“Sayang, besok Joanna sudah berusia 21 tahun. Dia juga sudah lulus kuliah. Berarti sudah saatnya kan?” tanya Ratih pada suaminya, Sanjaya.
“Kamu benar Ratih. Aku akan atur pertemuan dengan Chandra besok.”
Ratih hanya tersenyum puas. Akhirnya, ia tak akan melihat wajah Joanna lagi. Jika Joanna bisa pergi sekarang juga, Ratih akan rela membantu Joanna untuk mengemasi barang-barangnya. Bahkan apabila Joanna hanya memerintah tanpa membantu, Ratih akan dengan senang hati menjadi pembantu gadis itu sehari.
“Besok sore, Chandra akan kemari, pemberkatan penikahan Chandra dan Anna akan dilaksanakan lusa. Untuk dokumen-dokumen lain juga akan diurus oleh pihak mereka. Akan tetapi, agak disayangkan kita harus kehilangan Anna.”
“Apa yang perlu kau sayangkan? Perjanjian ini sudah kita sepakati saat Anna berusia tujuh tahun. Jika tidak dipenuhi, kita akan ditendang ke jalanan sekarang juga oleh Chandra.”
“Aku tahu itu Ratih, Chandra mau mendukung kita besar-besaran dengan Anna sebagai imbalannya. Tapi, kamu tidak lupa kan kalau Anna anak yang pandai? Beberapa bisnis besar kita, Anna yang mengurusnya hingga menghasilkan keuntungan yang besar pula. Tommy saja masih kalah jauh dengan Anna.”
Sanjaya menarik nafas dalam dan menghembuskan perlahan. Anna adalah maskot keberuntungan bagi Sanjaya. Saat dia kesulitan, Chandra mau menopang bisnisnya dengan jumlah modal fantastis karena Anna. Tak hanya itu, Anna selalu membuatnya berdiri dengan bangga dimana pun ia berada. Di sekolah cerdas, pandai berbisnis dari usia yang bahkan belum menyentuh 18 tahun, serta penurut. Sungguh tidak bisa dibandingkan dengan dua anak kandungnya sendiri.
Namun, dia tetap harus merelakan Joanna. Jika tidak, Chandra akan menarik seluruh investasinya dan menyebabkan guncangan dahsyat untuk perekonomian keluarga Sanjaya.
“Ada Tommy dan Valencia, anak-anak kita yang akan meneruskan semua ini. Anak-anak kita pasti akan lebih hebat dari Anna. Sudahlah, Anna juga bukan anak kita, sudah saatnya dia membayar hutang budi pada kita yang sudah memberi dia tempat tinggal dan makanan,” kata Ratih kesal.
Suaminya itu selalu membela Anna, sehingga Tommy dan Valencia menganggap Sanjaya pilih kasih. Sikap Sanjaya yang selalu membanding-bandingkan itu membuat Ratih makin membenci Anna. Apabila Sanjaya sedang tak berada di rumah, Ratih dan kedua anaknya akan membuat Anna kesulitan.
‘Brrruuukkk…’
Terdengar suara dari luar ruang kerja Sanjaya. Sepasang suami istri itu segera keluar untuk melihat apa yang terjadi.
“Hiikksss… Pa..Ma.. Aku nggak mau menikah sama om Chandra, aku masih terlalu muda untuk menikah,” isak Anna yang terduduk di depan pintu. Joanna telah mendengar seluruh percakapan Ratih dan Sanjaya.
Ratih hanya diam, sama sekali tak berniat membantu Anna untuk berdiri.
“Ayo nak, bangun dulu, kita bicarakan ini di dalam,” kata Sanjaya seraya membantu Anna untuk berdiri.
Sanjaya mengambil sekotak tisu untuk Anna. Air mata dan ingus membanjiri wajah cantik Anna yang sudah dirawat Ratih dengan susah payah.
“Anna..hikkss..Anna.. tidak mau pa. Anna benar-benar tak ingin menikah dengan om Chandra. Dia sudah sangat tua, Anna tidak mau,” pinta Anna pada Sanjaya.
Joanna tidak asing dengan Chandra. Chandra adalah rekan bisnis Sanjaya. Meskipun sudah tua, Chandra termasuk tampan serta lembut dalam bertutur kata. Dulu, Chandra sering datang ke rumah mereka untuk berbicang dengan Sanjaya. Setelah menyapa sebentar, Anna akan diminta untuk menemani Alexander (anak Chandra) bermain. Anna tak menyangka sama sekali bahwa Chandra menargetkannya untuk menjadi ibu tiri Alex.
Menikah berarti harus menjalankan kewajiban sebagai istri, termasuk berhubungan badan. Membayangkan tubuhnya akan dipegang oleh om-om tua dan tidak ia cintai, Anna benar-benar tidak sudi.
“Tidak bisa Anna, kamu harus menikah dengan Chandra, itu adalah perjanjian yang sudah tidak bisa ditawar lagi. Jika tidak dipenuhi, kita semua akan menjadi gelandangan,” kata Ratih tegas.
“Anna tidak keberatan jika harus melepas semua kekayaan ini, kita masih bisa cari uang lagi. Anna benar-benar tidak ingin menikah dengan om Chandra ma, tolong…”
‘Plaaaakkkk’
Tamparan Ratih mendarat di pipi Anna, kencang sekali.
“Kau ingin menjadikan kami gelandangan? Kurang ajar sekali kamu, dasar anak tidak tahu diuntung. Sudah diberi tempat tinggal, makanan dan pendidikan. Tidak tahu terima kasih!” bentak Ratih.
Joanna tak berani berkomentar lagi, ia memelas ke Sanjaya, berharap Sanjaya akan membelanya. Joanna tahu bahwa di rumah ini, hanya Sanjaya yang menyayanginya. Ratih dan kedua kakaknya amat membencinya.
“Papa kecewa sama kamu Anna, tega sekali kamu berbicara seperti itu. Papa, mama dan kedua kakakmu tidak ingin jatuh miskin. Kamu harus menikah dengan Chandra sebagai balas budi terhadap kami. Seperti yang sudah kamu dengar tadi, kamu bukan anak kandung kami. Lebih tepatnya, kamu keponakanku, anak yang ditinggalkan kakak di depan pintu rumah sebelum dia meninggal.”
“Tapi..tapi.. aku juga berguna pa, aku bisa menghasilkan uang. Perusahaan-perusahaan yang aku urus sukses pa, papa benar-benar akan merelakanku?”
Air mata Anna kembali jatuh. Sekarang ia mengerti kenapa Ratih dan kedua kakak sangat membencinya, ia adalah eksistensi yang tidak seharusnya ada dalam keluarga ini. Sesayang apapun Sanjaya padanya, hanyalah sebatas alat transaksi dan pekerja yang berguna.
“Keuntungan yang kamu hasilkan masih sangat jauh dibandingkan dengan penawaran Chandra. Jika kalian menikah, Chandra berjanji akan selalu membantu keluarga kita selama dua puluh tahun ke depan dan memberikan satu tambang emas miliknya. Kau tidak lupa kan bahwa Chandra ini sangat kaya?”
Anna tak bisa berbicara apa-apa lagi, Chandra sangat mengingingkan dirinya sehingga memberikan penawaran yang sangat luar biasa. Tak hanya bantuan di masa lalu, masa depan keluarga ini juga amat terjamin dengan mengorbankan Anna seorang.
“Sekarang kamu masuk kamar, lusa kamu akan dijemput dan menikah. Persiapkan diri kamu, papa tidak mau melihat wajah bengkakmu di hari yang bahagia.”
Joanna yang sudah masuk kamar terus menangis meratapi nasibnya. Namun, ia tak ingin menyerah. Anna memiliki uang yang cukup di rekening pribadinya dan juga cukup pintar serta telah menjadi sarjana pula. Keluar dari sini, hidupnya masih aman 2-3 tahun ke depan tanpa bekerja.
Anna segera bangun dari tempat tidurnya, mengemasi beberapa helai pakaian dan dokumen penting seperti KTP, SIM, buku tabungan dan paspor. ATM pribadi dan ponsel tentu saja tak boleh tertinggal. Bawaannya harus sedikit agar ia dapat berlari dengan mudah. Selesai berkemas, Anna bergegas keluar.
“Sial!” umpat Anna.
Ternyata, pintu kamarnya terkunci. Sepertinya Ratih dan Sanjaya sudah memperkirakan hal ini. Satu-satunya jalan untuk kabur adalah balkon kamar. Tapi, ini lantai dua. Anna kembali memaksa otaknya untuk bekerja. Akhirnya, ia mengikat semua selimut dan bed cover yang ada di kamarnya.
“Semoga sampai ke bawah…Semoga sampai ke bawah…Semoga sampai ke bawah…”
Anna terus berdoa dan berucap agar yang dikerjakannya ini tidak sia-sia.
“Yeeeessss, sampai…”
Tuhan mendengar doanya. Selimut dan bed cover ini pas menyentuh tanah. Dengan cepat Anna menuruni balkon kamarnya.
“Huuwwaaaa, nyaris jatuh. Untung saja aku bisa sampai ke bawah sebelum ikatan ini putus. Syukurlah.”
Jantung Anna belum bisa beristirahat. Belum selesai rasa tegangnya akibat hampir terjatuh tadi, ia baru sadar bahwa ini masih dini hari. Rumah dan halaman depannya masih gelap. Tetapi, ia tetap menguatkan hati, ini masih lebih baik daripada harus menikah dan menyerahkan tubuhnya pada Chandra.
Anna yang memilih sepatu paling kuat dan ringan itu sebisa mungkin berlari tanpa mengeluarkan suara.
“Aannnnaaaaaa!!! Mau kemana kamu?” teriak Ratih dari teras.
Anna ketahuan Ratih. Ratih memanggil semua penjaga di rumahnya untuk menangkap Anna. Ia sendiri juga ikut mengejar Anna dengan kaki telanjang. Tak peduli jika kakinya harus kotor atau terluka, sumber hartanya itu tak boleh lepas!Anna berlari sekuat yang dia bisa untuk keluar. Dia sudah bersiap untuk memanjat jika sudah tiba di gerbang. Namun, sayang sekali Anna tertangkap saat bersiap untuk memanjat.“Kamu akan tetap disini sampai hari pernikahan kamu tiba,” kata Ratih sambil mendorong Anna.Anna ditempatkan di gudang bawah tanah tanpa jendela bersama tumpukan barang-barang tak terpakai. Tempat ini memang selalu bersih karena sengaja diisi barang-barang bekas yang masih bisa dijual dengan harga tinggi. Jika Anna bukan sumber investasinya, Ratih tidak akan menempatkan Anna di gudang yang memang rutin dibersihkan ini. Apabila ingin ke toilet, penjaga di depan gudang akan mengantar Anna. Untuk makanan, penjaga juga akan membuka pintu sebentar untuk meletakkan makanan dan mengambil piri
Alexander yang mengenakan baju tidur dan telanjang dada itu, baru saja selesai mandi. Pria itu sedang mengeringkan rambutnya dengan handuk sambil berjalan menuju tempat tidur. Alex terlihat sangat tenang, tak terlihat rasa bersalah dari wajahnya karena sudah memasuki kamar pengantin sang ayah dan istri baru.“Mau ketemu istri, Na. Apa aku tidak boleh bertemu istriku?”“Istri? Siapa istrimu?” tanya Anna heran. Sekarang, Anna benar-benar berada di sudut tempat tidur dengan terbungkus selimut.“Kamu istriku, Na. Bukan istri ayah,” jawab Alex tenang. Pria itu sudah duduk di tempat tidur, agak jauh dari Anna. Ia tahu Anna pasti takut padanya.“Aku akan jelaskan sekarang. Tapi kau benar-benar harus janji untuk tidak berteriak.”Anna masih diam, dia hanya mengangguk.“Pertama, kamu harus percaya bahwa sihir itu ada.”“Apa maksudmu Lex?”Alex pun langsung mengusap wajahnya dari kanan ke kiri menggunakan tangan kanan. Anna terkejut dengan apa yang ada didepannya sekarang. Itu Chandra! Alex ber
Tok..tok..tok..Anna yang baru tidur pukul 05:00 pagi itu dibangunkan oleh suara ketukan pintu.“Hmmm… siapa?” tanya Anna dengan suara yang masih serak.“Ini saya nyonya, saya datang membawakan nyonya baju. Terus tuan juga mengajak nyonya sarapan bersama,” ujar asisten rumah tangga yang Anna belum tahu namanya.“Ya sudah, masuk saja bi.”Wanita paruh baya itu pun masuk ke dalam kamar Anna dan membantunya berdiri. Anna dibawa ke kamar mandi dan dibiarkan untuk bersiap-siap sendiri. Menunggu Anna selesai mandi, wanita yang tak muda lagi itu merapikan tempat tidur dan menyiapkan keperluan Anna seperti sisir, jepit rambut, aksesoris, skincare dan alat make-up.“Ohh iya bi, saya belum tahu nama bibi kemarin,” kata Anna yang baru saja selesai mandi. Pakaian gadis itu sudah berganti dan dengan santai mengeringkan rambut menggunakan handuk.“Saya Sri, nyonya. Panggil saja mbak Sri, biasanya tuan panggil saya begitu.”Anna hanya tersenyum.“Iya mbak Sri, terima kasih ya sudah siapkan keperluan
Pagi ini, Anna, Alex dan Robert sudah bersiap untuk berangkat menuju kerajaan naga laut. Seperti yang sudah Alex sampaikan, begitu tiba, mereka akan langsung merias diri dan bersumpah setia di hadapan Dewi Exi. Berdasarkan penjelasan Alex, Dewi Exi adalah Dewi yang memberkati dan menjaga bangsa naga laut.Begitu sampai, Anna takjub dengan pemandangan yang ada di hadapannya. Persis seperti istana fantasi yang tergambar dalam cerita fiksi. Rumah luas dengan interior klasik, banyak ruang serta banyak pelayan yang menyambut kedatangan mereka. Kastil ini masih di darat, pinggir pantai lebih tepatnya. Sebelumnya, Anna berpikir bahwa kerajaan naga laut ini akan berada jauh di dalam laut. Anna yang heran pusing iseng bertanya pada Alex."Karena tempat tinggalmu di darat, apa itu berarti kau tak bisa bernafas dalam air?" bisik Anna."Pertanyaan macam apa itu, tentu aku bisa."“Selamat datang Yang Mulia…” ucap para dayang dan pelayan serempak, membuat Anna tak lagi melanjutkan pecakapannya deng
Anna merasa haus. Akan tetapi, badannya juga tidak mengizinkan Anna beranjak dari tempat tidur. Kasur ini seolah memiliki magnet, Anna benar-benar di posisi yang sangat nyaman dengan bantal guling dalam pelukannya. Meski fisiknya nyaman dan tenang, suasana hati Anna seperti petasan yang meledak-ledak. Ia terus terngiang-ngiang sentuhan bibir Alex yang lembut. Anna benar-benar ingin berteriak sekarang juga, ia senang sekaligus gugup, bagaimana ia harus bersikap di depan Alex.Usai pemberkatan pernikahan dan penobatan, mereka mengadakan perjamuan untuk para rakyat dan baru saja selesai sekitar setengah jam lalu. Sekarang, waktu sudah menunjukkan pukul 23:00. Sepanjang perjamuan, mereka berdua tak memiliki kesempatan untuk berbincang. Para pekerja istana dan rakyat selalu mengajak mereka untuk berinteraksi nyaris tanpa henti. Meski lelah, Anna bahagia pernikahannya mendapat berkat dari banyak orang. Ia tak berhenti untuk tersenyum.“Lex, boleh minta tolong ambilkan air putih?” tanya Anna
Alex diam, ia tak menanggapi kalimat Anna. Alex menduga istrinya sedang manja dan ingin mendengar kalimat-kalimat gombal. Jika kondisi Anna diterjemahkan ke dalam bahasa anak-anak kekinian Jakarta, tipe bahasa cinta atau yang lebih dikenal sebagai ‘love languange’ Anna adalah ‘Words of Affirmation’. Alex merasa bahwa ia tak perlu lagi mengulanginya. Sebelum menikah, ia sudah mengutarakan bahwa tak ingin Anna berada dalam bahaya sehingga bersedia ditolak. Alexander tetap berpendirian bahwa 'bertindak' adalah bukti cinta yang sempurna, ia tak suka jika harus banyak bicara, terutama mengulang kalimat yang sudah pernah ia katakan.Alex pun hanya membenamkan kepalanya di pundak Anna dalam keadaan masih menindih istrinya. Tak hanya itu, Alex juga meletakkan tangan Anna dikepalanya untuk diusap-usap. Melihat tingkah manja suaminya, pipi Anna seketika membentuk gelembung tanda merajuk.“Karena kau tak menjawab pertanyaanku, aku tak mengizinkanmu untuk mencium dan melakukan hubungan suami-istr
“Iii…ini… benar bayi Yang Mulia,” ucap seorang wanita paruh baya ketakutan berhadapan dengan Alex. Mendengar kabar mengejutkan tadi, Alex dan Anna langsung menuju tempat wanita yang Diego maksud berada. Di sinilah mereka, ruang kerja Alex. Ruangan luas serba coklat dengan satu meja, kursi dan dua sofa. Anna langsung menatap Alex sinis seolah meminta penjelasan apa maksud dari semua ini. Alex pun memegang tangan Anna, malangnya, langsung mendapat penolakan dari wanita itu. “Kau sudah siap menerima hukumanmu kan wanita tua?” tanya Alex tenang. “Aaa… Apa maksud Yang Mulia? Anak perempuan ini benar adalah darah daging Yang Mulia,” jawab wanita itu dengan tangan gemetar. Keringat dingin bahkan membanjiri wajah dan lehernya. Bayi yang tidur tentram di pelukan wanita itu pun ikut terguncang. “Dia bukan anakku. Aku tak pernah berhubungan dengan wanita selain istriku. Jelas sekali kau berbohong. Sekarang ceritakan padaku yang sebenarnya. Siapa bayi ini dan mengapa kau menyebutnya sebagai
Di tempat tidur, Anna terlihat sedang tidur pulas. Alex hanya ingin memandang istrinya dan berniat tidur di ruangan lain hari ini. Alex khawatir Anna masih belum siap bertemu dengannya.“Mengapa kau hanya diam di sana seperti orang bodoh?” tanya Anna.Anna yang semula berbaring dengan posisi miring, beranjak untuk duduk. Di tengah cahaya malam yang masuk ke kamar melalui jendela besar kamar mereka, Anna duduk di tempat tidur dengan selimut menutupi kakinya. Wajahnya pun terlihat lelah.“Kau berantakan sekali, mandilah dulu. Setelah itu, baru kita bicara,” kata Anna memandang suaminya yang masih berdiri di depan pintu.“Aku mandi dulu,” jawab Alex pelan dan melangkah keluar kamar.Begitu suara langkah kaki Alex menjauh, rasa tegang Anna baru menghilang. Anna masih sangat takut dengan kejadian tadi siang.Anna sudah sering melihat para pria dan wanita muda berhalusinasi akibat pengaruh narkoba hingga overdosis. Tak berhenti di sana, Anna juga sering berinteraksi dengan rentenir, preman,
Abigail menutup mata dan setengah meringkuk bersiap menerima pukulan Steven."Habislah aku," batin Abigail. Jari tangan Abigail juga sudah menutupi wajahnya.Akan tetapi, Steven masih tetap diam di kursi dan menunggu lanjutan dari penjelasan Abigail."Anda adalah pemilik energi sihir dan kemampuan bertarung yang paling kuat di kerajaan ini, Yang Mulia. Jika anda tertangkap, tidak ada satu pun yang bisa mengalahkan anggota keluarga kerajaan. Terutama raja naga, ia pasti akan berusaha keras mendapatkan darah istrinya kembali," lanjut Abigail.Abigail bahkan meringkuk lebih kencang dari sebelumnya.Namun, Steven masih hening. Mempersilahkan Abigail tetap melanjutkan ucapannya."Mereka bisa mencari dan menggeledah setiap sudut wilayah kita dengan mudah, tak ada serangan yang bisa membuat mereka gentar karena anda sudah ada di tangan mereka, Yang Mulia. Terlebih, sedikit lagi sisa darah ratu naga akan berhasil diekstraksi sepenuhnya. Yang M
Warning 18+Terdapat umpatan dan penjabaran hal-hal vulgar. Dimohon kebijaksanaan dari para pembaca.***"Buah dadanya yang besar itu berhasil kuhisap dan kugigit. Pent*l merah muda yang menggoda itu sudah kunikmati berkali-kali sepanjang malam.""V*gina yang mulus tanpa celah itu menjepit kejantananku dengan kencang. Apa kau bisa membayangkan kenikmatan yang aku rasakan itu?"Mendengar itu, Alex benar-benar panas. Darahnya serasa mendidih."Kubunuh kau... Kubunuh kau... Kubunuh kau..." gumam Alex geram.Wajah istrinya yang bercumbu dengan Steven terbayang dengan jelas.---"Apa dia tidak jijik harus bercumbu dengan pria yang tidak ia cintai? Dia menikah dengan pria tua itu dan mencampakkan pacarnya demi uang. Menjijikan sekali membayangkan tubuhku disentuh orang yang tak kusuka," komentar Anna saat menonton film vulgar bersama Alex."Apa yang akan kau lakukan jika berada di posis
"Sakiitttt!!!" teriak Anna.Ia menggenggam tangan Steven dengan kuat. Anna yang tidak sadar tengah mengeluarkan sihir itu berhasil membuat tangan Steven terbakar hingga ke tulang."Haaahhh... haaaahhh... Aaarrggghhhh..." teriak Steven kesakitan."Hu..hu...hu... hiksss... hiksss... hiksss..."Tangisan Anna pecah. Anna tidak menyangka akan melihat pamandangan yang cukup menyedihkan. Tangan Steven terbakar hingga meleleh. Kini siapapun bisa melihat tulang tangan pria itu."Wanita bangsat!!!" teriak Steven lagi.Pria itu bahkan menampar Anna. Dengan berlinang air mata, Anna berlari untuk sedikit menjauh.Anna yang sedang ketakutan itu langsung menyerang Steven beserta prajurit yang mengejarnya dengan sihir.AARRRGGHHHHH!! AARRRRGGGGHHHH!!Semua orang terluka.Anna yang panik langsung lanjut berlari tanpa menoleh ke belakang.Akan tetapi, lagi-lagi ia tertangkap oleh Steven.Steven langsung menampar
Alex menjelaskan bahwa ia akan membawa beberapa penyihir portal dengannya agar dapat kabur kapan saja saat situasi sudah tidak menguntungkan.Para penyihir portal hanya bertugas untuk bersembunyi sebaik mungkin dan mengamati keadaan. Saat keadaan tidak menguntungkan, mereka akan memberi tanda jika portal pelarian sudah siap."Firasatku tentang ini tidaklah buruk. Akan tetapi, entah mengapa terasa menakutkan," ucap Noah.Noah merasa lebih tenang usai mendengar rencana Alex. Hanya saja, Noah merasa akan ada hal yang membuatnya sedih.Perasaan ini persis saat mendapati kenyataan wanita yang ia cintai meninggal."Tanpa darah Anna, mereka sudah sekuat ini. Kemajuan mereka akan sangat pesat dengan adanya darah anggota keluarga kerajaan. Kita harus menyiapkan diri untuk segala kemungkinan buruk yang ada," ucap Alex.Alexander mengira Noah takut dengan kekuatan para duyung. Noah sendiri tidak ingin memberitahu bahwa dirinya memiliki firasat baik ten
"Tolongg!! Tolong!! TOLOOONNGGGG!!! TOLOOOONNNGGGGGG!!!"Sekencang apapun Anna berteriak, tidak ada siapapun yang masuk ke dalam.Sekali lagi, Anna harus menanggung satu hal memalukan lagi di hidupnya. Ia harus buang air besar berkali-kali di dalam sana hingga tubuhnya lemas.Anna terus buang air hingga waktu kunjungan Steven dan Abigail datang.Saat Steven membuka pintu, bau tidak sedap langsung menusuk ke hidungnya."Ewwwwhhhh!! Apa ini?!!" teriak Steven.Abigail yang merasa jijik itu pun langsung berteriak, "Apa kau buang air di sini?"Anna yang tubuhnya sudah dipenuhi keringat dingin itu mendelik kesal. Akan tetapi, melihat Steven yang langsung waspada padanya itu membuat Anna langsung pura-pura seperti orang bodoh dan berbicara seadanya."Sakit... perut... sakit...." ucap Anna lirih.Anna berusaha sebaik mungkin untuk memainkan peran orang sakit nan lemah. Ia harus benar-benar terlihat tidak berdaya agar Steven dan
Steven membawa Cynthia ke hotel tempatnya menginap. Membaringkan kakaknya perlahan dan perlahan membasuh tubuh Cynthia. Steven membersihkan tubuh kakaknya dengan berlinang air mata.Orang tua mereka yang sudah terikat sihir hitam memang sudah tidak terlihat jelas bentuk wajahnya. Akan tetapi, Cynthia yang lebih menyukai perdamaian memilih untuk tidak mengikuti jejak raja dan ratu duyung.Baginya, tidak ada hal baik yang terlihat dari kedua orang tuanya saat terikat dengan sihir hitam. Tubuh kesakitan, suram dan penuh hawa negatif di setiap detik kehidupan mereka. Perang demi perang membunuh setiap kehidupan yang tidak bersalah.Wanita dengan senyum secerah matahari itu kini terbaring lemah. Infeksi dari luka yang tidak pernah dirawat itu menggerogoti tubuhnya.Kini sudah tidak ada lagi mata berbinar yang biasa Steven kagumi."Aku... aku akan memanggil dokter ke sini segera... hiks... hikss... hiksss..."Keran air mata Steven benar-bena
Tepat seperti dugaan Steven, pria itu adalah Axton, kakak iparnya.Axton yang mengenali Steven pun hanya tersenyum tipis dan lanjut mencambuk Cynthia."Steven... Bagaimana kau bisa mengetahui tempat ini?" ucap Cynthia lirih."Berhenti kau bajingan!!" teriak Steven."AAAAAKKKKKKKK!!! AAAAKKKKKKKK!!!!"Axton mencambuk Cynthia makin kencang, "Siapa yang menyuruhmu berbicara? Diamlah! Satu-satunya hal yang boleh kau lakukan adalah menangis!""HENTIKAAAANNNNN!!" Steven kembali berteriak dan langsung berlari menuju panggung tempat Cynthia dicambuk."Tangkap dia!" perintah Axton pada pengawal pribadi yang siaga tidak jauh darinya."Security.... security..." panggil seseorang."Security!!!" teriak seseorang menambahkan. Seketika, semua orang langsung memanggil petugas keamanan yang bertugas.Beberapa pria berbadan kekar langsung memasuki aula lelang dan berlari untuk menangkap Steven.Steven tidak peduli dengan ora
Steven yang kala itu masih berstatus sebagai pangeran belum mendapat tanda kutukan seperti sekarang. Kulit putih bersih, wajah khas pria Eropa dengan mata biru yang persis seperti lautan itu itu sukses membuat Abigail tenggelam di dalamnya.Sejak saat itu, Abigail mengetahui bahwa Steven akan menghabiskan beberapa jam untuk membaca di taman saat sore hari. Wanita itu selalu datang untuk melihat Steven hanya untuk mendapatkan senyum sang pangeran.Pemandangan Steven yang memegang buku dengan senyum lebar di wajahnya itu membuat Abigail salah tingkah. Jantungnya berdebar kencang, wanita itu juga tidak bisa menghentikan senyum di wajahnya.Akan tetapi, mengingat Steven memberinya titah untuk merawat luka Anna membuat lamunan Abigail terpecah. Anna benar-benar merusak hari dan juga mimpinya."Akan lebih baik jika wanita itu mati, mengapa dia tidak langsung mati saja," gumam Abigail.Abigail meraih kotak obat dan berjalan malas ke ruang bawah tanah.Ruang bawah tanah ini tetap menjijikan s
"Sampai mati pun suamiku hanya Alex. Aku lebih baik mati daripada harus bersama orang sepertimu!!" teriak Anna lagi.Anna bahkan bingung dari mana ia mendapat kekuatan untuk berteriak di tengah kekacauan yang terjadi padanya ini. Namun, setiap kata yang keluar dari mulut bajingan ini membuat Anna naik pitam."HAHAHAHAHAHAHA...""HAHAHAHA!!""HAHAHAHAHAHAHA.."Tawa Steven yang keras membuat ruangan lembab ini bergema. Mendengar tawa pria itu membuat kemarahan Anna kian memuncak."Aku akan membuatmu memohon-mohon kepadaku, wanita jalang."Steven menghentikan kalimatnya dan melirik kaki Anna. Pria itu tersenyum meledek."Asal kau tahu saja, rantai yang melingkar di tangan dan kakimu ini adalah rantai anti sihir. Kau..."Steven mulai meraih dagu Anna."Tidak akan bisa mengeluarkan sihir. Dengan kata lain, kau tidak akan bisa kabur dari sini," lanjut Steven.Steven tersenyum dengan mata melebar. Anna yang sudah menatap pria itu jijik memalingkan wajahnya hingga dagunya terlepas dari Steven.