Kondisi kandungan Nadia memang lemah, jadi harus ekstra hati-hati
"Daniel," tegur Hendrawan, ketika melihat putranya itu sejak tadi termenung.Seketika Daniel langsung menoleh, namun pria itu juga masih diam.Hendrawan menghela nafas perlahan dan kembali berkata, "Jangan menyalahkan diri sendiri. Masuklah, lihat keadaan Nadia."Daniel yang mendengar itu menganggukkan kepala perlahan dan segera masuk untuk menengok keadaan Nadia. Di sana, Martha tampak menoleh dan wanita paruh baya itu memahami isi pikiran putranya. Dia pun segera berdiri dan mengelus kepala Nadia sambil berkata, "Tante keluar dulu, ya."Gadis itu menganggukkan kepalanya lemah, membiarkan calon ibu mertuanya terlalu pergi.Saat Martha melewati putranya, wanita paruh baya itu menghentikan langkahnya sejenak dan segera menepuk pelan pundak putranya sambil berkata lirih, "Dia baik-baik saja, Niel."Meski Daniel mendengar itu, dia tak sepenuhnya percaya karena dokter sendiri sempat berkata mengenai keadaan hadiah dan gadis itu bahkan bisa saja mengalami sesuatu yang buruk.Hanya dengan me
"Jangan membuatku khawatir."Degh!Perkataan Daniel barusan telah berhasil membuat sesuatu di dalam hati gadis itu terasa berdesir hebat.Nadia seketika langsung mematung tanpa bisa mengatakan apapun. Matanya itu tetap saja melekat pada Daniel seolah-olah terkunci dan tak bisa dialihkan sama sekali.Belum selesai keterkejutannya, Daniel kembali melakukan sesuatu yang tak terduga karena pria itu tiba-tiba saja membelai lembut puncak kepalanya.Di dalam hatinya, Nadia berteriak histeris, 'Ya Tuhan! Kenapa gunung es ini tiba-tiba jadi cair? Dia ... dia beneran khawatir?!'Di saat tengah memikirkan itu, Daniel kembali berkata, "Aku bertanggung jawab dengan keadaanmu," tuturnya lembut dengan sorot pandangan yang semakin serius dan pria itu pun kembali menambahkan, "Jangan sampai lupa untuk makan, karena janin yang ada di dalam kandunganmu itu butuh asupan."Nadia menganggukkan kepalanya perlahan tanpa sadar. Di dalam hatinya gadis itu semakin bertanya-tanya. Kenapa Daniel sangat lembut pada
"Kenapa kamu liatin aku terus? Ada yang salah?" Dengan suaranya yang ketus, Nadia segera bertanya sambil memasang tatapan tak suka. Namun saat melihat pria itu diam saja dan tersenyum tipis, Nadia semakin merasa bingung. Gadis itu hanya bisa mengerutkan keningnya dan kembali bertanya, "Apa? Jangan bikin orang salah paham," ungkapnya lagi.Setiap kali pria itu tersenyum padanya, Nadia selalu merasakan jantungnya berdebar-debar dan saat ini pun dia juga merasakannya. Hanya dengan merasakan hal itu saja sudah berhasil membuat wajahnya dihiasi dengan gurat kemerahan karena salah tingkah. Rasa-rasanya dia tak sanggup untuk bertatapan lebih lama lagi dengan Daniel. Dia yang merasa kesal akhirnya memilih untuk memalingkan wajahnya, namun tiba-tiba saja tangannya itu disentuh oleh seseorang. Seketika Nadia langsung menoleh dan menatap lekat tangan kekar seorang pria kini berada tepat di pergelangan tangannya. Mengikuti arahnya, Nadia pun akhirnya kembali bertatapan lekat dengan Daniel. Cukup
"Aku hanya khawatir kamu terluka, terlebih lagi dengan anak kita."Jantung Nadia terasa berdetak semakin kencang ketika mendengar hal itu Dan saat ini dia hanya bisa terdiam membisu tanpa mengeluarkan suara apapun. Perkataan Daniel barusan telah berhasil menggetarkan hatinya dan membuat gadis itu menjadi dipenuhi dengan berbagai pertanyaan.Perlahan dia mulai mendongakkan kepalanya lagi dan menatap lekat Daniel. "Kenapa kamu sangat baik padaku?"Pertanyaan itu akhirnya muncul dari mulut Nadia karena sejak lama dia memang sangat ingin mendengar jawabannya dari Daniel. Namun sebelum pria itu bisa menjawabnya, Nadia kembali menegaskan, "Jangan bilang kalau kamu hanya merasa kasihan padaku. Ada yang ingin aku pastikan," tuturnya sambil di jeda sejenak dan meremas tangan perlahan. "Apa kamu suka aku?"Begitu pertanyaan itu lolos dari mulut Nadia, dia segera memalingkan wajahnya dan ingin memaki dirinya sendiri. Di dalam hatinya dia pun berteriak histeris, 'Nadia! Kamu bodoh, hah?! Kok bisa-
"Saya yakin, Bos." Dion menjeda ucapkan sesuatu tanpa mengalihkan pandangannya sedikitpun dari layar monitor yang menampilkan rekaman CCTV dan kembali menambahkan, "Sepertinya dia memang mencoba untuk menghilangkan jejak."Daniel yang mendengar itu hanya bisa terdiam karena bagaimanapun juga saat ini dia menghadapi seseorang yang memiliki pemikiran sangat licik dan rasanya tak bisa untuk diremehkan sama sekali.Nadia yang sejak tadi menatap dari kejauhan itu kini mulai mengerutkan keningnya dan berkata dalam hati, 'Wajahnya kelihatan serius banget, apa ada masalah?'Meskipun memang tak seharusnya dia ikut campur terlalu dalam dengan masalah yang tengah dialami oleh Daniel, rasanya dia tak boleh diam saja karena saat ini kemungkinan masalah itu juga ada hubungannya dengan Sean.Di saat Nadia tengah menatapnya, Daniel tiba-tiba saja berbalik dan segera memutuskan sambungan telepon setelah mengatakan sesuatu yang tak bisa didengar oleh Nadia.Pria itu mulai berjalan mendekat dan kembali d
"Aku nggak mau kamu terluka." Tatapan Nadia terlihat begitu serius ketika mengatakannya. Meski selama ini dia selalu mencoba untuk menyadarkan dirinya sendiri agar tidak terlalu larut dalam perasaan, nyatanya dia benar-benar peduli pada Daniel.Entah sejak kapan perasaan ini muncul, Nadia pun tak menyadarinya.Daniel yang mendengar itu tak bisa berkata-kata karena saat ini jantungnya terasa berdetak semakin kencang. Sudah lama dia tak merasakannya. Bahkan saat bersama dengan mantan istrinya dulu, dia tak pernah merasa tersentuh seperti ini dengan setiap kata-kata manis yang terlontar dari mulut Monica.Tangan Nadia tiba-tiba terulur dan berada tepat di wajah kiri Daniel. Dia mulai membelainya perlahan.Refleks, Daniel pun ikut memegang tangan Nadia dan mengecupnya perlahan. Nadia tersentak kaget, dia mematung sejenak tanpa bisa mengatakan sepatah kata pun.Tapi Daniel tiba-tiba saja membuka mulutnya dan suara pria itu terdengar begitu lembut, meskipun memang sangat mendominasi."Teri
"Kita nggak bisa menggunakan cara itu lagi karena dia sekarang bahkan sudah berani melawan Om Bagaskoro."Mata wanita paruh baya itu seketika langsung membulat dengan sempurna. "Apa?! Monica berani melakukan itu?!"Martha tahu dengan jelas bahwa mantan menantunya itu sangatlah takut pada ayahnya. Bahkan jika dibandingkan dengan kelicikan Monica, Bagaskoro jauh lebih unggul."Ya," jawab pria itu. Nadia yang sejak tadi mendengarkan pun tampak mengerutkan keningnya. Dari situasi yang saat ini tengah terjadi, gadis itu bisa menyimpulkan bahwa solusi yang sempat dikatakannya tak akan membuahkan hasil apapun.Martha mengusap wajahnya perlahan. Dia merasa sangat lelah karena masalah tak kunjung usai. Di saat telah memikirkan itu, Daniel kembali mengatakan situasi yang tengah terjadi pada ibunya."Monica pergi dan wanita itu tak ditemukan di manapun."Belum juga selesai keterkejutannya, Martha kembali menoleh dengan tatapan tak percaya. "Pergi? Kemana? Kamu mengawasi dia, 'kan?""Ma, Tenang
"Sempurna, ini tempat yang tepat untuk menyembunyikan Sean."Pelayan itu tampak mengerutkan keningnya ketika mendengar penuturan Monica. Namun dia tak banyak bertanya karena pintu tiba-tiba saja terbuka dan memperlihatkan sosok rekan kerjanya.Seketika Monica langsung menoleh dan menatap tajam pria berbadan besar itu. Sebelum Monica bisa mengatakan sesuatu, pelayan itu dengan cepat langsung menjelaskan dan berkata, "Nona, Tuan Sean ada di dalam. Mari kita masuk," ujarnya.Mendengar itu, Monica tak banyak beritanya dan langsung menganggukan kepala perlahan sambil melangkahkan kakinya masuk ke dalam rumah itu.Sesosok bocah lelaki yang tengah terduduk di kursi itu terlihat memejamkan matanya seolah-olah tengah tertidur. Monica yang melihatnya pun tersenyum tipis dan segera mendekat. Dia dengan cepat langsung mengelus kepala putranya dengan lembut dan berkata, "Sean ini Mama, Nak."Sean yang mendengar suara ibunya itu seketika langsung membuka matanya perlahan. Jantung bocah lelaki itu b