Share

Bab 149. Rencana Lain

Penulis: Anggrek Bulan
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56
"Kamu sendiri juga tahu dengan siapa saat ini kita berurusan, bukan?"

Monica merasa merinding ketika mendengar penuturan ayahnya. Dia tahu bahwa keputusannya itu kurang tepat untuk mencari masalah dengan Daniel. Tapi tetap saja, dia tak ingin disalahkan oleh apapun yang telah terjadi sekarang. Wanita itu melipat kedua tangannya tepat di depan dada, "Kalau dia nggak tergoda dengan gadis kampungan itu dan berniat untuk menikahinya, aku juga nggak akan melakukan hal seperti ini." Dia berbalik menatap Bagaskoro dan kembali berkata, "Ayah sudah tahu soal ini."

Selama ini dia tak pernah melihat sikap putrinya yang begitu terang-terangan membenci seseorang. Ada perasaan aneh yang kini mulai muncul di dalam hati Bagaskoro. 'Dia memang darah dagingku,' batinnya.

Semua orang tahu bagaimana tabiatnya. Bagaskoro memang terkenal sebagai pria yang keras, bahkan pada keluarganya sendiri.

Itulah sebabnya dia tak memiliki hubungan yang dekat dengan Monica, karena sejak lama memang saling bertentangan d
Anggrek Bulan

perpaduan Nadia dan Bagaskoro memang TOP

| Sukai
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Pengasuh Duda Lima Puluh Juta   Bab 150. Berita Terbaru

    "Dion, bagaimana dengan kondisi perusahaan?" Daniel yang sedang berjalan menuju ke ruangan kerjanya itu segera melontarkan pertanyaan pada asistennya. Dia sudah bisa menebak bahwa kondisi perusahaan pasti akan mengalami sedikit masalah mengingat berita yang saat ini tengah tersebar luas.Dion mengangguk pelan, "Beberapa investor protes karena harga saham kita sekarang naik turun."Dion menghela napas berat. Untungnya dia kini telah sampai di ruang kerjanya. Masalah kali ini memang tak bisa dibiarkan saja. Akan ada lebih banyak rumor jika dia tak segera memberikan klarifikasi. Bahkan Monica bisa saja menambahkan bensin ke atas kobaran api, agar masalah semakin membesar dan membuatnya untung.Daniel berbalik, menatap sosok pria bertubuh tegap dengan kemeja biru mudanya. "Dion, kumpulkan semua bukti."Dion terdiam sesaat. Namun dia mengerti maksud dari perkataan atasannya barusan dan bukti yang diinginkannya itu merupakan hal-hal buruk yang telah dilakukan oleh Monica."Tahan bukti-bukti

  • Pengasuh Duda Lima Puluh Juta   Bab 151. Jangan Menyerah

    Bagaskoro menatap anaknya itu yang kini terlihat cemburu. Dia tak banyak bicara lagi. Setidaknya masalah mengenai perusahaan kini telah berhasil ditangani. "Terserah apa yang mau kamu lakukan," ujarnya lirih. Dia menghela napas perlahan dan menambahkan, "Tapi jangan sampai membuat perusahaan rugi."Monica terkekeh pelan. Sungguh lucu ayahnya ini. Bahkan disaat yang genting seperti ini, Bagaskoro masih saja memikirkan soal perusahaan. "Iya," jawab Monica. Sorot matanya terlihat sedikit kecewa. Meski dia sudah tahu tabiat ayahnya, tetap saja ini cukup membuatnya sakit hati. "Ayah tenang aja. Selama Ayah bantu aku, nggak akan ada masalah yang terjadi."Bagaskoro mengangguk-anggukkan kepalanya perlahan. "Ya sudah." Dia berbalik pergi, namun sebelum langkahnya itu menjauh, dia berhenti melangkah dan berbalik lagi, "Kamu harus berguna, Monica."Ada ketidaksukaan yang muncul di kilatan mata Monica. Dia hanya diam, memilih untuk membalikkan tubuhnya dan menatap ke arah jendela. Namun, tangan

  • Pengasuh Duda Lima Puluh Juta   Bab 152. Kembali Datang

    Nadia melangkahkan kakinya keluar dari ruangan rawat inap Ratna. Dia segera menutup pintu rapat-rapat dan menghela nafasnya perlahan. Ada perasaan sesak yang kini mulai muncul di dalam hatinya karena dia selalu saja membuat ibunya itu merasa khawatir.Di saat tengah menundukkan kepalanya tiba-tiba saja dia mendengar suara seorang pria yang mulai masuk ke dalam gendang telinganya. Seketika Nadia langsung menoleh dan melototkan matanya ketika melihat sosok Handoko."A-ayah? Kenapa Ayah ada--""Sst!" Handoko dengan cepat langsung meletakkan jari telunjuknya itu tepat di depan bibirnya. "Jangan berisik kamu!" perintahnya dengan wajah yang terlihat kesal. Dia mengedarkan pandangannya ke sekeliling, takut ada pengawal Daniel. Namun setelah memastikan semuanya aman, dia kembali menatap lekat karena dia dan berkata, "Kamu nggak jadi nikah sama miliarder itu?"Nadia tersentak kaget. Dia dengan cepat langsung menarik tangannya kembali yang saat ini sedang dicengkeram erat oleh Handoko. "Kenapa A

  • Pengasuh Duda Lima Puluh Juta   Bab 153. Akan Mengugat Cerai

    "Kamu itu cuma bocah tengik dan nggak seharusnya banyak omong kosong!" serunya lagi sambil menudingkan jari telunjuknya ke wajah Nadia."Cukup, Mas!" Pintu ruangan tiba-tiba saja terbuka dan menampakan sosok Ratna. "Ibu?!" Nadia merasa sangat terkejut karena ibunya itu tiba-tiba saja keluar dari ruangan.Namun Ratna hanya diam dan memicingkan matanya dengan tajam. Tangannya itu masih tertancap infus dan kesulitan untuk berjalan. Namun saat mendengar suara keras dari luar, dia merasa marah dan langsung pasang badan melindungi Nadia. "Jangan mengatakan hal menyakitkan seperti itu pada Nadia," ujarnya mengingatkan.Nadia dengan cepat langsung meraih kedua bahu Ratna, mencoba membuat wanita itu tetap aman. Dia tahu dengan jelas bahwa kondisi ibunya saat ini belum pulih sepenuhnya dan untuk berjalan sendiri seperti ini pasti cukup sulit baginya. "Kenapa Ibu keluar? Ibu seharusnya istirahat aja di dalam," lirihnya khawatir.Ratna menggelengkan kepalanya perlahan. Mana mungkin dia diam saja

  • Pengasuh Duda Lima Puluh Juta   Bab 154. Rahasia Besar

    "Kamu ingat kalau ibu pernah berniat untuk mengatakan sesuatu mengenai kelahiranmu, kan?"Nadia terdiam sejenak dan memang benar dia ingat dengan jelas perkataan ibunya beberapa ahli waktu lalu. Bahkan sampai saat ini dia masih penasaran dengan jawaban yang belum diberikan sepenuhnya oleh Ratna."Nadia, ada hal penting yang harus kamu ketahui dan ibu harap kamu tidak akan terkejut setelah mengetahuinya."Perkataan Ratna yang terkesan ambigu itu semakin membuat rasa penasaran semakin membuncah di dalam hati Nadia. Dia menganggukkan kepalanya dan segera meraih kedua tangan Ratna. "Nadia akan mendengarkannya baik-baik."Ratna terdiam beberapa saat dan wanita paruh baya itu segera mengajak anaknya untuk kembali masuk ke dalam ruangan. Mereka berdua segera duduk dan Ratna kini menatap lekat Nadia. "Ibu tahu kalau kamu sebenarnya pasti merasa penasaran karena Ayahmu itu selalu mengatakan hal-hal yang keterlaluan dan dia bilang terpaksa menikahi Ibu."Nadia meremas tangannya perlahan karena

  • Pengasuh Duda Lima Puluh Juta   Bab 155. Sumber Masalah

    "... Karena mereka sudah membuang Ibu dan bagaimanapun juga kamu tidak akan diterima oleh mereka."Degh!Jantungnya dia terasa hampir saja melompat keluar dari tempatnya. Tangannya yang tengah meremas jemari Ratna, perlahan-lahan mulai terlepas.Dia tak pernah tahu bahwa ibunya selama ini telah menderita begitu lama dan bahkan sampai diusir dari keluarganya sendiri.Nadia menggigit bibir bawahnya perlahan, berusaha menekan perasaannya yang saat ini hampir saja meledak karena marah dan juga kecewa. "Kenapa Ibu dan mengatakan ini sekarang?" Ratna terdiam. Bagaimana mungkin dia bisa mengatakan hal seperti ini pada Nadia? Bahkan jika bisa dia pasti akan menyembunyikannya seumur hidup. Nadia tak perlu tahu mengenai seluk beluk keluarganya."Maafkan Ibu--""Jangan minta maaf," potong Nadia sambil menggelengkan kepalanya dengan cepat dan kembali meraih tangan Ratna. "Ibu nggak bersalah sama sekali karena sebenarnya merekalah yang jahat!"Nadia merasa sangat beruntung karena dia merupakan dar

  • Pengasuh Duda Lima Puluh Juta   Bab 156. Sean Bosan

    "Sean, kamu udah ngerasa baikan?" "Udah, Kak!" Sean sumringah dan dia benar-benar terlihat sangat bersemangat ketika menjawab pertanyaan dari Nadia. "Sean pengen pulang ke rumah," tambahnya lagi dan saat ini raut wajahnya itu berubah sedikit muram.Nadia yang mendengar itu seketika langsung mengelus pelan puncak kepalanya dan berkata, "Nanti kita tanya dulu sama Om Dokter, ya? Kalau Sean nurut, pasti udah diperbolehkan buat pulang, kok.""Beneran, Kak?""Hum!" sahut Nadia sambil tertawa lirih. Bagaimanapun juga saat ini dia harus bisa membuat Sean menurut dan tidak rewel ketika mendapatkan banyak terapi dari dokter karena bagaimanapun juga dia harus segera sembuh dan melupakan traumanya akibat kasus penculikan yang beberapa hari lalu baru saja selesai.Di saat mereka berdua tengah berbincang, Martha yang ada di luar Itu tampak melongok dari kaca kecil di pintu. Wanita paruh baya itu tersenyum tipis, namun kekhawatiran yang ada di dalam hatinya itu tak bisa hilang begitu saja."Pa, apa

  • Pengasuh Duda Lima Puluh Juta   Bab 157. Klop!

    Nadia mendorong kursi roda Sean, membawa bocah lelaki itu keluar agar bisa menikmati sedikit waktu senggangnya dan tak terus merasa engap karena berada di dalam ruangan perawatan."Kita ke taman aja," ujar Martha sambil mengarahkan jari telunjuknya ke sebuah taman yang memang sengaja disediakan oleh pihak rumah sakit. "Yuk, Sean!" serunya lagi setelah melirik ke arah cucunya itu."Iya, Oma! Sean mau ke taman juga," ujarnya merespon.Mereka berempat segera pergi ke area taman. Namun, Hendrawan menghentikan langkahnya secara mendadak, membuat yang lainnya seketika langsung menoleh sambil mengerutkan keningnya."Ah, kalian langsung ke taman aja. Ada telepon," ujarnya sambil melambaikan tangannya.Martha menghela nafas berat ketika melihat tingkah suaminya itu dan kembali memasang tatapan kesal. "Udah tua tapi sibuknya ngalahin yang masih muda," gerutunya.Diam-diam, Nadia tertawa ketika mendengar penuturan Martha. Sungguh, mereka berdua memiliki kesamaan yang cukup banyak karena Martha me

Bab terbaru

  • Pengasuh Duda Lima Puluh Juta   Bab 347. Beruntung Memilihmu (Ending)

    "Bagaimana perasaan kamu? Apa sudah lega?" Daniel bertanya pada Nadia yang saat ini memakai gaun berwarna marron, yang membuat dia nampak elegan.Nadia menghela nafas panjang dan kemudian menarik kedua sudut bibirnya. "Tentu saja, rasanya plong banget!" ucapnya dengan mata berbinar.Daniel tersenyum lega juga, karena bahagia Nadia tentu bahagianya juga. "Aku nggak mau lagi keras kepala deh! Yang kamu bilang, memang bener banget!" Nadia kecuali berucap, dia menyesalkan kejadian di kampus. Jika saja dulu dia mengikuti perkataan Daniel, tentu kejadian memalukan dan menyesakkan di kampus itu tak akan pernah terjadi. Keras kepala Nadia ternyata berakhir dengan derita saat ini. Daniel mengacak sedikit rambut Nadia karena merasa sangat gemas saat itu. Tak ayal hal itu langsung membantu Nadia protes. "Duh jail banget sih!? Kalau sampai riasan ini rusak, kamu harus tanggung jawab!" seru Nadia kesal. Daniel malah terkekeh dan malah memencet hidung Nadia. "Salah sendiri menggemaskan! Nanti m

  • Pengasuh Duda Lima Puluh Juta   Bab 346. Ungkapkan Semuanya

    "Kak, aku ingin bicara sama kamu. Penting."Pagi itu, Nadia menemui Alvin ketika kelas belum dimulai.Alvin menarik sudut bibirnya, senyum manis terpancar disana. "Tumben. Ok! Mau kapan?"Dari raut wajahnya nampak jika saat ini Alvin merasa sangat senang.Pemuda itu pun sebenarnya bingung tetapi juga bercampur dengan rasa bahagia. Selama ini Nadia selalu saja menghindar darinya, tetapi kini malah sang gadis pujaan hati itu mengajaknya bicara. Ini bukan mimpi kan?"Sekarang! Ayo!" Nadia yang masih nampak kecewa dengan wajah seriusnya pun langsung berjalan tanpa memperdulikan banyak mata yang sampai saat ini masih nampak menatap sinis padanya. Tanpa banyak tanya lagi Alvin pun mengekori dari belakang."Lo mau ngajak gue kemana sih?" tanya Alvin ketika Nadia malah menuju ke area parkiran. "Kenapa ngobrolnya nggak di tempat yang privat aja?"Nadia mendengus kasar dan sesaat menoleh sebentar ke belakang. " Jangan banyak tanya! Bentar lagi sampai!" Kemudian dia pun meneruskan langkahnya.S

  • Pengasuh Duda Lima Puluh Juta   Bab 345. Harusnya Sejak Dulu

    "Daniel! Mengapa kamu merahasiakan semua ini dari mama dan papa?" Ketika Daniel baru saja sampai di rumah, Martha dan Hendrawan pun langsung menghampiri putranya itu. Mengejar dengan banyak pertanyaan yang intinya mereka merasa tak suka jika Daniel terus menyembunyikan apa pun tentang Nadia."Rahasia ap---" Daniel mencoba mengelak karena memang sebenarnya dia belum mengerti, beberapa hal yang terjadi di kantor membuatnya harus sedikit melupakan tentang yang terjadi di rumah.Martha langsung memotong ucapan anaknya itu. " Nadia di teror dan difitnah seperti itu, tapi kenapa sepertinya kamu malah tenang tenang saja?" Wanita tua itu tak dapat menyembunyikan raut wajahnya yang khawatir. Nadia menghampiri ketiga orang yang masih berdiri di ambang pintu itu, ada rasa tak enak karena sang suami menjadi bahan kemarahan orang tuanya karena dia."Maaf, tadi aku memang sudah menceritakan semuanya pada Mama," tukas Nadia yang seperti biasa malah merasa bersalah.Daniel menarik kedua sudut bibir

  • Pengasuh Duda Lima Puluh Juta   Bab 344. Ceritakan Nadia!

    "Apa aku sekarang juga harus mengatakan semuanya ya?" Nadia makin bimbang saat ini. Dua pilihan yang nyatanya membuat dia merasa sangat dilema. Pilihan A akan membuat semua orang di kampus mengetahui jati dirinya dan itu berarti akan membuat semua orang mengetahui jika dia bukan dari kalangan biasa. Tetapi dengan begitu justru akan membuat dia lebih tenang menjalani perkuliahan. Sedangkan pilihan B, dengan diam dan membiarkan semua orang menganggapnya misterius, justru mungkin akan membuat berita keliru itu semakin menjadi-jadi saja. Sempat terbersit dalam pikiran Nadia untuk tak lagi melanjutkan kuliah dan fokus pada keluarganya. Tetapi itu sama saja artinya dengan dia menghapus mimpi dan cita-cita yang dulu pernah dia pupuk semenjak kecil."Kenapa kamu terlihat sedih, Sayang?"Ketika Nadia sendang melamun seperti itu, terdengar suara lembut Martha. Sang mertua yang baik hati itu ternyata kini sudah berada tepat di sampingnya."Ah Mama." Dengan sigap Nadia pun langsung menyalami

  • Pengasuh Duda Lima Puluh Juta   Bab 343. Siap Tanggung Jawab

    Putri mengepalkan tangannya dengan arah ketika merasakan sesuatu mulai terbakar di hatinya. Dia tak terima sama sekali setelah mendengar perkataan Alvin dan itu sudah berhasil membuat hatinya sangat sakit."Kak Alvin kenapa masih belain dia? Nadia itu …" Putri merasa tak kuasa untuk melanjutkan ucapannya, dia hanya bisa menahan diri dan memalingkan wajahnya.Namun Alvin tahu dengan jelas apa yang ingin dikatakan oleh Putri dan dia dengan cepat pun langsung menegaskan segalanya sambil meraih tangan kanan Nadia. "Nggak peduli gimana masa lalunya, gue bakalan tetap suka sama dia dan perasaan ini nggak bakalan berubah," tuturnya.Nadia terlihat sedikit kaget ketika mendapatkan perlakuan itu dan tentu saja dia sekarang berusaha untuk melepaskan diri dari cengkraman Alvin.Perkataan Alvin barusan terlalu berlebihan dan mengisyaratkan bahwa dia akan melakukan apapun demi bisa mendapatkannya.Nadia merasa kalau ini semua tak benar dan dia harus kembali meluruskannya. Tapi yang paling penting

  • Pengasuh Duda Lima Puluh Juta   Bab 342. Karena Iri

    "Jangan bawa-bawa namaku untuk memvalidasi akal busukmu!"Putri dan Alvin seketika langsung menoleh, mereka berdua mendapati sosok Nadia. Nadia berjalan mendekat dengan langkah yang dipenuhi dengan amarah. Sudah cukup rasanya karena sejak tadi dia memang telah mendengarkan perkataan Putri dan itu sudah berhasil membuatnya merasa sangat kecewa karena sempat menganggapnya sebagai teman."Aku pikir kamu nggak pernah memiliki niatan buruk untuk menghancurkanku sampai seperti ini, Put. Aku pikir kamu benar-benar menganggapku sebagai teman. Tapi apa?"Putri terlihat kaget, tapi dia dengan cepat langsung mengelaknya. "Ngomong apaan sih?! Jangan–""Aku sudah punya buktinya dan aku bahkan juga tahu kalau kamu membayar seseorang untuk mencelakaiku, kan?" Bersamaan dengan perkataannya itu, Nadia segera memberikan bukti-bukti yang akurat dan menambahkan, "Aku nggak nyangka kalau kamu bisa bertindak seperti ini untuk menghancurkanku. Apa aku pernah melakukan kesalahan padamu?"Hubungan keduanya da

  • Pengasuh Duda Lima Puluh Juta   Bab 341. Dalang

    "Bawa orangnya ke hadapan Bos!" Dion segera memerintahkan setelah dia berhasil menangkap pelaku yang sedari awal memang dicurigai telah meneror Nadia.Dua pasang bodyguard yang memang sudah berhasil menangkap pelakunya itu pun segera mematuhi perintah dari Dion, mendekat ke sebuah kereta versi berwarna hitam pekat.Nadia dan Daniel sedari tadi sudah menunggu tepat di dalam mobil. Jantung Nadia terasa berdetak semakin kencang karena memang dia sangat ingin tahu pelaku yang telah tega membuatnya jadi dibenci banyak orang.Suara ketukan di kaca mobil telah menyadarkan Daniel dan Nadia. Daniel melirik ke arah sang istri sambil meremas tangannya perlahan karena dia tahu dengan jelas bagaimana perasaan Nadia. Dia mencoba untuk tetap kuat dan juga tegar sambil tersenyum tipis, "Semuanya pasti baik-baik aja, Nadia. Keinginan kamu terkabul dan kita berhasil menangkap pelakunya. Kamu sudah siap untuk melihatnya?""Iya," jawab Nadia dengan singkat. Pandangan matanya itu terlihat semakin tajam dan

  • Pengasuh Duda Lima Puluh Juta   Bab 340. Berita Baru

    "Itu orangnya! Bener kan dia? Wah gila … nggak nyangka banget kalau dia cewek kayak gitu," tutur salah satu mahasiswa sambil menatap Nadia dan memandangnya dengan tajam.Nadia yang kebetulan sedang melangkahkan kakinya setelah dia sampai di kampus itu pun tampak mengerutkan kening karena sadar saat ini menjadi bahan omongan.Ketika Nadia sedang merasa bingung seperti itu tiba-tiba saja seseorang menarik tangannya, membawanya ke tempat yang sedikit sepi."Kak Alvin? Lepasin!""Gue nggak bakalan lepasin lo di sini sebelum kita bisa bicara berdua," tolaknya. Alvin lantas mengedarkan pandangannya ke sekeliling dan sadar bahwa sekarang tak ada terlalu banyak mahasiswa yang sedang memperhatikan. Dia langsung berbalik untuk menatap Nadia dengan lekat dan berkata, "Lo … ngapain lo malah datang ke kampus?""Apa?" Nadia merasa bingung dengan pertanyaan yang baru dilontarkan oleh Alvin dan sontak saja dia mencoba untuk menepis tangan pria itu karena tak suka jika disentuh seenaknya. "Kenapa pula

  • Pengasuh Duda Lima Puluh Juta   Bab 339. Salah Sangka

    "Cukup!" Putri langsung memotong perkataan Nadia. Napasnya memburu naik turun bersamaan dengan emosi yang semakin menggebu-gebu. "Padahal aku baru aja maafin kamu, tapi sekarang malah kayak gini lagi. Kalau kamu emang nggak percaya, mendingan kita nggak usah temenan lagi aja."Sesuatu terasa sakit di dalam hati Nadia karena memang selama ini temannya hanyalah Putri.Tapi dia tak mencegahnya sama sekali dan melepaskan cengkramannya dari pergelangan tangan Putri. Selalu meremas tangan kanannya sendiri dan menekan perasaannya sampai mengangkat kepalanya setelah sudah siap, "Maaf, aku harusnya emang nggak merasa curiga kayak gini. Tapi aku juga nggak akan memaksa kamu untuk tetap berteman denganku.""Oh?" Putri terlihat sedikit terkejut. Tapi dia kini tertawa sinis. "Harusnya dari awal aku dengerin perkataan teman-teman yang lain aja. Kamu emang nggak sepantasnya punya teman apalagi ada di kampus ini," tambahnya.Nadia seperti mendengar suara hatinya retak. Kenapa Putri sampai mengatakan h

DMCA.com Protection Status