduhan buruk yang sempat mengarah padanya langsung berbalik.Dia kembali tersenyum dan melirik ke arah bocah lelaki yang tidur di pangkuannya itu. "Sean, mulai sekarang kamu nggak perlu merasa khawatir lagi, Nak."Di saat yang sama suara sebuah mobil berhenti di pelataran rumah terdengar. Nadia mengerutkan keningnya sejenak dan ternyata dugaannya itu memang benar karena seseorang yang baru saja pulang adalah Daniel.Daniel melangkahkan kakinya masuk ke dalam rumah dan pria itu mempercepat langkahnya ketika melihat Nadia. Dia melirik ke arah putranya yang tidur tepat di pangkuan Nadia dan bertanya, "Sejak kapan dia tidur?""B

  • Pengasuh Duda Lima Puluh Juta   Bab 216. Semakin Kacau

    Bagaskoro mengusap wajahnya dengan kasar setelah mendengar informasi dari sekretaris pribadinya itu dan dia memang sudah menebak kalau kejadian ini pasti akan menimbulkan kehidupan besar sampai membuat perusahaannya ikut terguncang.Tapi dia tak menyangka kalau masalah ini akan menyebar begitu cepat sampai para karyawannya juga ikut-ikutan berdemo. Itu membuatnya merasa semakin pusing."Sialan … pastikan kamu urus masalah ini sebisa mungkin dan berikan saja peringatan pada para karyawan yang terus-menerus mencoba untuk meminta haknya agar diam!"Sang sekretaris yang ada di ujung telepon sana hanya bisa menghela nafas berat karena dia sudah melakukan segala cara supaya membuat kondisi perusahaan menjadi jauh lebih tenang. Tapi sayang itu tak semudah yang diharapkan karena para karyawan semakin menuntut dan juga membuat para wartawan di luar jadi ikut-ikutan heboh."Baik, Tuan. Saya akan berusaha semaksimal mungkin untuk membantu."Setelah mendengar jawaban dari sekretaris pribadinya itu

  • Pengasuh Duda Lima Puluh Juta   Bab 217. Pertautan Hati

    "Kakak," panggil Sean sambil menarik ujung baju Nadia dan membuat gadis itu seketika langsung menoleh sambil mengerutkan keningnya. "Apa Sean boleh ketemu sama Mama?""Apa?" Nadia merasa tak percaya dengan Indra pendengarannya sendiri dan mencoba untuk memastikannya lagi. "Sean beneran mau ketemu sama Mama? Sean nggak ngerasa takut lagi?"Sean menganggukan kepalanya perlahan, dia yang sedang duduk di atas kasur Itu menatap Nadia dan menambahkan, "Sean cuma mau lihat Mama."Ada kesedihan yang tergambar sangat jelas di wajahnya. Sean selama ini sangat merindukan sosok seorang ibu dan tentu saja meskipun telah mendapatkan perlakuan yang buruk dari Monica, dia tak serta-merta membencinya begitu saja.Nadia menghela nafas perlahan dan kini duduk tepat di sampingnya sambil mengelus kepalanya perlahan. "Sean kalau memang mau ketemu sama Mama, Kakak akan coba bicara sama Papa Sean.""Makasih, Kak." Sean tersenyum tipis dan dengan cepat langsung memeluk Nadia. Setelah Nadia menjadi pengasuhnya

Bab terbaru

  • Pengasuh Duda Lima Puluh Juta   Bab 347. Beruntung Memilihmu (Ending)

    "Bagaimana perasaan kamu? Apa sudah lega?" Daniel bertanya pada Nadia yang saat ini memakai gaun berwarna marron, yang membuat dia nampak elegan.Nadia menghela nafas panjang dan kemudian menarik kedua sudut bibirnya. "Tentu saja, rasanya plong banget!" ucapnya dengan mata berbinar.Daniel tersenyum lega juga, karena bahagia Nadia tentu bahagianya juga. "Aku nggak mau lagi keras kepala deh! Yang kamu bilang, memang bener banget!" Nadia kecuali berucap, dia menyesalkan kejadian di kampus. Jika saja dulu dia mengikuti perkataan Daniel, tentu kejadian memalukan dan menyesakkan di kampus itu tak akan pernah terjadi. Keras kepala Nadia ternyata berakhir dengan derita saat ini. Daniel mengacak sedikit rambut Nadia karena merasa sangat gemas saat itu. Tak ayal hal itu langsung membantu Nadia protes. "Duh jail banget sih!? Kalau sampai riasan ini rusak, kamu harus tanggung jawab!" seru Nadia kesal. Daniel malah terkekeh dan malah memencet hidung Nadia. "Salah sendiri menggemaskan! Nanti m

  • Pengasuh Duda Lima Puluh Juta   Bab 346. Ungkapkan Semuanya

    "Kak, aku ingin bicara sama kamu. Penting."Pagi itu, Nadia menemui Alvin ketika kelas belum dimulai.Alvin menarik sudut bibirnya, senyum manis terpancar disana. "Tumben. Ok! Mau kapan?"Dari raut wajahnya nampak jika saat ini Alvin merasa sangat senang.Pemuda itu pun sebenarnya bingung tetapi juga bercampur dengan rasa bahagia. Selama ini Nadia selalu saja menghindar darinya, tetapi kini malah sang gadis pujaan hati itu mengajaknya bicara. Ini bukan mimpi kan?"Sekarang! Ayo!" Nadia yang masih nampak kecewa dengan wajah seriusnya pun langsung berjalan tanpa memperdulikan banyak mata yang sampai saat ini masih nampak menatap sinis padanya. Tanpa banyak tanya lagi Alvin pun mengekori dari belakang."Lo mau ngajak gue kemana sih?" tanya Alvin ketika Nadia malah menuju ke area parkiran. "Kenapa ngobrolnya nggak di tempat yang privat aja?"Nadia mendengus kasar dan sesaat menoleh sebentar ke belakang. " Jangan banyak tanya! Bentar lagi sampai!" Kemudian dia pun meneruskan langkahnya.S

  • Pengasuh Duda Lima Puluh Juta   Bab 345. Harusnya Sejak Dulu

    "Daniel! Mengapa kamu merahasiakan semua ini dari mama dan papa?" Ketika Daniel baru saja sampai di rumah, Martha dan Hendrawan pun langsung menghampiri putranya itu. Mengejar dengan banyak pertanyaan yang intinya mereka merasa tak suka jika Daniel terus menyembunyikan apa pun tentang Nadia."Rahasia ap---" Daniel mencoba mengelak karena memang sebenarnya dia belum mengerti, beberapa hal yang terjadi di kantor membuatnya harus sedikit melupakan tentang yang terjadi di rumah.Martha langsung memotong ucapan anaknya itu. " Nadia di teror dan difitnah seperti itu, tapi kenapa sepertinya kamu malah tenang tenang saja?" Wanita tua itu tak dapat menyembunyikan raut wajahnya yang khawatir. Nadia menghampiri ketiga orang yang masih berdiri di ambang pintu itu, ada rasa tak enak karena sang suami menjadi bahan kemarahan orang tuanya karena dia."Maaf, tadi aku memang sudah menceritakan semuanya pada Mama," tukas Nadia yang seperti biasa malah merasa bersalah.Daniel menarik kedua sudut bibir

  • Pengasuh Duda Lima Puluh Juta   Bab 344. Ceritakan Nadia!

    "Apa aku sekarang juga harus mengatakan semuanya ya?" Nadia makin bimbang saat ini. Dua pilihan yang nyatanya membuat dia merasa sangat dilema. Pilihan A akan membuat semua orang di kampus mengetahui jati dirinya dan itu berarti akan membuat semua orang mengetahui jika dia bukan dari kalangan biasa. Tetapi dengan begitu justru akan membuat dia lebih tenang menjalani perkuliahan. Sedangkan pilihan B, dengan diam dan membiarkan semua orang menganggapnya misterius, justru mungkin akan membuat berita keliru itu semakin menjadi-jadi saja. Sempat terbersit dalam pikiran Nadia untuk tak lagi melanjutkan kuliah dan fokus pada keluarganya. Tetapi itu sama saja artinya dengan dia menghapus mimpi dan cita-cita yang dulu pernah dia pupuk semenjak kecil."Kenapa kamu terlihat sedih, Sayang?"Ketika Nadia sendang melamun seperti itu, terdengar suara lembut Martha. Sang mertua yang baik hati itu ternyata kini sudah berada tepat di sampingnya."Ah Mama." Dengan sigap Nadia pun langsung menyalami

  • Pengasuh Duda Lima Puluh Juta   Bab 343. Siap Tanggung Jawab

    Putri mengepalkan tangannya dengan arah ketika merasakan sesuatu mulai terbakar di hatinya. Dia tak terima sama sekali setelah mendengar perkataan Alvin dan itu sudah berhasil membuat hatinya sangat sakit."Kak Alvin kenapa masih belain dia? Nadia itu …" Putri merasa tak kuasa untuk melanjutkan ucapannya, dia hanya bisa menahan diri dan memalingkan wajahnya.Namun Alvin tahu dengan jelas apa yang ingin dikatakan oleh Putri dan dia dengan cepat pun langsung menegaskan segalanya sambil meraih tangan kanan Nadia. "Nggak peduli gimana masa lalunya, gue bakalan tetap suka sama dia dan perasaan ini nggak bakalan berubah," tuturnya.Nadia terlihat sedikit kaget ketika mendapatkan perlakuan itu dan tentu saja dia sekarang berusaha untuk melepaskan diri dari cengkraman Alvin.Perkataan Alvin barusan terlalu berlebihan dan mengisyaratkan bahwa dia akan melakukan apapun demi bisa mendapatkannya.Nadia merasa kalau ini semua tak benar dan dia harus kembali meluruskannya. Tapi yang paling penting

  • Pengasuh Duda Lima Puluh Juta   Bab 342. Karena Iri

    "Jangan bawa-bawa namaku untuk memvalidasi akal busukmu!"Putri dan Alvin seketika langsung menoleh, mereka berdua mendapati sosok Nadia. Nadia berjalan mendekat dengan langkah yang dipenuhi dengan amarah. Sudah cukup rasanya karena sejak tadi dia memang telah mendengarkan perkataan Putri dan itu sudah berhasil membuatnya merasa sangat kecewa karena sempat menganggapnya sebagai teman."Aku pikir kamu nggak pernah memiliki niatan buruk untuk menghancurkanku sampai seperti ini, Put. Aku pikir kamu benar-benar menganggapku sebagai teman. Tapi apa?"Putri terlihat kaget, tapi dia dengan cepat langsung mengelaknya. "Ngomong apaan sih?! Jangan–""Aku sudah punya buktinya dan aku bahkan juga tahu kalau kamu membayar seseorang untuk mencelakaiku, kan?" Bersamaan dengan perkataannya itu, Nadia segera memberikan bukti-bukti yang akurat dan menambahkan, "Aku nggak nyangka kalau kamu bisa bertindak seperti ini untuk menghancurkanku. Apa aku pernah melakukan kesalahan padamu?"Hubungan keduanya da

  • Pengasuh Duda Lima Puluh Juta   Bab 341. Dalang

    "Bawa orangnya ke hadapan Bos!" Dion segera memerintahkan setelah dia berhasil menangkap pelaku yang sedari awal memang dicurigai telah meneror Nadia.Dua pasang bodyguard yang memang sudah berhasil menangkap pelakunya itu pun segera mematuhi perintah dari Dion, mendekat ke sebuah kereta versi berwarna hitam pekat.Nadia dan Daniel sedari tadi sudah menunggu tepat di dalam mobil. Jantung Nadia terasa berdetak semakin kencang karena memang dia sangat ingin tahu pelaku yang telah tega membuatnya jadi dibenci banyak orang.Suara ketukan di kaca mobil telah menyadarkan Daniel dan Nadia. Daniel melirik ke arah sang istri sambil meremas tangannya perlahan karena dia tahu dengan jelas bagaimana perasaan Nadia. Dia mencoba untuk tetap kuat dan juga tegar sambil tersenyum tipis, "Semuanya pasti baik-baik aja, Nadia. Keinginan kamu terkabul dan kita berhasil menangkap pelakunya. Kamu sudah siap untuk melihatnya?""Iya," jawab Nadia dengan singkat. Pandangan matanya itu terlihat semakin tajam dan

  • Pengasuh Duda Lima Puluh Juta   Bab 340. Berita Baru

    "Itu orangnya! Bener kan dia? Wah gila … nggak nyangka banget kalau dia cewek kayak gitu," tutur salah satu mahasiswa sambil menatap Nadia dan memandangnya dengan tajam.Nadia yang kebetulan sedang melangkahkan kakinya setelah dia sampai di kampus itu pun tampak mengerutkan kening karena sadar saat ini menjadi bahan omongan.Ketika Nadia sedang merasa bingung seperti itu tiba-tiba saja seseorang menarik tangannya, membawanya ke tempat yang sedikit sepi."Kak Alvin? Lepasin!""Gue nggak bakalan lepasin lo di sini sebelum kita bisa bicara berdua," tolaknya. Alvin lantas mengedarkan pandangannya ke sekeliling dan sadar bahwa sekarang tak ada terlalu banyak mahasiswa yang sedang memperhatikan. Dia langsung berbalik untuk menatap Nadia dengan lekat dan berkata, "Lo … ngapain lo malah datang ke kampus?""Apa?" Nadia merasa bingung dengan pertanyaan yang baru dilontarkan oleh Alvin dan sontak saja dia mencoba untuk menepis tangan pria itu karena tak suka jika disentuh seenaknya. "Kenapa pula

  • Pengasuh Duda Lima Puluh Juta   Bab 339. Salah Sangka

    "Cukup!" Putri langsung memotong perkataan Nadia. Napasnya memburu naik turun bersamaan dengan emosi yang semakin menggebu-gebu. "Padahal aku baru aja maafin kamu, tapi sekarang malah kayak gini lagi. Kalau kamu emang nggak percaya, mendingan kita nggak usah temenan lagi aja."Sesuatu terasa sakit di dalam hati Nadia karena memang selama ini temannya hanyalah Putri.Tapi dia tak mencegahnya sama sekali dan melepaskan cengkramannya dari pergelangan tangan Putri. Selalu meremas tangan kanannya sendiri dan menekan perasaannya sampai mengangkat kepalanya setelah sudah siap, "Maaf, aku harusnya emang nggak merasa curiga kayak gini. Tapi aku juga nggak akan memaksa kamu untuk tetap berteman denganku.""Oh?" Putri terlihat sedikit terkejut. Tapi dia kini tertawa sinis. "Harusnya dari awal aku dengerin perkataan teman-teman yang lain aja. Kamu emang nggak sepantasnya punya teman apalagi ada di kampus ini," tambahnya.Nadia seperti mendengar suara hatinya retak. Kenapa Putri sampai mengatakan h

DMCA.com Protection Status