Anna ketahuan Ratih. Ratih memanggil semua penjaga di rumahnya untuk menangkap Anna. Ia sendiri juga ikut mengejar Anna dengan kaki telanjang. Tak peduli jika kakinya harus kotor atau terluka, sumber hartanya itu tak boleh lepas!
Anna berlari sekuat yang dia bisa untuk keluar. Dia sudah bersiap untuk memanjat jika sudah tiba di gerbang. Namun, sayang sekali Anna tertangkap saat bersiap untuk memanjat.
“Kamu akan tetap disini sampai hari pernikahan kamu tiba,” kata Ratih sambil mendorong Anna.
Anna ditempatkan di gudang bawah tanah tanpa jendela bersama tumpukan barang-barang tak terpakai. Tempat ini memang selalu bersih karena sengaja diisi barang-barang bekas yang masih bisa dijual dengan harga tinggi. Jika Anna bukan sumber investasinya, Ratih tidak akan menempatkan Anna di gudang yang memang rutin dibersihkan ini.
Apabila ingin ke toilet, penjaga di depan gudang akan mengantar Anna. Untuk makanan, penjaga juga akan membuka pintu sebentar untuk meletakkan makanan dan mengambil piring kosong Anna.
Ransel berisi pakaian dan dokumen, ponsel, serta ATM semua disita oleh Ratih. Anna benar-benar tak punya apa-apa lagi sebagai pegangan. Seandainya masih memaksa untuk kabur, ia tak yakin bisa bertahan di luar sana. Menyadari betapa tak berdaya nya dia, Anna benar-benar frustasi dan hanya bisa menangis.
***
“Non… Ayo saya bantu buat siap-siap, non Anna harus mandi sama dandan yang cantik,” kata bi Imah lembut saat pintu gudang dibuka.
Hari ini adalah hari pernikahan Anna. Gaun yang Anna kenakan cantik sekali, benar-benar sesuai dengan yang ia impikan. Anna kembali menangis.
“Kak Anna, jangan nangis ya kak. Aku bingung kak, nanti hasil riasannya tidak bagus,” ujar juru rias yang sedang mendandaninya. Wanita itu panik sekali melihat Anna tiba-tiba menangis. Sang juru rias kemudian mengambil tisu untuk menghapus air mata Anna dan berusaha membuat Anna tenang.
“Wiidddiiihhh, cantik ya kak pengantin hari ini,” ujar Valencia yang memasuki ruangan dengan angkuh.
“Iya, cantik banget,” sahut Tommy sinis.
“Akhirnya pergi juga kamu dari rumah ini,” lanjut Tommy dengan senyum lebarnya. Terlihat sekali bahwa Tommy amat gembira atas kepergian Anna.
Valencia kemudian berjalan mendekat ke meja rias dimana Anna sedang duduk. Ia mendekatkan wajahnya ke sebelah wajah Anna.
“Mau dilihat dari sudut mana pun, aku jauh lebih cantik daripada kamu. Alex pasti berhasil aku dapatkan hari ini.”
Valencia sudah menyukai Alexander sejak lama, bisa disebut cinta pandangan pertama. Terakhir ke rumah kami, Alex masih berumur 17 tahun. Setelah itu, baik Alex maupun Chandra sudah tak pernah lagi terlihat di rumah mereka. Valencia tentu saja merengek untuk bertemu Alex. Hanya saja, Alex belajar di London setelah itu, ia berkuliah di Oxford dan menetap di Singapura setelah lulus. Alexander tak memiliki waktu untuk ke Indonesia.
Valencia tambah membenci Anna karena Anna lah yang selalu diminta untuk menemani Alex. Valencia berasumsi Alex tak ingin berbincang dengannya karena Anna sudah menceritakan hal buruk tentangnya pada Alex. Sesungguhnya, Anna sendiri tak mengetahui apa alasan Alex enggan berbincang dengan Valencia. Alex selalu menolak ajakan Anna untuk bermain atau sekadar mengobrol bersama kedua kakaknya. Saat ditanya, Alex tak pernah ingin menjawabnya.
“Dulu dia udah ganteng, pasti sekarang tambah ganteng. Memang ya cuma aku yang cocok bersanding sama Alex. Udah ahh, keluar yuk kak. Byeee…”
Setelah mengucapkan itu, Valencia masih sempat memeriksa pakaian dan merapikan rambutnya di cermin. Gadis itu ingin terlihat sempurna di depan Alexander nanti. Tak mungkin Alex tidak menghadiri pernikahan ayah dan teman kecilnya.
Setelah mereka keluar, Anna memiliki tekad baru. Ia bertekad untuk membuat perjanjian dengan Chandra dan Alex. Tentu saja perjanjian itu untuk membuat keluarga ini menderita. Dari dalam hati, ia yakin Chandra dan Alex dapat diajak bekerja sama. Meskipun kenyataan untuk mengabdikan tubuh pada Chandra tidak berubah. Anna merasa itu sudah lebih baik daripada harus melihat senyum bahagia keluarga ini. Padahal Anna juga bagian dari keluarga, tapi mereka tak memiliki rasa sayang terhadapnya. Sekalian saja ia hancurkan.
Segera Anna menghapus sisa-sisa air matanya.
“Kak, ayo cepat riasnya. Tolong bikin yang cantik.”
Sang juru rias hanya mengangguk dan lanjut mendandani Anna. Meski belum pulih dari perasaan kaget usai menyaksikan drama keluarga yang baru saja terjadi, juru rias tetap mencoba untuk kembali fokus.
Pemberkatan pernikahan Anna dan Chandra dilaksanakan di Gereja yang tak begitu jauh dari rumah keluarga Sanjaya. Tidak ada resepsi dan hanya dihadiri oleh keluarga inti. Pernikahan yang sangat tertutup. Begitu turun dari mobil dan berjalan di altar, Anna menyadari bahwa dari pihak keluarga Chandra, Alex tidak hadir. Tidak ada wajah yang ia kenali dari pihak Chandra, kecuali Robert, ajudan Chandra.
“Saya serahkan Anna ke kamu Chandra,” kata Sanjaya sambil menyerahkan tangan Anna ke Chandra.
“Terima kasih,” jawab Chandra datar.
Proses pemberkatan dan tanda tangan surat-surat pernikahan berjalan lancar. Usai mengucap sumpah, Chandra mengecup bibir Anna. Masih besar sekali rasa tidak rela Anna menyerahkan bibirnya pada Chandra.
Sekarang sudah malam, Anna sudah berada di kamar Chandra dengan dua penjaga di depan pintu. Anna yang sudah mandi dengan wewangian, serta memakai baju menggoda itu pun sangat gugup. Entah sudah berapa kali ia mengelilingi kamar luas ini. Kamar ini sungguh membuatnya terpesona. Dinding cat abu-abu, tempat tidur king size mewah, lemari besar, cermin full body, meja dan kursi kecil, televisi, serta kulkas mini. Persis kamar impian Anna. Di rumah keluarga Sanjaya, Anna tak bisa mendekorasi kamarnya. Ia selalu mendapat perabotan bekas Valencia. Sebagai contoh adalah lemari. Jika kakaknya bosan dengan lemari yang ia miliki, ia akan meletakkannya di kamar Anna. Anna tak diizinkan untuk meletakkan lemarinya di gudang karena Valencia ingin lemarinya tetap terawat, hanya agar ia menginginkan lemari itu kembali, ia dapat mengambilnya sesuka hati.
Tak hanya lemari, berlaku untuk seluruh perabotan kamar baik itu meja, kursi, lampu tidur dan lainnya. Anna tak bisa menolak, Ratih dan Sanjaya mengizinkan Valencia melakukan itu.
Anna kembali berdiri depan cermin. Anna tak diizinkan membawa barang-barang pribadinya oleh Ratih, sehingga ia harus mengenakan pakaian yang disediakan oleh asisten rumah tangga Chandra. Anna hanya bisa menarik nafas panjang dan menghembuskannya kembali dengar kasar. Lingerie yang ia pakai sungguh memancing hasrat. Berwarna hitam, pendek serta tembus pandang. Ia ingin mengganti pakaiannya, namun saat membuka lemari, tak ada apapun didalamnya.
Namun Anna tak terlalu memusingkan itu karena ada selimut, ia bisa menutup dirinya dengan itu. Perjanjian, hal ini yang membuat otaknya bekerja keras. Anna berencana untuk membahas perjanjian sebelum malam pertamanya. Akankah perjanjian yang ia tawarkan disetujui oleh Chandra? Anna sudah bertekad harus berhasil.
Tak lama, terdengar suara kaki mendekat ke arah kamarnya. Anna segera berlari ke tempat tidur dan menutupi tubuhnya dengan selimut. Saat pintu terbuka, bukan sosok Chandra yang ia lihat.
“Alex? Kenapa kau disini?”
Alexander yang mengenakan baju tidur dan telanjang dada itu, baru saja selesai mandi. Pria itu sedang mengeringkan rambutnya dengan handuk sambil berjalan menuju tempat tidur. Alex terlihat sangat tenang, tak terlihat rasa bersalah dari wajahnya karena sudah memasuki kamar pengantin sang ayah dan istri baru.“Mau ketemu istri, Na. Apa aku tidak boleh bertemu istriku?”“Istri? Siapa istrimu?” tanya Anna heran. Sekarang, Anna benar-benar berada di sudut tempat tidur dengan terbungkus selimut.“Kamu istriku, Na. Bukan istri ayah,” jawab Alex tenang. Pria itu sudah duduk di tempat tidur, agak jauh dari Anna. Ia tahu Anna pasti takut padanya.“Aku akan jelaskan sekarang. Tapi kau benar-benar harus janji untuk tidak berteriak.”Anna masih diam, dia hanya mengangguk.“Pertama, kamu harus percaya bahwa sihir itu ada.”“Apa maksudmu Lex?”Alex pun langsung mengusap wajahnya dari kanan ke kiri menggunakan tangan kanan. Anna terkejut dengan apa yang ada didepannya sekarang. Itu Chandra! Alex ber
Tok..tok..tok..Anna yang baru tidur pukul 05:00 pagi itu dibangunkan oleh suara ketukan pintu.“Hmmm… siapa?” tanya Anna dengan suara yang masih serak.“Ini saya nyonya, saya datang membawakan nyonya baju. Terus tuan juga mengajak nyonya sarapan bersama,” ujar asisten rumah tangga yang Anna belum tahu namanya.“Ya sudah, masuk saja bi.”Wanita paruh baya itu pun masuk ke dalam kamar Anna dan membantunya berdiri. Anna dibawa ke kamar mandi dan dibiarkan untuk bersiap-siap sendiri. Menunggu Anna selesai mandi, wanita yang tak muda lagi itu merapikan tempat tidur dan menyiapkan keperluan Anna seperti sisir, jepit rambut, aksesoris, skincare dan alat make-up.“Ohh iya bi, saya belum tahu nama bibi kemarin,” kata Anna yang baru saja selesai mandi. Pakaian gadis itu sudah berganti dan dengan santai mengeringkan rambut menggunakan handuk.“Saya Sri, nyonya. Panggil saja mbak Sri, biasanya tuan panggil saya begitu.”Anna hanya tersenyum.“Iya mbak Sri, terima kasih ya sudah siapkan keperluan
Pagi ini, Anna, Alex dan Robert sudah bersiap untuk berangkat menuju kerajaan naga laut. Seperti yang sudah Alex sampaikan, begitu tiba, mereka akan langsung merias diri dan bersumpah setia di hadapan Dewi Exi. Berdasarkan penjelasan Alex, Dewi Exi adalah Dewi yang memberkati dan menjaga bangsa naga laut.Begitu sampai, Anna takjub dengan pemandangan yang ada di hadapannya. Persis seperti istana fantasi yang tergambar dalam cerita fiksi. Rumah luas dengan interior klasik, banyak ruang serta banyak pelayan yang menyambut kedatangan mereka. Kastil ini masih di darat, pinggir pantai lebih tepatnya. Sebelumnya, Anna berpikir bahwa kerajaan naga laut ini akan berada jauh di dalam laut. Anna yang heran pusing iseng bertanya pada Alex."Karena tempat tinggalmu di darat, apa itu berarti kau tak bisa bernafas dalam air?" bisik Anna."Pertanyaan macam apa itu, tentu aku bisa."“Selamat datang Yang Mulia…” ucap para dayang dan pelayan serempak, membuat Anna tak lagi melanjutkan pecakapannya deng
Anna merasa haus. Akan tetapi, badannya juga tidak mengizinkan Anna beranjak dari tempat tidur. Kasur ini seolah memiliki magnet, Anna benar-benar di posisi yang sangat nyaman dengan bantal guling dalam pelukannya. Meski fisiknya nyaman dan tenang, suasana hati Anna seperti petasan yang meledak-ledak. Ia terus terngiang-ngiang sentuhan bibir Alex yang lembut. Anna benar-benar ingin berteriak sekarang juga, ia senang sekaligus gugup, bagaimana ia harus bersikap di depan Alex.Usai pemberkatan pernikahan dan penobatan, mereka mengadakan perjamuan untuk para rakyat dan baru saja selesai sekitar setengah jam lalu. Sekarang, waktu sudah menunjukkan pukul 23:00. Sepanjang perjamuan, mereka berdua tak memiliki kesempatan untuk berbincang. Para pekerja istana dan rakyat selalu mengajak mereka untuk berinteraksi nyaris tanpa henti. Meski lelah, Anna bahagia pernikahannya mendapat berkat dari banyak orang. Ia tak berhenti untuk tersenyum.“Lex, boleh minta tolong ambilkan air putih?” tanya Anna
Alex diam, ia tak menanggapi kalimat Anna. Alex menduga istrinya sedang manja dan ingin mendengar kalimat-kalimat gombal. Jika kondisi Anna diterjemahkan ke dalam bahasa anak-anak kekinian Jakarta, tipe bahasa cinta atau yang lebih dikenal sebagai ‘love languange’ Anna adalah ‘Words of Affirmation’. Alex merasa bahwa ia tak perlu lagi mengulanginya. Sebelum menikah, ia sudah mengutarakan bahwa tak ingin Anna berada dalam bahaya sehingga bersedia ditolak. Alexander tetap berpendirian bahwa 'bertindak' adalah bukti cinta yang sempurna, ia tak suka jika harus banyak bicara, terutama mengulang kalimat yang sudah pernah ia katakan.Alex pun hanya membenamkan kepalanya di pundak Anna dalam keadaan masih menindih istrinya. Tak hanya itu, Alex juga meletakkan tangan Anna dikepalanya untuk diusap-usap. Melihat tingkah manja suaminya, pipi Anna seketika membentuk gelembung tanda merajuk.“Karena kau tak menjawab pertanyaanku, aku tak mengizinkanmu untuk mencium dan melakukan hubungan suami-istr
“Iii…ini… benar bayi Yang Mulia,” ucap seorang wanita paruh baya ketakutan berhadapan dengan Alex. Mendengar kabar mengejutkan tadi, Alex dan Anna langsung menuju tempat wanita yang Diego maksud berada. Di sinilah mereka, ruang kerja Alex. Ruangan luas serba coklat dengan satu meja, kursi dan dua sofa. Anna langsung menatap Alex sinis seolah meminta penjelasan apa maksud dari semua ini. Alex pun memegang tangan Anna, malangnya, langsung mendapat penolakan dari wanita itu. “Kau sudah siap menerima hukumanmu kan wanita tua?” tanya Alex tenang. “Aaa… Apa maksud Yang Mulia? Anak perempuan ini benar adalah darah daging Yang Mulia,” jawab wanita itu dengan tangan gemetar. Keringat dingin bahkan membanjiri wajah dan lehernya. Bayi yang tidur tentram di pelukan wanita itu pun ikut terguncang. “Dia bukan anakku. Aku tak pernah berhubungan dengan wanita selain istriku. Jelas sekali kau berbohong. Sekarang ceritakan padaku yang sebenarnya. Siapa bayi ini dan mengapa kau menyebutnya sebagai
Di tempat tidur, Anna terlihat sedang tidur pulas. Alex hanya ingin memandang istrinya dan berniat tidur di ruangan lain hari ini. Alex khawatir Anna masih belum siap bertemu dengannya.“Mengapa kau hanya diam di sana seperti orang bodoh?” tanya Anna.Anna yang semula berbaring dengan posisi miring, beranjak untuk duduk. Di tengah cahaya malam yang masuk ke kamar melalui jendela besar kamar mereka, Anna duduk di tempat tidur dengan selimut menutupi kakinya. Wajahnya pun terlihat lelah.“Kau berantakan sekali, mandilah dulu. Setelah itu, baru kita bicara,” kata Anna memandang suaminya yang masih berdiri di depan pintu.“Aku mandi dulu,” jawab Alex pelan dan melangkah keluar kamar.Begitu suara langkah kaki Alex menjauh, rasa tegang Anna baru menghilang. Anna masih sangat takut dengan kejadian tadi siang.Anna sudah sering melihat para pria dan wanita muda berhalusinasi akibat pengaruh narkoba hingga overdosis. Tak berhenti di sana, Anna juga sering berinteraksi dengan rentenir, preman,
“Masih belum diketahui secara pasti apa penyebabnya. Suatu hari, bangsa duyung mulai menawarkan kerja sama untuk menghancurkan dunia manusia pada ketiga kerajaan lainnya. Akan tetapi, semua itu ditolak karena bertentangan dengan keinginan para dewa-dewi pencipta. Sehari setelah penawaran kerja sama berlangsung, titah dewa turun pada orang terpilih di masing-masing kerajaan. Semua isinya sama, tak boleh memulai perang untuk menghancurkan manusia,” jelas Theo panjang lebar. Pria itu kini sudah berdiri di samping Julie, tepatnya di samping kanan depan kursi Anna. “Hanya dengan penawaran kerja sama, mengapa mereka harus dijadikan musuh?” tanya Anna dengan kedua alis yang sudah berkerut. Theo dan Julie menghembuskan nafas kasar bersamaan, sementara Diego hanya bergeming. Anna tentu kebingungan melihat tingkah mereka. “Setelah penawaran ditolak, mereka menyerang semua kerajaan. Mereka tak begitu kuat dulu. Akan tetapi, mereka berhasil mencuri buku sihir terlarang d
Ugghhhh!!Noah merasakan nyeri yang begitu tajam mengiris dadanya saat membayangkan kemungkinan yang menanti. Ia tahu ini adalah keputusan besar, yang akan menentukan nasib banyak orang, dan instingnya mengatakan ada sesuatu yang buruk akan terjadi."Sepertinya kau juga merasakan hal yang sama denganku," ucap Karl, suaranya rendah dan penuh ketegangan, mencoba memvalidasi perasaan yang sama.Sean, yang duduk di barisan paling depan, mengamati ayah dan pamannya dengan penuh perhatian. Matanya gelap, penuh perhitungan, mencermati setiap kata yang terucap. Keputusan ini bukan hanya tentang mereka. Sean tahu masa depan keluarganya, dan mungkin takhta tergantung pada pilihan yang mereka ambil hari ini."Sean, bagaimana pendapatm
Ace tak mampu menjawab Kylie. Satu-satunya hal yang terlintas dalam pikirannya tentang istri barunya hanyalah adegan-adegan vulgar... dan dorongan untuk melindunginya.Rose hanyalah pelayan yang belum lama bekerja di kediaman keluarga Valkayr. Ia direkomendasikan oleh Amber, istri kedua Ace yang berhati lembut. Amber merasa tergerak ketika melihat seorang gadis rakyat biasa, yatim piatu, dipukuli di jalan sambil menggenggam sepotong roti.Rose adalah wanita ceroboh, sangat kontras dengan ketiga istri Ace yang kuat dan cakap. Justru sifatnya yang lemah dan kikuk itu lah yang menarik perhatian Ace.Di Kerajaan Ular, para bangsawan wanita dituntut untuk tangguh. Karena itu, seumur hidupnya, Ace nyaris tak pernah melihat sosok perempuan yang lembut seperti Rose.
"Me... Memangnya kenapa kita harus repot-repot menempatkan penjaga di sisi Ratu Naga?" tanya Rose dengan suara bergetar, matanya melirik ke kanan dan kiri, mencari dukungan yang tak ada.Grand Duke Valkayr menggigit ujung bibirnya, lalu menepuk jidatnya dengan kasar, napasnya berat menahan emosi.Brent hanya mengangkat sebelah alis dan terkekeh pelan. "Kupikir dia cukup pintar karena berani mengantar nyawa. Ternyata dia sangat bodoh."Wajah Rose langsung pucat. Sorot matanya kehilangan keberanian."Apa yang kau lakukan? Sudah, tidak usah membantah lagi! Minta maaf dan duduklah dengan tenang!" bisik Ace geram, matanya menyipit, penuh tekanan.Udara di ruang rapat yang semula formal kini terasa berat. Tegang. Seolah ruangan itu menahan napas."Cukup sudah!" teriak Karl, suaranya memecah ketegangan yang menggantung di udara."Noah, Raja Naga, aku meminta maaf atas ketidaksopanan adik iparku. Mari kita tidak memperpanjang masalah ini dan melanjutkan rapat," bujuk Karl, nadanya mencoba men
"Apa! Apa yang salah?"Teriakan Rose membuat satu ruangan hening."Statusku juga tinggi di sini, aku adalah istri Grand Duke! Memangnya kenapa aku tidak bisa menyuarakan pendapatku? Kenapa aku harus takut dengan mereka? Apa yang salah dari perkataanku?" batin Rose tidak terima.Semua orang menanti apa lagi kalimat yang akan keluar dari mulut Rose."Mengapa aku harus mendapat intimidasi setelah bersusah payah merangkak dari bawah? Statusku juga tinggi di sini! Kalian tidak bisa macam-macam padaku sekarang!" pikir Rose.Noah yang awalnya sangat marah itu kini memadang Rose seolah wanita itu sesuatu yang menjijikan."Akan buang waktu berdebat dengan orang bodoh yang serakah," batin Noah.Noah berusaha mengatur emosi dalam diam."Baiklah nona, aku ingin mendengar pendapatmu. Harusnya kau punya alasan yang bagus setelah mengatakan putriku beban bukan?" tanya Noah usai lebih tenang."Ayaahhh!!" teriak Alex.Alex tidak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar. Kenapa ia harus mendengar om
Karl agak keberatan dengan opini Alex. Akan tetapi, Karl coba mengukur pertempuran terakhir pasukannya dengan pasukan duyung."Kekuatan prajurit biasa sudah bertambah sekiranya tiga kali lipat. Satu kali pembasmian bisa menghabisi satu negara. Prajurit biasanya sudah jauh di atas prajurit-prajurit kami. Apa jangan-jangan kemampuan prajurit biasa mereka setara dengan wakil komandan?" ucap Karl dalam hati."Aku rasa hal itu tidak perlu, raja naga," ucap Jacob menyuarakan pendapatnya.Raja gurita juga kurang setuju dengan Alex."Meski kemampuan mereka berkembang, aku rasa tidak sampai berlebihan seperti itu," lanjut Jacob lagi.Tanpa bermaksud meremehkan lawan, Jacob hanya berpikir mereka mungkin tidak harus terlalu takut pada pasukan duyung saat perang. Mereka bisa menyelesaikan perang dengan cepat karena tiga kerajaan bergabung. Tak perlu sampai yang terkuat untuk turun secara bersamaan di medan perang.Noah memandang Jacob dan kemudian menol
"Apa kau sudah mengabari Noah?" tanya Karl pada Fredrick, ajudannya.Fred terlihat gugup. Ia ragu untuk menyampaikan jawabannya."Grand Duke memberi kabar bahwa beliau tidak bisa hadir, Yang Mulia," jawab Fredrick berusaha tenang.Wajah Karl merah padam mendengar jawaban Fred, "Kali ini apa? Apa yang membuat dia tidak bisa menghadiri rapat penting ini?"Gigi Karl bahkan gemeretak karena sangat marah, "Berani-beraninya Noah!""Cepat perintahkan dia kemari sekarang juga!" bentak Karl dengan suara sekecil mungkin."Ratu naga, sedang tidak sadarkan diri, Yang Mulia."Karl diam sebentar untuk mencerna informasi. Jujur saja, ia nyaris lupa dengan kondisi Anna mengingat Alexander yang merupakan suaminya hadir di rapat ini."Dunia tempat kita tinggal bisa hancuuurrr, apa yang lebih penting dari itu..." bisik Karl pada Fredrick.Kini Karl mengerti situasinya, Noah memang tidak akan menjadikan putrinya nomor dua lagi.Sialn
"Akan saya laksanakan, Yang Mulia," jawab Dale.Dale terlihat seperti menunggu perintah selanjutnya."Akan sangat membantu jika bisa membuat senjata. Prajurit biasa tidak perlu menghadapi duyung secara langsung," batin Alex."Batu perekam terlebih dahulu. Saat kebutuhan batu perekam sudah terpenuhi, lanjutkan pembuatan senjata. Tak perlu terlalu dipaksa, namun berusahalah semaksimal mungkin.""Apa anda bermaksud menggunakan senjata agar tidak perlu berhadapan langsung dengan Steven?" tanya Dale hati-hati."Bukan aku, tapi para prajurit biasa. Prajurit biasa kita dan prajurit duyung biasa, kemampuannya kini sudah jelas berbeda. Dengan senjata, aku berharap korban jiwa dapat berkurang. Mereka juga punya keluarga yang menanti kepulangan mereka."Mendengar itu, semua yang ada di ruangan terdiam. Perang dan korban jiwa memang sudah tidak bisa dihindari.Satu hal yang mereka ketahui, Alex banyak meminta barang-barang yang ada di dunia manus
"Arabella... adalah keturunanku..."Amrita dan Margareth mulai berpikir bahwa rumor Alexander selingkuh hingga punya anak itu benar.Hanya saja, mereka tak berani bersuara. Benjamin yang dengan cepat menyadari kesalahpahaman itu langsung menginterupsi Alex."Yang Mulia, sepertinya anda mengatakan hal yang bisa membuat para dayang salah paham," ucap Benjamin sedikit tertawa.Alex mengernyitkan dahi, "Apa maksudmu, Benjamin?""Maksud Yang Mulia Raja, putri Arabella memang keturunan raja naga laut. Hanya saja, bukan dari Yang Mulia Raja, melainkan putri Elena," Benjamin memperjelas maksud ucapan Alex sebelumnya.Mendengar itu, Margareth dan Amrita tak bisa menahan ekspresi wajah mereka lagi.Bagaimana bisa putri Elena memiliki seorang anak?Alex baru paham yang Benjamin maksud, tapi ia tak punya banyak waktu sekarang."Aku tak punya cukup waktu untuk menjelaskan. Intinya kalian berdua harus menjaga Arabella. Arabella adalah
"Apa kita tidak bisa memindahkan arena perang? Bagi manusia, serangan kita cukup dahsyat. Saya tidak yakin bahwa kita bisa menghentikan pasukan duyung tanpa merusak bumi," ucap Benjamin.Kondisi Benjamin sekarang cukup berantakan. Rambut yang tidak terurus, ikat pinggang tidak sinkron, bahkan ia salah memakai kaos kaki. Kaki kiri dengan kaos kaki hitam, sementara kaki kanan dibiarkan tidak ada kaos kaki.Sejenak Alex berpikir apakah Benjamin sedang mencoba model fashion baru saat disambut tadi. Akan tetapi ia urungkan niatnya untuk berkomentar setelah melihat kantung mata Benjamin yang besar."Kita bisa menjebak Steven untuk masuk ke dalam portal. Isaac bisa memprovokasi para pasukan untuk ikut masuk ke dalam portal yang terhubung dengan dunia kita," usul Alex.Mendengar itu, Isaac tersenyum. Otaknya mulai memikirkan beragam strategi yang mungkin bisa dijalankan.Batu komunikasi yang Alex miliki bersinar terang. Sudah pasti Karl, Brent atau Jacob y