Untuk kelancaran bisnisnya Balqis menghubungi Aldo supaya berdamai dengan tunangannya Karinina. Namun, tetap saja Balqis masih merasakan luka itu di dalam dirinya.
Pagi setelah membuat janji bertemu dengan mereka berdua di coffee shop yang ada di sebelah kantor. Itu bukan tanpa alasan karena tempat tersebut memang nyaman untuk berdiskusi banyak hal.
Balqis mengetuk meja sambil melirik ke arah arlojinya yang berwarna putih. Kali ini dia tidak ingin kehilangan uang yang begitu besar karena pembatalan pernikahan antara Aldo dan juga Karinina.
"Ke mana sih mereka kok belum datang juga." Sekali lagi Balqis melirik ke arah jam tangannya yang sudah menunjukkan pukul 14.00. Tapi keduanya belum muncul juga apa mereka belum berdamai?
Beberapa detik kemudian Aldo datang di hadapan Balqis dengan senyumnya yang paling manis dan menawan. "Apa kau akan tetap menyuruhku berdiri di sini saja?" sapa Aldo pada Balqis.
Pria itu memang selalu tampak mempesona. Walau hanya menggunakan baju kemeja putih dan celana hitam. Dia sudah tampak layaknya model
"Silakan duduk!" Wajah Balqis tetap datar tapi dia mencoba untuk mengendalikan keadaan.
"Ada apa kamu memanggil kami ke sini! Apa ada masalah?" Aldo menatap lama raut wajah Balqis yang sangat rasanya Dia pernah melihat perempuan itu. Tapi bingung kapan dan di mana.
"Ya aku harus membicarakan ini karena pernikahan kalian harus diurus secara terang-terangan. Kalau tidak pasti semuanya akan bisa hancur. Untuk itu aku meminta kalian berdua datang ke sini."
"Boleh aku bertanya sesuatu ini di luar konteks kita bertemu hari ini. Persoalan aku rasa pernah melihat wajahmu dan kita seperti pernah bertemu sebelum ini. Apa kau tidak ingat kita pernah bertemu?"
Balqis lagi-lagi dicecar dengan pertanyaan seperti itu. Jelas dia sudah bosan mendengar kalimat itu terus-terusan ditanya oleh Aldo. "Tentu saja tidak karena aku tidak mengenal kamu!"
Akhirnya karinina datang. Diia cukup mempesona dengan riasan wajahnya yang cetar. Tapi sangat menarik. Bajunya juga lumayan fashionable dengan mini dress yang dipadukan jaket jeans yang membawa sling bag hingga rambutnya terurai ke belakang
"Pasti kalian sudah lama menungguku aku?! Tadi ada sedikit meeting dan Maaf sayang sepertinya aku tidak bisa untuk menemani kamu mengurus pernikahan kita karena aku harus pergi ke Paris," jelas Karinina saat menatap Aldo.
Lagi dan Lagi. Baru saja mereka bertemu ia sudah ingin mengajak Aldo bertengkar. Aldo hanya tersenyum karena tidak ingin membuat masalah dan membiarkan orang lain tahu lebih jauh hubungan mereka yang begitu rumit.
"Halo apa kabar? Balqis Maaf kami waktu itu membuat masalah denganmu! Tapi kenapa kau ingin bertemu dengan kami?" Karinina duduk.
"Jadi seperti ini aku yang mengurusi pernikahan kalian. Sehingga apapun itu seperti urusan busana, catering, cincin, dan juga baju untuk keluarga semuanya harus di fix hari ini juga karena aku harus mengurus yang lain!" Tangan Balqis bergerak-gerak saat menjelaskan.
Balqis menyodorkan portofolio kepada Aldo dan Billy. Lalu dia menyilangkan tangannya ke dada.
"Tolong kalian benar-benar pilih ini ada beberapa portofolio mulai dari dekorasi yang memang harus kalian sepakati lagi. Lalu untuk konsumsi busana dan cincin dan itu harus ditetapkan tanggal itu juga. Aku tidak ingin ada pengunduran waktu lagi!" pinta Balqis.
Kali ini Balqis lumayan tegas karena dia sudah banyak kehilangan waktu disebabkan dua orang pasangan itu.
Sejoli itu seringkali bertengkar. Apalagi dia sudah mulai bosan melihat Aldo yang terus-terus saja mengungkit masa lalunya. Apakah dia pura-pura bertanya seperti itu.
kecurigaan memang selalu mendominasi Balqis karena apa yang telah dilakukan Aldo waktu dulu sangat kejam.
Setiap hari rasanya seperti mimpi buruk bagi Balqis. Dia tidak ingin menjadi jelek lagi. Sebab, orang-orang selalu berpihak pada mereka yang terlihat cantik dan menarik.
Tapi terkadang Balqis juga merasa Kenapa orang lebih menyukai orang-orang yang terlihat menarik dan cantik? Padahal hatinya belum tentu baik. Namun semua kriteria itu dimiliki oleh Gadis. Namun, masih saja belum bisa menarik magnet jodoh.
Karinina dan Aldo mulai mendiskusikan mana yang akan mereka pilih kali ini. Aldo setuju untuk mendengar apa saja yang dikatakan oleh tunangannya itu.
Memang waktu itu Aldo sudah menghadirkan ibunya untuk ikut campur dalam urusan pernikahan mereka. Tapi kali ini sang Ibu beranggapan kalau itu adalah pernikahan mereka dan dia tidak boleh untuk ikut campur lagi terlalu banyak.
"Untuk cincinnya aku akan memilih bersama dengan Aldo besok karena lusanya lagi aku harus berangkat ke Paris," ujar Karinina dan ia memilih vendor yang termahal dari portofolio yang diberikan oleh Balqis.
"Baik!" Kali ini Balqis harus mencatatnya sendiri karena asistennya Shanum tidak masuk kerja suaminya sedang sakit. Jadi, dia menghandle beberapa pekerjaan sendirian.
"Makanan dan minuman apakah kalian hanya memilih satu vendor ini saja atau nanti bisa dites terlebih dahulu? Karena nanti semuanya akan segera diurus dan diproses. Sebab, aku tidak mau lagi bermasalah pas sudah Hari H-nya nanti," terang Balqis.
Satu hal yang kadang menjadi permasalahan Wedding planner adalah para klien seringkali membatalkan beberapa vendor yang telah mereka rekomendasikan menjelang hari H.
Berangkat dari pengalaman Balqis harus mensiasati dengan lebih banyak bertanya bagaimana sebenarnya keinginan dari klien itu.
Apalagi saat para klien membatalkan pernikahan, dia tentu saja rugi besar karena seluruh tenaganya sudah diarahkan untuk merencanakan pernikahan itu.
Hasilnya Gadis hanya mendapatkan ganti rugi terhadap apa yang telah ia lakukan saja tanpa mendapatkan keuntungan.
Kali ini memang Aldo sudah benar-benar dewasa. Dia tidak ingin lagi membuat kerusuhan dan bertengkar bersama dengan Karinina.
Memang dia juga percaya bahwa menjelang pernikahan sepasang kekasih terkadang suka bertengkar. Tapi ia tahu itu adalah bagian dari proses untuk lebih memahami masing-masing diantara mereka.
"Semuanya sudah selesai dan kalian sudah memilihnya. Kita harus menentukan semua tanggal ini dapat terlaksana dengan sebaik mungkin. Aku tidak ingin ada lagi permasalahan dan pembatalan karena aku sudah katakan tadi aku sedang banyak klien!" tutur Balqis.
Karinina sangat mengerti Wedding planner seperti Balqis tentu saja memiliki banyak hal yang harus diurus.
Bukan hanya dirinya saja dia tidak ingin bertingkah kekanak-kanakan. Ia harus segera memilih beberapa hal yang memang sangat penting dan keinginan khusus yang harus ada pada saat pesta pernikahan nanti.
"Baik, untuk pernikahan kalian aku akan urus mulai besok. Jadi, kalian bisa datang besok untuk memilih beberapa hal yang sudah disepakati tadi."
Tiba-tiba saja ponsel Karinina berbunyi. Dia menggigit bibir bawahnya dan melihat ke arah Aldo
Jangan bilang itu ada hubungannya dengan pekerjaan lagi dan dari Nina harus membatalkan perjanjian mereka untuk keesokan harinya.
Untuk yang kedua kalinya Balqis ikut kencan buta karena rekomendasi dari Shanum. Ia terpaksa harus mengenal seseorang hanya dalam satu waktu. Dia datang ke restoran yang sudah dipesan oleh pria itu.Kali ini Balqis diiming-imingi bahwa pria itu adalah sosok yang sangat dermawan, cinta anak-anak, dan juga memiliki kedudukan tinggi di perusahaannya.Siapa yang tidak tertarik mendengar hal itu. Balqis juga ingin mencoba untuk membuka hatinya kembali. Dia pernah mendengar ada orang yang menemukan jodohnya untuk bertemu membutuhkan banyak pengalaman.Balqis mematuhinya. Ia memakai dress selutut dan cardigan berwarna putih. Rambutnya dikuncir. Dia memainkan ponsel berkali-kali hingga hampir setengah jam menunggu di restoran itu.Tempatnya lumayan mewah. Hanya ada beberapa meja bundar dan diiringi dengan musik klasik. Makanannya sudah tersedia di atas meja.Memang sebelumnya pria itu sudah memesankan makanan untuk Balqis. Tapi pria itu belum juga muncul.Ada sosok pria yang lumayan tinggi s
Sejak bekerjasama dengan model bernama Karinina Balqis tahu rasanya lelah menunggu. Mungkin saat Aldo sang pacar pasti juga akan merasa jengah.Balqis sudah satu jam di tempat memilih cincin. Sebab, itu permintaan Karinina juga yang ingin langsung memilih cincinya sendiri. Namun, dia justru tidak muncul batang hidungnya. “Maaf aku telat. Tadi ada pasien yang kondisinya kritis. Aku harap kau akan memahami profesiku!” Aldo terengah-engah saat sampai. Keringatnya bercucuran. Balqis tidak mengubris apa yang dikatakan oleh Aldo. Dia masuk ke toko perhiasaan yang berada di pusat perbelanjaan. Itu adalah salah satu vendor terbaik dan sering menjadi langganan para orang tersohor dalam membeli perhiasan. Ada seorang pelayan yang juga sudah mengenal akrab Balqis langsung menghampirinya. Ia menggunakan seragam kaos berwarna emas sembari melirik ke arah Aldo.Sementara Aldo tidak mengerti sama sekali soal perhiasan atau emas. Setaunya emas memang berharga karena ia juga berinvestasi emas batan
Apakah dosa jika seorang perempuan yang hampir berumur tiga puluh tahun belum menikah?Balqis terus saja diterkam dengan pertanyaan paling mematikan ‘kapan menikah?’ dari orang tua, saudara, kerabat, dan teman-temannya. Lalu dibantai dengan kalimat 'nanti jadi perawan tua loh'. “Qis, Ibu malu dengan tetangga dan keluarga besar kita, sampai sekarang kamu belum juga menemukan jodoh.” Sarapan pagi di meja kayu bundar tiba-tiba jadi horor. Pertanyaan kembali menikam hatinya dengan bara api. Apakah sebuah aib apabila anak perempuan yang menginjak usia tiga puluh tahun belum menikah? Batinnya.Mata almond Balqis terasa perih dan hampir menumpahkan air bah di pipi putih pucatnya. Hidungnya yang menyaingi patung Yunani juga tersumbat oleh cairan bening. Alis yang sudah digambar rapi refleks melengkung ke bawah. Bibir atas tanpa philtrum dan dipoles dengan warna lipstik nude tak mampu bergerak.“Qis, kapan kamu menikah? Apalagi yang kamu tunggu? kamu cantik, karir bagus. Adikmu, Sepupumu, t
Aldo Bagaskara, nama itu memang tidak pernah dilupakan Balqis seumur hidup. Sebab, pria itulah yang menjadi alasan Balqis melajang dan trauma menjalin hubungan dengan lelaki. Ingatan buruk kembali berpendar di pandangannya saat menatap Aldo.Ingatan itu mengajaknya berkelana ke sepuluh tahun lalu. Saat di mana Balqis pertama kali mengenal cinta. Sosok pemberani dalam diri Balqis yang mengantarkan dirinya untuk menyatakan cinta pada Aldo.Balqis satu SMA dengan Aldo, tapi mereka beda kelas dan satu angkatan. Saat duduk di bangku kelas dua, Balqis pertama kali jatuh cinta dengan pria tampan di seluruh jagad sekolah yaitu Aldo. Ia berinisiatif untuk mengungkapkan perasaan dengan memberikan surat cinta.Surat cinta diletakkan Balqis di laci meja Aldo. Sosok Aldo yang tampan merupakan dambaan para gadis. Tentu saja pria itu tidak terima dengan ungkapan perasaan Balqis. Apalagi kala itu Balqis tidak pandai merawat diri. Wajah Balqis penuh jerawat, kusam, dan tubuhnya yang sintal cukup menge
"Apa kamu juga akan menikah denganku secepat ini kalau tidak didesak mamaku? Berapa kali aku melamarmu dulu, tapi kamu seringkali menolak. Aku sudah lama bersabar." Aldo melotot dengan suara beratnya yang naik satu oktaf.Keduanya bertengkar tanpa peduli dengan orang yang ada di sekitar. Balqis sungguh iri dengan keduanya yang akan menikah. Sementara dirinya, satu lelaki pun tidak ada yang mendekati apalagi melamar."Ehem. Jadi bagaimana dengan konsep pernikahan yang kalian inginkan?" Balqis mencoba mengembalikan keadaan supaya tidak tegang."Sorry, saya…." Aldo meredakan amarahnya dengan tersenyum dengan Balqis."Terserah kamu saja. Aku ada meeting. Balqis tolong urus pernikahanku!" Karinina beranjak pergi tanpa berpamitan dengan Aldo."Sumpah, ini lebih tegang dari pertengkaran klien kita yang pertama tadi!" bisik asisten Balqis.Aldo mengepalkan tangan, memejamkan mata, dan menghembuskan nafas. "Atur saja jadwal pertemuan kita selanjutnya. Nanti saya akan membawa mama untuk membah
Cinta? Balqis bahkan tak pernah memikirkan itu. Hanya ada rasa benci yang seluas samudera Hindia pada Aldo "Aku tidak akan pernah mencintai orang seperti dia Num. Kamu tahu sendiri dia adalah orang yang membuatku takut berkomitmen sampai sekarang.""Tapi kamu jangan menyalahkan dia seratus persen. Mungkin masalahnya ada di diri kamu juga Qis. Apa kamu perlu bantuan untuk menemukan pendamping hidup?"Balqis mengedipkan mata dengan cepat. Ia mengambil sepucuk bunga mawar merah menghirup aromanya sepenuh hati. "Aku pergi dulu…."Hanum menggelengkan kepala. "Selalu saja seperti itu. Sayang sekali sudahlah cantik, cerdas, karir cemerlang, tapi masih single… Ups." Ia menutup mulut saat Balqis menoleh ke arahnya.Aku juga tidak ingin sendiri. Kenapa semua orang mencercaku hanya karena aku sendiri? Kalian tahu betapa sulit untuk aku menegakkan senyum, meski setiap kata yang keluar sangat menyakitkan. Gumam Balqis dalam hatinya. Saat sampai di ruangannya Balqis mengambil tas. Wajah cemberut m
“Saya belum menikah tante.” Balqis tertunduk lemas menyeruput kopi hingga cangkirnya kosong.“Sayang sekali ya.” Ana spontan mengoyakkan perasaan Balqis dengan sadis, tapi ia tak bermaksud demikian.Balqis hanya tersenyum. Perasaannya sungguh teriris sembilu hingga luka lama kembali lagi menghantam dinding hati.“Tapi kamu sudah punya pacar atau mungkin kamu sudah punya calon suami?….”“Ma, Aldo harus pergi sekarang. Aldo ada pasien.” Seringkali Aldo melirik ke arah ponsel.Perkataan Aldo cukup menyelamatkan Balqis. Sebab, ia tidak perlu menjawab pertanyaan yang sudah dilontarkan seribu satu orang pada dirinya. Aldo langsung mengecup kening ibunya. Dia paham ibunya pasti masih ingin berlama-lama di coffee shop yang cozy dan rustic itu. Tanpa berlama-lama pria itu pergi dari sana."Biasa, anak tante memang seperti itu. Kalau Tante tidak memintanya menikah, mereka pasti tidak akan melakukannya. Oh iya, kamu sudah bertemu dengan Nina?" "Sudah Tante," jawab Balqis diplomatis, takut ter
Siapa yang tidak kepikiran bila melampiaskan amarahnya pada orang lain. Sementara orang itu tidak tahu apa-apa. Kondisi itu dialami oleh Aldo saat dia sudah sampai ke rumah.Bagaimana dengan Balqis? Apakah dia baik-baik saja dengan sikap dirinya yang tidak dewasa sama sekali.Aldo memperhatikan gawai berkali-kali setelah selesai mandi. Apakah dia harus menelpon Balqis atau tidak? Tapi kali ini dia memang harus minta maaf.Bergegas Aldo mencari baju terbaiknya dan memakaikan parfum yang menjadi andalannya untuk beraktivitas seharian.Jam dinding di kamarnya masih menunjukkan kalau waktu belum terlalu malam. Jadi, tidak apa-apa kalau dirinya pergi bertemu dengan Balqis.Benak Aldo mulai memikirkan strategi bagaimana dia bisa bertemu dengan Balqis. Kalau dia menelpon perempuan itu sekarang pastinya tidak akan diangkat sama sekali. Seketika ia memikirkan asisten Balqis yaitu Shanum.Aldo mengambil kartu kontak Wedding Projects yang ada di laci nakas. Dia segera menelpon perempuan itu. B
Sejak bekerjasama dengan model bernama Karinina Balqis tahu rasanya lelah menunggu. Mungkin saat Aldo sang pacar pasti juga akan merasa jengah.Balqis sudah satu jam di tempat memilih cincin. Sebab, itu permintaan Karinina juga yang ingin langsung memilih cincinya sendiri. Namun, dia justru tidak muncul batang hidungnya. “Maaf aku telat. Tadi ada pasien yang kondisinya kritis. Aku harap kau akan memahami profesiku!” Aldo terengah-engah saat sampai. Keringatnya bercucuran. Balqis tidak mengubris apa yang dikatakan oleh Aldo. Dia masuk ke toko perhiasaan yang berada di pusat perbelanjaan. Itu adalah salah satu vendor terbaik dan sering menjadi langganan para orang tersohor dalam membeli perhiasan. Ada seorang pelayan yang juga sudah mengenal akrab Balqis langsung menghampirinya. Ia menggunakan seragam kaos berwarna emas sembari melirik ke arah Aldo.Sementara Aldo tidak mengerti sama sekali soal perhiasan atau emas. Setaunya emas memang berharga karena ia juga berinvestasi emas batan
Untuk yang kedua kalinya Balqis ikut kencan buta karena rekomendasi dari Shanum. Ia terpaksa harus mengenal seseorang hanya dalam satu waktu. Dia datang ke restoran yang sudah dipesan oleh pria itu.Kali ini Balqis diiming-imingi bahwa pria itu adalah sosok yang sangat dermawan, cinta anak-anak, dan juga memiliki kedudukan tinggi di perusahaannya.Siapa yang tidak tertarik mendengar hal itu. Balqis juga ingin mencoba untuk membuka hatinya kembali. Dia pernah mendengar ada orang yang menemukan jodohnya untuk bertemu membutuhkan banyak pengalaman.Balqis mematuhinya. Ia memakai dress selutut dan cardigan berwarna putih. Rambutnya dikuncir. Dia memainkan ponsel berkali-kali hingga hampir setengah jam menunggu di restoran itu.Tempatnya lumayan mewah. Hanya ada beberapa meja bundar dan diiringi dengan musik klasik. Makanannya sudah tersedia di atas meja.Memang sebelumnya pria itu sudah memesankan makanan untuk Balqis. Tapi pria itu belum juga muncul.Ada sosok pria yang lumayan tinggi s
Untuk kelancaran bisnisnya Balqis menghubungi Aldo supaya berdamai dengan tunangannya Karinina. Namun, tetap saja Balqis masih merasakan luka itu di dalam dirinya.Pagi setelah membuat janji bertemu dengan mereka berdua di coffee shop yang ada di sebelah kantor. Itu bukan tanpa alasan karena tempat tersebut memang nyaman untuk berdiskusi banyak hal.Balqis mengetuk meja sambil melirik ke arah arlojinya yang berwarna putih. Kali ini dia tidak ingin kehilangan uang yang begitu besar karena pembatalan pernikahan antara Aldo dan juga Karinina."Ke mana sih mereka kok belum datang juga." Sekali lagi Balqis melirik ke arah jam tangannya yang sudah menunjukkan pukul 14.00. Tapi keduanya belum muncul juga apa mereka belum berdamai?Beberapa detik kemudian Aldo datang di hadapan Balqis dengan senyumnya yang paling manis dan menawan. "Apa kau akan tetap menyuruhku berdiri di sini saja?" sapa Aldo pada Balqis.Pria itu memang selalu tampak mempesona. Walau hanya menggunakan baju kemeja putih dan
Kegundahan yang dialami Balqis kemarin langsung ditanggapi oleh Shanum. Secepat kilat ia memiliki kandidat pria yang cocok untuk temannya itu."Halo, Qis hari ini kamu harus berpenampilan cantik!" Suara sengau bangun tidur dari sebarang sana cukup menganggu.Apa-apaan sih Shanum, Balqis jadi setengah hati menggunakan blouse kesukaannya. "Memangnya ada apa?" Ia bergegas lagi ke lemari untuk mencari baju yang cocok."Ya ampun, kok kamu lupa sih. Kamu sendiri yang minta dicarikan pria untuk dijadikan suami. Aku sudah punya banyak stok selusin bahkan!"Dasar Shanum, dia menanggapi ucapanku yang waktu itu dengan serius. Ah tidak. Nasi sudah jadi bubur. Bagi Balqis dijodohkan itu sangat tidak elegan. Balqis menginginkan bertemu pangerannya secara tidak sengaja di tempat yang biasa ia kunjungi. Bukan pertemuan dengan perencanaan seperti ini."Aku belum siap Sha! Kamu batalkan saja pertemuan itu!" Sulit bagi Balqis untuk membuka kunci pintu hatinya. Ia terlalu resah dan takut disakiti. "Aku
Siapa yang tidak kepikiran bila melampiaskan amarahnya pada orang lain. Sementara orang itu tidak tahu apa-apa. Kondisi itu dialami oleh Aldo saat dia sudah sampai ke rumah.Bagaimana dengan Balqis? Apakah dia baik-baik saja dengan sikap dirinya yang tidak dewasa sama sekali.Aldo memperhatikan gawai berkali-kali setelah selesai mandi. Apakah dia harus menelpon Balqis atau tidak? Tapi kali ini dia memang harus minta maaf.Bergegas Aldo mencari baju terbaiknya dan memakaikan parfum yang menjadi andalannya untuk beraktivitas seharian.Jam dinding di kamarnya masih menunjukkan kalau waktu belum terlalu malam. Jadi, tidak apa-apa kalau dirinya pergi bertemu dengan Balqis.Benak Aldo mulai memikirkan strategi bagaimana dia bisa bertemu dengan Balqis. Kalau dia menelpon perempuan itu sekarang pastinya tidak akan diangkat sama sekali. Seketika ia memikirkan asisten Balqis yaitu Shanum.Aldo mengambil kartu kontak Wedding Projects yang ada di laci nakas. Dia segera menelpon perempuan itu. B
“Saya belum menikah tante.” Balqis tertunduk lemas menyeruput kopi hingga cangkirnya kosong.“Sayang sekali ya.” Ana spontan mengoyakkan perasaan Balqis dengan sadis, tapi ia tak bermaksud demikian.Balqis hanya tersenyum. Perasaannya sungguh teriris sembilu hingga luka lama kembali lagi menghantam dinding hati.“Tapi kamu sudah punya pacar atau mungkin kamu sudah punya calon suami?….”“Ma, Aldo harus pergi sekarang. Aldo ada pasien.” Seringkali Aldo melirik ke arah ponsel.Perkataan Aldo cukup menyelamatkan Balqis. Sebab, ia tidak perlu menjawab pertanyaan yang sudah dilontarkan seribu satu orang pada dirinya. Aldo langsung mengecup kening ibunya. Dia paham ibunya pasti masih ingin berlama-lama di coffee shop yang cozy dan rustic itu. Tanpa berlama-lama pria itu pergi dari sana."Biasa, anak tante memang seperti itu. Kalau Tante tidak memintanya menikah, mereka pasti tidak akan melakukannya. Oh iya, kamu sudah bertemu dengan Nina?" "Sudah Tante," jawab Balqis diplomatis, takut ter
Cinta? Balqis bahkan tak pernah memikirkan itu. Hanya ada rasa benci yang seluas samudera Hindia pada Aldo "Aku tidak akan pernah mencintai orang seperti dia Num. Kamu tahu sendiri dia adalah orang yang membuatku takut berkomitmen sampai sekarang.""Tapi kamu jangan menyalahkan dia seratus persen. Mungkin masalahnya ada di diri kamu juga Qis. Apa kamu perlu bantuan untuk menemukan pendamping hidup?"Balqis mengedipkan mata dengan cepat. Ia mengambil sepucuk bunga mawar merah menghirup aromanya sepenuh hati. "Aku pergi dulu…."Hanum menggelengkan kepala. "Selalu saja seperti itu. Sayang sekali sudahlah cantik, cerdas, karir cemerlang, tapi masih single… Ups." Ia menutup mulut saat Balqis menoleh ke arahnya.Aku juga tidak ingin sendiri. Kenapa semua orang mencercaku hanya karena aku sendiri? Kalian tahu betapa sulit untuk aku menegakkan senyum, meski setiap kata yang keluar sangat menyakitkan. Gumam Balqis dalam hatinya. Saat sampai di ruangannya Balqis mengambil tas. Wajah cemberut m
"Apa kamu juga akan menikah denganku secepat ini kalau tidak didesak mamaku? Berapa kali aku melamarmu dulu, tapi kamu seringkali menolak. Aku sudah lama bersabar." Aldo melotot dengan suara beratnya yang naik satu oktaf.Keduanya bertengkar tanpa peduli dengan orang yang ada di sekitar. Balqis sungguh iri dengan keduanya yang akan menikah. Sementara dirinya, satu lelaki pun tidak ada yang mendekati apalagi melamar."Ehem. Jadi bagaimana dengan konsep pernikahan yang kalian inginkan?" Balqis mencoba mengembalikan keadaan supaya tidak tegang."Sorry, saya…." Aldo meredakan amarahnya dengan tersenyum dengan Balqis."Terserah kamu saja. Aku ada meeting. Balqis tolong urus pernikahanku!" Karinina beranjak pergi tanpa berpamitan dengan Aldo."Sumpah, ini lebih tegang dari pertengkaran klien kita yang pertama tadi!" bisik asisten Balqis.Aldo mengepalkan tangan, memejamkan mata, dan menghembuskan nafas. "Atur saja jadwal pertemuan kita selanjutnya. Nanti saya akan membawa mama untuk membah
Aldo Bagaskara, nama itu memang tidak pernah dilupakan Balqis seumur hidup. Sebab, pria itulah yang menjadi alasan Balqis melajang dan trauma menjalin hubungan dengan lelaki. Ingatan buruk kembali berpendar di pandangannya saat menatap Aldo.Ingatan itu mengajaknya berkelana ke sepuluh tahun lalu. Saat di mana Balqis pertama kali mengenal cinta. Sosok pemberani dalam diri Balqis yang mengantarkan dirinya untuk menyatakan cinta pada Aldo.Balqis satu SMA dengan Aldo, tapi mereka beda kelas dan satu angkatan. Saat duduk di bangku kelas dua, Balqis pertama kali jatuh cinta dengan pria tampan di seluruh jagad sekolah yaitu Aldo. Ia berinisiatif untuk mengungkapkan perasaan dengan memberikan surat cinta.Surat cinta diletakkan Balqis di laci meja Aldo. Sosok Aldo yang tampan merupakan dambaan para gadis. Tentu saja pria itu tidak terima dengan ungkapan perasaan Balqis. Apalagi kala itu Balqis tidak pandai merawat diri. Wajah Balqis penuh jerawat, kusam, dan tubuhnya yang sintal cukup menge