Monica memang licik, dan kali ini dia memang sudah mempersiapkan semuanya dengan matang.
"Saya yakin, Bos." Dion menjeda ucapkan sesuatu tanpa mengalihkan pandangannya sedikitpun dari layar monitor yang menampilkan rekaman CCTV dan kembali menambahkan, "Sepertinya dia memang mencoba untuk menghilangkan jejak."Daniel yang mendengar itu hanya bisa terdiam karena bagaimanapun juga saat ini dia menghadapi seseorang yang memiliki pemikiran sangat licik dan rasanya tak bisa untuk diremehkan sama sekali.Nadia yang sejak tadi menatap dari kejauhan itu kini mulai mengerutkan keningnya dan berkata dalam hati, 'Wajahnya kelihatan serius banget, apa ada masalah?'Meskipun memang tak seharusnya dia ikut campur terlalu dalam dengan masalah yang tengah dialami oleh Daniel, rasanya dia tak boleh diam saja karena saat ini kemungkinan masalah itu juga ada hubungannya dengan Sean.Di saat Nadia tengah menatapnya, Daniel tiba-tiba saja berbalik dan segera memutuskan sambungan telepon setelah mengatakan sesuatu yang tak bisa didengar oleh Nadia.Pria itu mulai berjalan mendekat dan kembali d
"Aku nggak mau kamu terluka." Tatapan Nadia terlihat begitu serius ketika mengatakannya. Meski selama ini dia selalu mencoba untuk menyadarkan dirinya sendiri agar tidak terlalu larut dalam perasaan, nyatanya dia benar-benar peduli pada Daniel.Entah sejak kapan perasaan ini muncul, Nadia pun tak menyadarinya.Daniel yang mendengar itu tak bisa berkata-kata karena saat ini jantungnya terasa berdetak semakin kencang. Sudah lama dia tak merasakannya. Bahkan saat bersama dengan mantan istrinya dulu, dia tak pernah merasa tersentuh seperti ini dengan setiap kata-kata manis yang terlontar dari mulut Monica.Tangan Nadia tiba-tiba terulur dan berada tepat di wajah kiri Daniel. Dia mulai membelainya perlahan.Refleks, Daniel pun ikut memegang tangan Nadia dan mengecupnya perlahan. Nadia tersentak kaget, dia mematung sejenak tanpa bisa mengatakan sepatah kata pun.Tapi Daniel tiba-tiba saja membuka mulutnya dan suara pria itu terdengar begitu lembut, meskipun memang sangat mendominasi."Teri
"Kita nggak bisa menggunakan cara itu lagi karena dia sekarang bahkan sudah berani melawan Om Bagaskoro."Mata wanita paruh baya itu seketika langsung membulat dengan sempurna. "Apa?! Monica berani melakukan itu?!"Martha tahu dengan jelas bahwa mantan menantunya itu sangatlah takut pada ayahnya. Bahkan jika dibandingkan dengan kelicikan Monica, Bagaskoro jauh lebih unggul."Ya," jawab pria itu. Nadia yang sejak tadi mendengarkan pun tampak mengerutkan keningnya. Dari situasi yang saat ini tengah terjadi, gadis itu bisa menyimpulkan bahwa solusi yang sempat dikatakannya tak akan membuahkan hasil apapun.Martha mengusap wajahnya perlahan. Dia merasa sangat lelah karena masalah tak kunjung usai. Di saat telah memikirkan itu, Daniel kembali mengatakan situasi yang tengah terjadi pada ibunya."Monica pergi dan wanita itu tak ditemukan di manapun."Belum juga selesai keterkejutannya, Martha kembali menoleh dengan tatapan tak percaya. "Pergi? Kemana? Kamu mengawasi dia, 'kan?""Ma, Tenang
"Sempurna, ini tempat yang tepat untuk menyembunyikan Sean."Pelayan itu tampak mengerutkan keningnya ketika mendengar penuturan Monica. Namun dia tak banyak bertanya karena pintu tiba-tiba saja terbuka dan memperlihatkan sosok rekan kerjanya.Seketika Monica langsung menoleh dan menatap tajam pria berbadan besar itu. Sebelum Monica bisa mengatakan sesuatu, pelayan itu dengan cepat langsung menjelaskan dan berkata, "Nona, Tuan Sean ada di dalam. Mari kita masuk," ujarnya.Mendengar itu, Monica tak banyak beritanya dan langsung menganggukan kepala perlahan sambil melangkahkan kakinya masuk ke dalam rumah itu.Sesosok bocah lelaki yang tengah terduduk di kursi itu terlihat memejamkan matanya seolah-olah tengah tertidur. Monica yang melihatnya pun tersenyum tipis dan segera mendekat. Dia dengan cepat langsung mengelus kepala putranya dengan lembut dan berkata, "Sean ini Mama, Nak."Sean yang mendengar suara ibunya itu seketika langsung membuka matanya perlahan. Jantung bocah lelaki itu b
"Gara-gara kecerobohan kamu, rencanaku bisa saja hancur dan kita mungkin dijebloskan ke dalam penjara!" Dengan napas yang memburu naik turun karena marah, Monica kembali membentak, "Padahal aku sudah beri peringatan berkali-kali, tapi kamu kayaknya nggak bisa kerja dengan baik, ya?!"Dibentak seperti itu, dia hanya diam karena Monica memang wanita yang menakutkan. Namun di dalam hatinya, pelayan itu tetap saja merasa sangat kesal dan marah. "Daniel saat ini nggak akan bisa melakukan apapun, tapi kalau dia menemukanmu ... kamu akan habis di tangannya!"Mendengar itu, dia merasa bergidik ngeri. Mantan majikannya itu memang menakutkan dengan tingkah lakunya yang misterius. Awalnya dia mengira semuanya akan berjalan dengan baik, karena Nadia pun hanyalah seorang pelayan. Dia merasa tak ada salahnya untuk menyinggung wanita itu. Tapi sayangnya, itu salah kaprah. Sekarang, dia tak bisa mundur sama sekali. Semua hanya telah terlanjur dan dia terlibat dengan Monica, mantan istri sekaligus m
"Buang jauh-jauh pikiran untuk merengek, Ibumu bahkan tidak akan membantu."Mata bocah lelaki itu seketika langsung terbelalak dengan sempurna dan diam seribu bahasa.Di saat yang sama, Monica masuk kembali ke dalam rumah dan terlihat memicingkan matanya dengan tajam ketika melihat raut wajah putranya yang telah berubah. Dia dengan cepat langsung mendekat untuk memastikan bahwa keadaan putranya itu baik-baik saja. Perlahan wanita itu pun mulai bertanya setelah berjongkok tepat di hadapan Sean, "Kamu kenapa, Sean? Ada yang sakit?"Saat melihat ibunya berada tepat di depan matanya, Sean masih saja bungkam. Dia terlalu takut untuk menatap lekat wanita itu karena sampai saat ini semuanya terjadi begitu cepat dan dia hanya bisa percaya bahwa ibunya itu bukanlah orang yang baik.Ketika melihat putranya tetap saja, Monica dengan cepat kembali menoleh ke arah pria berbadan kekar itu dan segera bertanya, "Apa yang kamu lakukan pada anakku, hah?!"Dari cara bicaranya saja, wanita itu sudah meng
"Jangan banyak alasan karena aku nggak akan percaya begitu saja!" desisnya dengan sorot pandangan tak suka.Dia justru mengalihkan pandangannya lagi pada putranya. Monica tahu dengan jelas bahwa dugaannya itu tak mungkin salah. Sean bagan bersikap sangat manja layaknya seorang anak kecil biasa dan karena itulah dia mudah mempercayai putranya itu."Tapi, Nona ... saya serius. Anda pasti--""Diam!" bentak wanita itu dengan nafasnya yang kembali memburu karena tersulut emosi. Dia dengan cepat kembali menatap pria berbadan kekar itu dan berjalan mendekatinya. "Jangan membuat kesabaranku habis!"Setelah menghela nafas panjang karena lawan bicaranya itu seketika terdiam, Monica mengusap wajahnya dengan kasar karena dia tak mungkin membuang waktu lebih lama lagi.Wanita itu kembali menatap pelayan dan berkata, "Sudah waktunya bagiku untuk pergi."Sean yang melihat itu seketika langsung memelototkan matanya. "Mama mau pergi ke mana? Bawa Sean juga, Ma."Dengan sorot pandangan yang terlihat me
"Daniel, kita harus segera menemukan cara untuk bernegosiasi dengan Monica," ucap Hendrawan.Pria itu menatap letak putranya dengan tatapan serius karena tahu dengan jelas bahwa ancaman tak akan pernah berhasil untuk Monica. Sebab wanita itu saat ini bahkan Sudah berani melawan semua orang yang mencoba untuk menekannya.Daniel yang mendengar itu pun seketika langsung tertunduk. Saat Hendrawan melihatnya, pria paruh baya itu seketika langsung bertanya dengan kening yang berkerut karena curiga dengan anaknya. "Ada apa? Kamu terlihat seolah tengah menyembunyikan sesuatu."Martha yang juga merasa curiga pada putranya itu pun segera bertanya untuk memastikan. "Iya, Niel. Apa jangan-jangan ada sesuatu yang sudah terjadi?"Saat melihat ibunya tengah merasa khawatir, Daniel pun segera menjelaskan situasi yang tengah terjadi tanpa ditutupi sedikitpun karena kedua orang tuanya itu wajib mengetahuinya."Monica sudah memberikan syarat dan dia berjanji akan melepaskan Sean."Martha yang mendengar