"T–tolong aku .... Tolong ....” Ucapan yang tenggelam di dalam hati, Jonathan tidak bisa mengeluarkan suaranya.Namun ia bisa melihat seorang perempuan yang menatapnya khawatir, tapi hanya beberapa saat sebelum semuanya menjadi gelap. Saat itu juga Jonathan tersadar dari komanya. Jonathan membuka mata dengan jantung berdebar-debar. “A–aku belum mati?” ujar Jonathan di dalam hati. Ia menoleh, melihat Kinara yang tertidur dengan merebahkan kepalanya di tepi brankar. "Kinara?” panggil Jonathan pelan, nyaris berbisik. Ia perlahan menyentuh tangan Kinara yang berada di atas perutnya. “Heum?” Kinara mengerjapkann mata, sedetik kemudian setelah nyawanya terkumpul, ia reflek membelalakkan mata. “K–kamu sudah sadar?” Kinara seketika berdiri dan air matanya jatuh saat itu juga. Melihat Jonathan sang suami yang sudah membuka mata dengan anggukan kepala disertai senyum yang selama ini dirindukannya. “Aku menunggumu.” Isak tangis Kinara pecah, ia menghamburkan dirinya untuk memeluk Jonathan.
"Terima kasih, Agatha. Aku berjanji mulai sekarang tidak akan lagi ikut campur dalam urusan hidupmu,” ucap Jonathan dengan tekad baru. Ia akan mengubur perasaan bencinya pada Agatha dulu. "Kamu bisa hidup dengan pilihan yang kamu ambil. Dengan siapa yang ada di sampingmu, dan tujuan yang membuatmu terus maju."Agatha pun terkejut, nyaris tidak bisa berkata-kata sampai Jonathan terkekeh kecil. Ia mengedipkan mata berkali-kali, betapa perasannya saat ink tidak bisa dijelaskan dengan kata-kata. Sungguh, ia tidak menyangka hari ini akan tiba secepat ini."Apa ini benar-benar nyata? Pria ini akhirnya mau bertobat?" batin Agatha tak percaya. Namun ia hanya mengangguk pelan dengan senyum tipis sebagai jawaban. Meski kejahatan Jonathan masih belum bisa terlupakan, ia berusaha mempercayai permintaan maafnya.Seiring kata-kata itu terucap, suasana dalam ruangan menjadi hangat. Jonathan, dengan seluruh kerendahhatiannya, tahu bahwa ia berutang banyak pada Agatha. Dan meskipun masih ada perjalan
Rumah Jonathan kini tampak penuh kehangatan. Jonathan yang kini berubah, lebih banyak tersenyum dan berusaha terlibat aktif dalam kehidupan keluarganya. Jayden, yang sebelumnya cuek, kini mulai membuka hatinya pada perubahan ayahnya. Agatha dengan sabar terus mendukung proses penyembuhan hubungan di antara mereka.Agatha dengan penuh kelembutan, membantu Anna untuk melewati ketakutannya terhadap Jonathan. Jonatan yang merasa menyesal atas sikapnya yang dulu, berusaha keras untuk memperbaiki hubungan dengan cucunya itu.Sementara itu, Cakra yang belum pulang dari luar negeri tidak mengetahui perubahan yang terjadi di keluarganya. Selama beberapa hari, kebahagiaan tampak kembali di rumah Byhantara. Dalam suasana yang penuh kebahagiaan di rumah Jonathan, Agatha melihat momen yang sempurna untuk memperkuat hubungan antara Jonathan dan Anna. Sebuah adegan manis menunjukkan Anna yang mulai bermain dengan Jonathan di halaman belakang rumah.Anna dengan senang hati menggandeng tangan Jonatha
Dengan bibir yang masih tersenyum, Jonathan melanjutkan, "Kecerdasanmu, dedikasimu, dan segala hal yang kamu lakukan untuk keluarga Byhantara membuatku menyadari bahwa kamu adalah jawaban untuk kebahagiaan Jayden. Aku bersyukur telah menyadari hal ini, dan aku berharap kamu bisa menjadi bagian dari keluarga kami."Jonathan kembali melanjutkan pekerjaannya dengan keyakinan yang baru dan senyuman yang tak lekang dari wajahnya, menyadari bahwa Agatha telah membawa perubahan positif bagi keluarganya.Beberapa hari berlalu, Jonathan terus merenungkan keputusannya. Setiap kali ia melihat Agatha, perasaannya semakin yakin bahwa mempersatukan Agatha dengan Jayden adalah langkah yang tepat.Suatu hari, Jonathan memutuskan untuk bicara secara langsung dengan Agatha. Ia sengaja mencari waktu longgar untuk ke perusahaan Jayden. Dengan senyum hangat, ia pun mendekati Agatha di ruang kerjanya."Siang, Agatha. Bisakah kita bicara sebentar?"Agatha mengangguk dan menjawab sopan, "Ah, tentu, Pak Jonat
"Salah siapa kamu sangat menarik, aku jadi tidak bisa melepaskanmu, kan?” Cakra tertawa kecil sambil melihat foto Agatha yang pernah dipotretnya diam-diam di ponselnya. Ia tidak bosan meskipun sejak tadi memandanginya sepanjang perjalanan menuju rumah setelah dari bandara. Berbagai macam rencana untuk mendapatkan Agatha sudah terususn rapi di otaknya. Tinggal menunggu waktu yang tepat untuk menjalankannya. Cakra sangat tidak sabar menantikan hari itu. “Ini alasannya kenapa aku tidak bisa berlama-lama di luar negeri.” Cakra terkekeh. “Karena seseorang yang aku rindukan ada di negera ini.” Tiba di sebuah rumah yang megah, Cakra kembali memasukkan ponselnya ke saku lalu memasang wajah datar. Keluar dari mobil ia melangkah cepat masuk. Sempat mendengar papanya kecelakaan, ia sedikit menyesal tidak bisa pulang karena urusannya masih belum selesai. “Aku kembali,” sapa Cakra dengan ceria dan wajah cerah. Kinara yang sedang memasak di dapur bersama beberapa pembantu reflek menoleh. Kina
Saat mereka duduk bersama di meja, Reyhan akhirnya memberanikan diri untuk bertanya, "Bos, maaf kalau terdengar tiba-tiba, tapi apa yang membuat Anda begitu ceria hari ini? Apakah ada sesuatu yang spesial telah terjadi?"Jayden tersenyum ramah kepada Reyhan sebelum menjawab, "Oh, Rey, ini mungkin terdengar klise, tapi sebenarnya ada perubahan besar dalam hidupku. Akhirnya Jonathan memberi restu untukku ... untuk sesuatu yang aku impikan."Reyhan melebarkan mata, lalu mengangguk-angguk paham. Ia benar-benar ikut senang mendengarnya . "Wow, saya senang mendengarnya, Bos. Semoga hal itu membawa kebahagiaan bagi Anda."Jayden mengangkat gelasnya. "Terima kasih, Rey. Semoga kita semua bisa meraih kebahagiaan masing-masing!"Reyhan merasa sungguh bahagia mendengar berita baik dari Jayden. Ia seakan merasakan kebahagiaan bosnya dan menyadari bahwa perubahan ini membawa dampak positif pada suasana kerja."Sungguh menggembirakan mendengarnya, Bos. Semoga semuanya berjalan lancar dan membawa ke
"Aku harus memikirkan sekali lagi kapan waktu yang tepat. Mengenai perasaan tidak sebaiknya aku terburu-buru,” batin Jayden setelah bergelut dengan benaknya. Ia memutuskan menutup mata dan berusaha tidur. Keesokan paginya berjalan seperti biasa. Dan sampai saat ini pun Jayden masih belum bisa memutuskan. Rasanya saat melihat Agatha saja jantungnya sudah berdebar. Entah bagaimana saat ia menyatakan perasaannya dan meminta Agatha menjadi istri barunya untuk memenuhi keinginan Anna. “Aku benar-benar harus mencari guru dalam masalah ini,” batin Jayden mengembuskan napas pelan. Nama seseorang tiba-tiba muncul di kepalanya. “Ah, orang itu. Pada akhirnya aku membutuhkan dia juga di saat seperti ini.” Jayden terkekeh geli. Reyhan sang sekretaris menjadi partner yang tepat untuk berkonsultasi soal perasaan. Dalam keheningan malam, Jayden merenung tentang permintaan istimewa dari putrinya, Anna. Permintaan untuk memiliki seorang ibu, khususnya Agatha. Jayden menyadari bahwa tanggung jawabny
"Walau begitu aku harus memikirkan hadiah yang benar-benar membuatnya senang dan menjadi kenangan yang tidak terlupakan!"Jayden bersyukur dengan respon Agatha terhadap ulang tahun Anna. Meksi tidak ada hubungan darah, Agatha benar-benar menyayangi Anna layaknya anaknya sendiri. Jayden tiba-tiba terpikirkan sesuatu. Akankah waktu yang tepat untuk mengungkapkan perasaannya adalah satu hari sebelum ulang tahun Anna? Dengan begitu Agatha tidak akan terlalu terkejut soal hadiah yang diminta Anna."Dan kalau pun saat itu aku tertolak. Aku akan mengatakan yang sejujurnya. Dia pasti bisa mengerti soal permintaan Anna itu," batin Jayden, lalu menahan senyum. "Ah, Tapi aku rasa tidak mungkin jika dia menolakku."Besok ia akan berencana berkonsultasi kepada Reyhan yang sudah berpengalaman soal cinta. Meskipun sebenarnya ia cukup ragu bisa mengandalkan idenya, tapi barang kali sekretarisnya itu bisa mengurangi perasaan ragunya.***Langit gelap menyelimuti kota saat Agatha selesai membantu Anna