"Terus ikuti mobil itu, jangan terlalu dekat." Daniel segera memberikan perintah pada sopirnya itu untuk tetap fokus pada sebuah mobil sedan berwarna putih yang kini tengah melaju tepat sekitar 100 meter didepannya.Bagaimanapun juga pria itu tak ingin jika mantan istrinya merasa curiga ketika diikuti.Di dalam hatinya pria itu pun kembali membatin, 'Aku yakin kalau saat ini dia berniat untuk pergi menemui bawahannya.'Setelah dia berhasil memprovokasi Monica, wanita itu pastinya semakin tak sabaran untuk menggunakan putranya sendiri supaya bisa menekan Daniel.Menyadari hal itu, Daniel tak ingin membuang waktu sedikitpun karena takut putranya mendapatkan perlakuan yang tak baik dari ibunya sendiri. Meskipun Monica saling berkata bahwa dia menyayangi Sean, sebenarnya wanita itu hanya menjadikannya sebagai tameng.Di waktu yang bersamaan, Monica terlihat sangat serius ketika berbicara dengan seseorang yang berada di ujung telepon sana."Jangan pergi kemanapun, aku ingin mengecek keadaan
"Sudah satu jam," gumam pria itu sambil melirik ke arah arloji yang melingkar tepat di pergelangan tangannya dan kembali mengarahkan pandangannya ke salon. Dia menghela nafas perlahan karena mantan istrinya itu tak menunjukkan batang hidungnya sama sekali setelah satu jam berlalu. Dia memang tahu bahwa wanita memang cukup lama menghabiskan waktunya untuk urusan penampilan, tapi rasanya dia tak sabar untuk menunggu karena Monica saat ini harus diawasi terus menerus.Di saat tengah memikirkan itu tiba-tiba saja ponselnya berdering nyaring dan membuat pria itu seketika langsung menoleh sambil meraihnya. "Kepala pelayan?" gumamnya ketika menyadari bahwa seseorang yang meneleponnya saat ini adalah Anggun. Tanpa basa-basi dia pun langsung mengangkat panggilan. Namun sayangnya sebelum pria itu bisa mengatakan apapun, kepala pelayan yang ada di ujung telepon sana segera memotong, "Tuan, Anda harus segera kembali!"Daniel yang menyadari nada suara kepala pelayan terdengar cemas, seketika meng
"Nona, Anda harus memberikan kartu identitas," tutur seorang pria yang merupakan jasa penyewaan mobil. Dia menatap lekat sosok wanita yang kini tampak menggunakan masker dan juga topi itu.Monica yang mendengarnya seketika langsung memicingkan matanya dengan tajam. "Aku sudah meninggalkan mobilku di sini sebagai jaminan dan membayar biaya sewa 3 kali lipat hanya untuk digunakan selama 2 jam saja. Apa masih ada masalah?"Pertanyaan bernada sombong itu telah berhasil membuat raut wajah pria berbadan tinggi itu mengerutkan keningnya. 'Sombong sekali,' batinnya.Setelah menghela nafasnya perlahan pria itu pun kembali menegaskan, "Benar. Tapi tetap saja--""Berisik! Ini uang tambahannya," potong wanita itu seraya menyerahkan segepok uang karena tak ingin berada di dalam situasi yang rumit dengan masalah sulit.Mata pria itu seketika tampak berbinar senang ketika melihat uang yang banyak. 'Bisa-bisanya dia ngasih uang segampang ini cuma buat nyewa mobil,' batinnya. Di saat tengah merasa sen
"Daniel," tegur Hendrawan, ketika melihat putranya itu sejak tadi termenung.Seketika Daniel langsung menoleh, namun pria itu juga masih diam.Hendrawan menghela nafas perlahan dan kembali berkata, "Jangan menyalahkan diri sendiri. Masuklah, lihat keadaan Nadia."Daniel yang mendengar itu menganggukkan kepala perlahan dan segera masuk untuk menengok keadaan Nadia. Di sana, Martha tampak menoleh dan wanita paruh baya itu memahami isi pikiran putranya. Dia pun segera berdiri dan mengelus kepala Nadia sambil berkata, "Tante keluar dulu, ya."Gadis itu menganggukkan kepalanya lemah, membiarkan calon ibu mertuanya terlalu pergi.Saat Martha melewati putranya, wanita paruh baya itu menghentikan langkahnya sejenak dan segera menepuk pelan pundak putranya sambil berkata lirih, "Dia baik-baik saja, Niel."Meski Daniel mendengar itu, dia tak sepenuhnya percaya karena dokter sendiri sempat berkata mengenai keadaan hadiah dan gadis itu bahkan bisa saja mengalami sesuatu yang buruk.Hanya dengan me
"Jangan membuatku khawatir."Degh!Perkataan Daniel barusan telah berhasil membuat sesuatu di dalam hati gadis itu terasa berdesir hebat.Nadia seketika langsung mematung tanpa bisa mengatakan apapun. Matanya itu tetap saja melekat pada Daniel seolah-olah terkunci dan tak bisa dialihkan sama sekali.Belum selesai keterkejutannya, Daniel kembali melakukan sesuatu yang tak terduga karena pria itu tiba-tiba saja membelai lembut puncak kepalanya.Di dalam hatinya, Nadia berteriak histeris, 'Ya Tuhan! Kenapa gunung es ini tiba-tiba jadi cair? Dia ... dia beneran khawatir?!'Di saat tengah memikirkan itu, Daniel kembali berkata, "Aku bertanggung jawab dengan keadaanmu," tuturnya lembut dengan sorot pandangan yang semakin serius dan pria itu pun kembali menambahkan, "Jangan sampai lupa untuk makan, karena janin yang ada di dalam kandunganmu itu butuh asupan."Nadia menganggukkan kepalanya perlahan tanpa sadar. Di dalam hatinya gadis itu semakin bertanya-tanya. Kenapa Daniel sangat lembut pada
"Kenapa kamu liatin aku terus? Ada yang salah?" Dengan suaranya yang ketus, Nadia segera bertanya sambil memasang tatapan tak suka. Namun saat melihat pria itu diam saja dan tersenyum tipis, Nadia semakin merasa bingung. Gadis itu hanya bisa mengerutkan keningnya dan kembali bertanya, "Apa? Jangan bikin orang salah paham," ungkapnya lagi.Setiap kali pria itu tersenyum padanya, Nadia selalu merasakan jantungnya berdebar-debar dan saat ini pun dia juga merasakannya. Hanya dengan merasakan hal itu saja sudah berhasil membuat wajahnya dihiasi dengan gurat kemerahan karena salah tingkah. Rasa-rasanya dia tak sanggup untuk bertatapan lebih lama lagi dengan Daniel. Dia yang merasa kesal akhirnya memilih untuk memalingkan wajahnya, namun tiba-tiba saja tangannya itu disentuh oleh seseorang. Seketika Nadia langsung menoleh dan menatap lekat tangan kekar seorang pria kini berada tepat di pergelangan tangannya. Mengikuti arahnya, Nadia pun akhirnya kembali bertatapan lekat dengan Daniel. Cukup
"Aku hanya khawatir kamu terluka, terlebih lagi dengan anak kita."Jantung Nadia terasa berdetak semakin kencang ketika mendengar hal itu Dan saat ini dia hanya bisa terdiam membisu tanpa mengeluarkan suara apapun. Perkataan Daniel barusan telah berhasil menggetarkan hatinya dan membuat gadis itu menjadi dipenuhi dengan berbagai pertanyaan.Perlahan dia mulai mendongakkan kepalanya lagi dan menatap lekat Daniel. "Kenapa kamu sangat baik padaku?"Pertanyaan itu akhirnya muncul dari mulut Nadia karena sejak lama dia memang sangat ingin mendengar jawabannya dari Daniel. Namun sebelum pria itu bisa menjawabnya, Nadia kembali menegaskan, "Jangan bilang kalau kamu hanya merasa kasihan padaku. Ada yang ingin aku pastikan," tuturnya sambil di jeda sejenak dan meremas tangan perlahan. "Apa kamu suka aku?"Begitu pertanyaan itu lolos dari mulut Nadia, dia segera memalingkan wajahnya dan ingin memaki dirinya sendiri. Di dalam hatinya dia pun berteriak histeris, 'Nadia! Kamu bodoh, hah?! Kok bisa-
"Saya yakin, Bos." Dion menjeda ucapkan sesuatu tanpa mengalihkan pandangannya sedikitpun dari layar monitor yang menampilkan rekaman CCTV dan kembali menambahkan, "Sepertinya dia memang mencoba untuk menghilangkan jejak."Daniel yang mendengar itu hanya bisa terdiam karena bagaimanapun juga saat ini dia menghadapi seseorang yang memiliki pemikiran sangat licik dan rasanya tak bisa untuk diremehkan sama sekali.Nadia yang sejak tadi menatap dari kejauhan itu kini mulai mengerutkan keningnya dan berkata dalam hati, 'Wajahnya kelihatan serius banget, apa ada masalah?'Meskipun memang tak seharusnya dia ikut campur terlalu dalam dengan masalah yang tengah dialami oleh Daniel, rasanya dia tak boleh diam saja karena saat ini kemungkinan masalah itu juga ada hubungannya dengan Sean.Di saat Nadia tengah menatapnya, Daniel tiba-tiba saja berbalik dan segera memutuskan sambungan telepon setelah mengatakan sesuatu yang tak bisa didengar oleh Nadia.Pria itu mulai berjalan mendekat dan kembali d