Saat mereka duduk bersama di meja, Reyhan akhirnya memberanikan diri untuk bertanya, "Bos, maaf kalau terdengar tiba-tiba, tapi apa yang membuat Anda begitu ceria hari ini? Apakah ada sesuatu yang spesial telah terjadi?"Jayden tersenyum ramah kepada Reyhan sebelum menjawab, "Oh, Rey, ini mungkin terdengar klise, tapi sebenarnya ada perubahan besar dalam hidupku. Akhirnya Jonathan memberi restu untukku ... untuk sesuatu yang aku impikan."Reyhan melebarkan mata, lalu mengangguk-angguk paham. Ia benar-benar ikut senang mendengarnya . "Wow, saya senang mendengarnya, Bos. Semoga hal itu membawa kebahagiaan bagi Anda."Jayden mengangkat gelasnya. "Terima kasih, Rey. Semoga kita semua bisa meraih kebahagiaan masing-masing!"Reyhan merasa sungguh bahagia mendengar berita baik dari Jayden. Ia seakan merasakan kebahagiaan bosnya dan menyadari bahwa perubahan ini membawa dampak positif pada suasana kerja."Sungguh menggembirakan mendengarnya, Bos. Semoga semuanya berjalan lancar dan membawa ke
"Aku harus memikirkan sekali lagi kapan waktu yang tepat. Mengenai perasaan tidak sebaiknya aku terburu-buru,” batin Jayden setelah bergelut dengan benaknya. Ia memutuskan menutup mata dan berusaha tidur. Keesokan paginya berjalan seperti biasa. Dan sampai saat ini pun Jayden masih belum bisa memutuskan. Rasanya saat melihat Agatha saja jantungnya sudah berdebar. Entah bagaimana saat ia menyatakan perasaannya dan meminta Agatha menjadi istri barunya untuk memenuhi keinginan Anna. “Aku benar-benar harus mencari guru dalam masalah ini,” batin Jayden mengembuskan napas pelan. Nama seseorang tiba-tiba muncul di kepalanya. “Ah, orang itu. Pada akhirnya aku membutuhkan dia juga di saat seperti ini.” Jayden terkekeh geli. Reyhan sang sekretaris menjadi partner yang tepat untuk berkonsultasi soal perasaan. Dalam keheningan malam, Jayden merenung tentang permintaan istimewa dari putrinya, Anna. Permintaan untuk memiliki seorang ibu, khususnya Agatha. Jayden menyadari bahwa tanggung jawabny
"Walau begitu aku harus memikirkan hadiah yang benar-benar membuatnya senang dan menjadi kenangan yang tidak terlupakan!"Jayden bersyukur dengan respon Agatha terhadap ulang tahun Anna. Meksi tidak ada hubungan darah, Agatha benar-benar menyayangi Anna layaknya anaknya sendiri. Jayden tiba-tiba terpikirkan sesuatu. Akankah waktu yang tepat untuk mengungkapkan perasaannya adalah satu hari sebelum ulang tahun Anna? Dengan begitu Agatha tidak akan terlalu terkejut soal hadiah yang diminta Anna."Dan kalau pun saat itu aku tertolak. Aku akan mengatakan yang sejujurnya. Dia pasti bisa mengerti soal permintaan Anna itu," batin Jayden, lalu menahan senyum. "Ah, Tapi aku rasa tidak mungkin jika dia menolakku."Besok ia akan berencana berkonsultasi kepada Reyhan yang sudah berpengalaman soal cinta. Meskipun sebenarnya ia cukup ragu bisa mengandalkan idenya, tapi barang kali sekretarisnya itu bisa mengurangi perasaan ragunya.***Langit gelap menyelimuti kota saat Agatha selesai membantu Anna
"Sangat penting untuk menemukan rekaman CCTV tersebut. Perempuan itu menghilang, dan kami butuh bantuan Anda untuk melacaknya,” ucap Jayden dengan nada tegas, mencerminkan kekhawatiran yang mendalam.Karyawan itu mengangguk cepat. “Baik, saya akan bantu cek rekaman CCTV secepat mungkin. Silakan ikuti saya.” Anna, meski masih dalam keadaan terpukul, menggenggam erat lengan Jayden, menunjukkan kepercayaan dalam usahanya untuk menemukan Agatha. Beberapa saat setelah mengecek rekaman CCTV, rupanya di saat yang tidak tepat malam ini CCTV itu mengalami kerusakan. Para pegawai minimarket juga terkejut saat melihat rekaman beberapa jam yang lalu hanya menampilkan layar gelap.Dengan wajah semakin tegang, Jayden menghela napas frustasi. Kemudian ia mencoba ke toko lain di sekitar sana, tapi saat mengetahui bahwa CCTV di minimarket lain ternyata juga rusak, tangannya seketika menggosok pelipis, mencoba meredakan kekecewaan dan kekesalan."Kenapa semuanya harus serba rusak malam ini?” gumam Jay
Grace menambahkan, "Kamu akan belajar menghormati kami, dan mungkin, jika kamu beruntung, hidupmu tidak akan terlalu menyakitkan setelah ini."Mereka meninggalkan Agatha di kamar, menyisakan gadis itu dengan kebingungan dan rasa heran yang semakin dalam. Dengan kedua tangannya terikat di atas kepala, Agatha merasa terperangkap dalam situasi yang semakin suram dan tak pasti.Agatha, meski tidak merasa takut, namun rasanya api kemarahan yang berkobar dalam dirinya sangat sulit dipadamkan. Ia membatin dengan umpatan-umpatan kesal dalam hati, dan meskipun ingin meronta, ikatan yang kuat membuatnya tak bisa berbuat banyak.Agatha berkata dalam hati, "Apa yang mereka pikirkan? Ini semua pasti rencana Cakra! Aku tidak akan membiarkan mereka merendahkan dan menyakitiku seperti ini!"Meski tempatnya sekarang tidak gelap dan gerah, Agatha tetap kesal karena menyadari bahwa kemungkinan yang lebih buruk bisa saja terjadi. Tapi dia tidak akan membiarkan rasa takut menguasainya. Sebaliknya, tekadny
"Aku harap kamu mendapat balasan yang setimpal!" batin Agatha mengumpat. Ia sudah tidak peduli dengan sopan santun. Persetan dengan derajat, ia tidak akan lagi menggunakan bahasa formal!Cakra, meski tahu bahwa Agatha mungkin memang jujur, tapi ia tetap menunjukkan senyuman mengejek. Ia suka mengerjainya. "Jadi ternyata hanya karena anaknya, bukan karena kamu mencintainya. Aku harus mengakui, kamu cukup licik, ya, Agatha. Tapi tidak masalah, aku suka tantangan."Agatha, meskipun terlampau jijik dengan situasi yang semakin merosot, tetap menjaga tekadnya untuk tidak memberikan Cakra apa yang diinginkannya. "Aku tidak berbohong! Aku sudah memberitahu yang sebenarnya! Aku memang tidak ada perasaan apapun padanya!"Cakra, sambil merapikan rambut Agatha yang berantakan, berkata, "Berbohong atau tidak, sebenarnya itu tidak masalah. Lagi pula kamu juga akan menjadi milikku. Aku suka permainan ini. Tapi ingat, Agatha, kamu akan segera menyerah. Karena setelah ini kamu tidak akan bisa menolak
"Aku tahu dia ada di mana."Gumaman Jayden itu terdengar oleh Reyhan yang membuatnya dnegan cepat menoleh. "Ke mana, Bos? Anda yakin?"Jayden mengepalkan tangan. Satu tempat sudah tertebak di kepalanya. "Dia pasti ke mansion. Kita harus ke sana sebelum terjadi sesuatu dengan Agatha."Reyhan membelalakkan mata. Ia tahu betul di mana mansion milik Cakra. Jauh dari kota dan melewati banyak jalanan yang dipenuhi hutan. Malam-malam begini, ia tidak yakin mereka akan benar-benar ke sana.Namun melihat Jayden yang sudah berjalan lebih dulu menuju ke parkiran apartemen, jantung Reyhan berdebar. Dengan lunglai ia berjalan mengikuti sang bos yang tampak tergesa-gesa.Meski begitu Reyhan mendadak kagum dengan kekhawatiran bosnya yang tidak pernah ia lihat sebelumnya. Ia semakin yakin bahwa lelaki itu telah memiliki perasaan yang lebih terhadap perempuan bernama Agatha itu."Biarkan aku yang menyetir," ujar Jayden sebelum membuka pintu depan di bagian kemudi.Reyhan langsung mengangguk-angguk set
Dalam kejutan yang tidak disangka, Jayden dan Reyhan tiba-tiba bertemu dengan Grace. Reyhan, yang memiliki rencana cepat, dengan cekatan menarik tangan Grace dan membawanya masuk ke dalam sembarang pintu yang ada di dekat mereka. Jayden tersentak, tapi bergegas mengikuti langkah Reyhan dan segera mengunci pintu ruangan yang tampaknya merupakan sebuah gudang.Di dalam ruangan yang gelap, Grace kaget setengah mati. Reyhan dengan sigap melepas dasinya sebagai penutup mata Grace dan membungkamnya dengan telapak tangan agar tidak berteriak. Karena gelap, Grace tidak dapat melihat wajah Reyhan, sehingga identitasnya tetap disembunyikan.Grace bingung dan cemas. Ia terlambat syok bahwa ada penyususp yang datang. Apalagi ia menjadi tertangkap. Sial. Ia tidak bisa bergerak sedikit pun saat ini. Padahal ia hendak ke tempat Cakra dan Agatha untuk ikut melihat betapa kesusahannya Agatha, tapi menyebalkan sekali karena tiba-tiba ia ikut merasakan seperti ini."Sial! Seharusnya aku lewat jalan lai