Dengan bibir yang masih tersenyum, Jonathan melanjutkan, "Kecerdasanmu, dedikasimu, dan segala hal yang kamu lakukan untuk keluarga Byhantara membuatku menyadari bahwa kamu adalah jawaban untuk kebahagiaan Jayden. Aku bersyukur telah menyadari hal ini, dan aku berharap kamu bisa menjadi bagian dari keluarga kami."Jonathan kembali melanjutkan pekerjaannya dengan keyakinan yang baru dan senyuman yang tak lekang dari wajahnya, menyadari bahwa Agatha telah membawa perubahan positif bagi keluarganya.Beberapa hari berlalu, Jonathan terus merenungkan keputusannya. Setiap kali ia melihat Agatha, perasaannya semakin yakin bahwa mempersatukan Agatha dengan Jayden adalah langkah yang tepat.Suatu hari, Jonathan memutuskan untuk bicara secara langsung dengan Agatha. Ia sengaja mencari waktu longgar untuk ke perusahaan Jayden. Dengan senyum hangat, ia pun mendekati Agatha di ruang kerjanya."Siang, Agatha. Bisakah kita bicara sebentar?"Agatha mengangguk dan menjawab sopan, "Ah, tentu, Pak Jonat
"Salah siapa kamu sangat menarik, aku jadi tidak bisa melepaskanmu, kan?” Cakra tertawa kecil sambil melihat foto Agatha yang pernah dipotretnya diam-diam di ponselnya. Ia tidak bosan meskipun sejak tadi memandanginya sepanjang perjalanan menuju rumah setelah dari bandara. Berbagai macam rencana untuk mendapatkan Agatha sudah terususn rapi di otaknya. Tinggal menunggu waktu yang tepat untuk menjalankannya. Cakra sangat tidak sabar menantikan hari itu. “Ini alasannya kenapa aku tidak bisa berlama-lama di luar negeri.” Cakra terkekeh. “Karena seseorang yang aku rindukan ada di negera ini.” Tiba di sebuah rumah yang megah, Cakra kembali memasukkan ponselnya ke saku lalu memasang wajah datar. Keluar dari mobil ia melangkah cepat masuk. Sempat mendengar papanya kecelakaan, ia sedikit menyesal tidak bisa pulang karena urusannya masih belum selesai. “Aku kembali,” sapa Cakra dengan ceria dan wajah cerah. Kinara yang sedang memasak di dapur bersama beberapa pembantu reflek menoleh. Kina
Saat mereka duduk bersama di meja, Reyhan akhirnya memberanikan diri untuk bertanya, "Bos, maaf kalau terdengar tiba-tiba, tapi apa yang membuat Anda begitu ceria hari ini? Apakah ada sesuatu yang spesial telah terjadi?"Jayden tersenyum ramah kepada Reyhan sebelum menjawab, "Oh, Rey, ini mungkin terdengar klise, tapi sebenarnya ada perubahan besar dalam hidupku. Akhirnya Jonathan memberi restu untukku ... untuk sesuatu yang aku impikan."Reyhan melebarkan mata, lalu mengangguk-angguk paham. Ia benar-benar ikut senang mendengarnya . "Wow, saya senang mendengarnya, Bos. Semoga hal itu membawa kebahagiaan bagi Anda."Jayden mengangkat gelasnya. "Terima kasih, Rey. Semoga kita semua bisa meraih kebahagiaan masing-masing!"Reyhan merasa sungguh bahagia mendengar berita baik dari Jayden. Ia seakan merasakan kebahagiaan bosnya dan menyadari bahwa perubahan ini membawa dampak positif pada suasana kerja."Sungguh menggembirakan mendengarnya, Bos. Semoga semuanya berjalan lancar dan membawa ke
"Aku harus memikirkan sekali lagi kapan waktu yang tepat. Mengenai perasaan tidak sebaiknya aku terburu-buru,” batin Jayden setelah bergelut dengan benaknya. Ia memutuskan menutup mata dan berusaha tidur. Keesokan paginya berjalan seperti biasa. Dan sampai saat ini pun Jayden masih belum bisa memutuskan. Rasanya saat melihat Agatha saja jantungnya sudah berdebar. Entah bagaimana saat ia menyatakan perasaannya dan meminta Agatha menjadi istri barunya untuk memenuhi keinginan Anna. “Aku benar-benar harus mencari guru dalam masalah ini,” batin Jayden mengembuskan napas pelan. Nama seseorang tiba-tiba muncul di kepalanya. “Ah, orang itu. Pada akhirnya aku membutuhkan dia juga di saat seperti ini.” Jayden terkekeh geli. Reyhan sang sekretaris menjadi partner yang tepat untuk berkonsultasi soal perasaan. Dalam keheningan malam, Jayden merenung tentang permintaan istimewa dari putrinya, Anna. Permintaan untuk memiliki seorang ibu, khususnya Agatha. Jayden menyadari bahwa tanggung jawabny
"Walau begitu aku harus memikirkan hadiah yang benar-benar membuatnya senang dan menjadi kenangan yang tidak terlupakan!"Jayden bersyukur dengan respon Agatha terhadap ulang tahun Anna. Meksi tidak ada hubungan darah, Agatha benar-benar menyayangi Anna layaknya anaknya sendiri. Jayden tiba-tiba terpikirkan sesuatu. Akankah waktu yang tepat untuk mengungkapkan perasaannya adalah satu hari sebelum ulang tahun Anna? Dengan begitu Agatha tidak akan terlalu terkejut soal hadiah yang diminta Anna."Dan kalau pun saat itu aku tertolak. Aku akan mengatakan yang sejujurnya. Dia pasti bisa mengerti soal permintaan Anna itu," batin Jayden, lalu menahan senyum. "Ah, Tapi aku rasa tidak mungkin jika dia menolakku."Besok ia akan berencana berkonsultasi kepada Reyhan yang sudah berpengalaman soal cinta. Meskipun sebenarnya ia cukup ragu bisa mengandalkan idenya, tapi barang kali sekretarisnya itu bisa mengurangi perasaan ragunya.***Langit gelap menyelimuti kota saat Agatha selesai membantu Anna
"Sangat penting untuk menemukan rekaman CCTV tersebut. Perempuan itu menghilang, dan kami butuh bantuan Anda untuk melacaknya,” ucap Jayden dengan nada tegas, mencerminkan kekhawatiran yang mendalam.Karyawan itu mengangguk cepat. “Baik, saya akan bantu cek rekaman CCTV secepat mungkin. Silakan ikuti saya.” Anna, meski masih dalam keadaan terpukul, menggenggam erat lengan Jayden, menunjukkan kepercayaan dalam usahanya untuk menemukan Agatha. Beberapa saat setelah mengecek rekaman CCTV, rupanya di saat yang tidak tepat malam ini CCTV itu mengalami kerusakan. Para pegawai minimarket juga terkejut saat melihat rekaman beberapa jam yang lalu hanya menampilkan layar gelap.Dengan wajah semakin tegang, Jayden menghela napas frustasi. Kemudian ia mencoba ke toko lain di sekitar sana, tapi saat mengetahui bahwa CCTV di minimarket lain ternyata juga rusak, tangannya seketika menggosok pelipis, mencoba meredakan kekecewaan dan kekesalan."Kenapa semuanya harus serba rusak malam ini?” gumam Jay
Grace menambahkan, "Kamu akan belajar menghormati kami, dan mungkin, jika kamu beruntung, hidupmu tidak akan terlalu menyakitkan setelah ini."Mereka meninggalkan Agatha di kamar, menyisakan gadis itu dengan kebingungan dan rasa heran yang semakin dalam. Dengan kedua tangannya terikat di atas kepala, Agatha merasa terperangkap dalam situasi yang semakin suram dan tak pasti.Agatha, meski tidak merasa takut, namun rasanya api kemarahan yang berkobar dalam dirinya sangat sulit dipadamkan. Ia membatin dengan umpatan-umpatan kesal dalam hati, dan meskipun ingin meronta, ikatan yang kuat membuatnya tak bisa berbuat banyak.Agatha berkata dalam hati, "Apa yang mereka pikirkan? Ini semua pasti rencana Cakra! Aku tidak akan membiarkan mereka merendahkan dan menyakitiku seperti ini!"Meski tempatnya sekarang tidak gelap dan gerah, Agatha tetap kesal karena menyadari bahwa kemungkinan yang lebih buruk bisa saja terjadi. Tapi dia tidak akan membiarkan rasa takut menguasainya. Sebaliknya, tekadny
"Aku harap kamu mendapat balasan yang setimpal!" batin Agatha mengumpat. Ia sudah tidak peduli dengan sopan santun. Persetan dengan derajat, ia tidak akan lagi menggunakan bahasa formal!Cakra, meski tahu bahwa Agatha mungkin memang jujur, tapi ia tetap menunjukkan senyuman mengejek. Ia suka mengerjainya. "Jadi ternyata hanya karena anaknya, bukan karena kamu mencintainya. Aku harus mengakui, kamu cukup licik, ya, Agatha. Tapi tidak masalah, aku suka tantangan."Agatha, meskipun terlampau jijik dengan situasi yang semakin merosot, tetap menjaga tekadnya untuk tidak memberikan Cakra apa yang diinginkannya. "Aku tidak berbohong! Aku sudah memberitahu yang sebenarnya! Aku memang tidak ada perasaan apapun padanya!"Cakra, sambil merapikan rambut Agatha yang berantakan, berkata, "Berbohong atau tidak, sebenarnya itu tidak masalah. Lagi pula kamu juga akan menjadi milikku. Aku suka permainan ini. Tapi ingat, Agatha, kamu akan segera menyerah. Karena setelah ini kamu tidak akan bisa menolak