Anna merasa haus. Akan tetapi, badannya juga tidak mengizinkan Anna beranjak dari tempat tidur. Kasur ini seolah memiliki magnet, Anna benar-benar di posisi yang sangat nyaman dengan bantal guling dalam pelukannya. Meski fisiknya nyaman dan tenang, suasana hati Anna seperti petasan yang meledak-ledak. Ia terus terngiang-ngiang sentuhan bibir Alex yang lembut. Anna benar-benar ingin berteriak sekarang juga, ia senang sekaligus gugup, bagaimana ia harus bersikap di depan Alex.
Usai pemberkatan pernikahan dan penobatan, mereka mengadakan perjamuan untuk para rakyat dan baru saja selesai sekitar setengah jam lalu. Sekarang, waktu sudah menunjukkan pukul 23:00. Sepanjang perjamuan, mereka berdua tak memiliki kesempatan untuk berbincang. Para pekerja istana dan rakyat selalu mengajak mereka untuk berinteraksi nyaris tanpa henti. Meski lelah, Anna bahagia pernikahannya mendapat berkat dari banyak orang. Ia tak berhenti untuk tersenyum.
“Lex, boleh minta tolong ambilkan air putih?” tanya Anna pada Alex yang baru saja membuka pintu kamar tidur mereka.
“Okeee…” kata Alex yang sedang mengeringkan rambutnya dengan handuk. Meski agak heran karena permintaan mendadak Anna, Alex tetap mengambilkan segelas air putih untuk sang istri.
Anna refleks meminta tolong Alex untuk mengambilkan air. Mendengar langkah kaki yang tertuju ke kamar mereka membuat otak Anna bekerja ekstra berpikir harus bagaimana terhadap Alex. Akhirnya, hanya kalimat itu yang terucap dari mulutnya.
“Terima kasih,” kata Anna sambil menerima gelas berisi air dari suaminya.
“Na… Aku akan tidur di sofa, kau bisa beristirahat dengan nyaman.”
'Deg!'
Anna sangat terkejut.
Alex tak menginginkanku? - pikir Anna.
“Kenapa? Mengapa kau tidak tidur di sampingku?” tanya Anna dengan mata berkaca-kaca, ia hampir menangis.
Alex hanya diam dan menatap Anna sedih.
“Tidurlah, kau pasti lelah,” ujar Alex berbalik badan menuju sofa.
“Alexander von Pieterburg, aku akan sekali lagi mengulang pertanyaanku. Kenapa kau tak tidur disampingku?”
Anna mencengkram kuat lengan baju Alex dengan masih duduk di tempat tidur. Bertahun-tahun mengenal Anna, Alex sangat paham bahwa ketika Anna menyebut nama lengkap seseorang, perempuan itu sedang sangat marah.
“Kalau kau tetap pergi tidur di sofa tanpa memberi penjelasan apapun padaku, aku pastikan dokumen pengajuan cerai kita akan ada di mejamu besok pagi. Kau orang yang paling tahu bahwa aku tak pernah main-main dengan perkataanku,” kata Anna tenang. Meski Anna tak mengatakannya dengan nada tinggi, Alex paham bahwa ini adalah ancaman dari istrinya. Alex pun menoleh dan menatap Anna lama sebelum akhirnya duduk.
“Aku benar-benar takut ketika kau memasang wajah seperti itu.”
Anna diam, dia tidak butuh pengalihan topik ataupun basa-basi. Dia hanya butuh penjelasan mengapa suaminya itu enggan tidur disampingnya.
“Akkuuu… takut akan menyakitimu,” kata Alex.
“Menyakitiku, memang apa yang akan kau lakukan?”
“Aku… tak akan melakukannya.”
“Oke, akan kuganti pertanyaannya. Memangnya apa yang ingin kau lakukan sehingga akan menyakitiku?”
Wajah Alex memerah, pria itu juga menggaruk kepalanya yang tak gatal.
“Tunggu, jangan-jangan maksudmu?.…..”
Anna tak sanggup melanjutkan kalimatnya. Sepertinya Anna mulai mengerti apa maksud Alex. Wajah Anna juga mulai memerah.
“Kau pasti sangat lelah, Na. Selain itu, aku juga tak ingin memaksamu melakukan itu dengan orang yang tak kau cintai, jadi aku akan menunggu,” kata Alex.
Mengetahui Alex yang tak sadar bahwa Anna mencintainya, membuat Anna berpikir untuk sedikit menjahilinya.
“Benar kau akan menunggu? Bagaimana kalau dalam setahun atau dua tahun kemudian kau masih harus menunggu?” tanya Anna seraya mendekatkan wajahnya pada Alex.
Alex spontan menjauh. Namun semakin ia menjauh, Anna semakin mendekatkan wajahnya. Wajah Alex terlihat begitu imut sekarang.
“Tak masalah, kau akan di sisiku setiap hari. Itu lebih dari cukup.”
“Kau tak memiliki keinginan untuk merayuku agar aku menyukaimu lebih cepat?”
“Akuuuu… tak ingin memaksamu. Kau boleh melakukan semua yang sukai, termasuk jika itu berarti kau tidak mencintaiku. Kau sudah melalui tahun-tahun penuh tekanan, aku tak ingin kau mengalami itu lagi. Aku sungguh berharap kau bahagia, Na.”
Air mata Anna mulai mengalir. Ternyata pria ini benar-benar mencintainya.
“Na… Kau kenapa? Heiiii… jangan menangis,” ucap Alex lembut. Dia pun mulai memeluk Anna dan menepuk-nepuk pundaknya pelan. Anna menangis tersedu-sedu dalam pelukan suaminya.
“Lex, apa kau mencintaiku?” tanya Anna setelah tangisnya berhenti.
“Kenapa kau diam?” tanya Anna lagi setelah tak mendapat jawaban dari Alex.
Anna melepaskan pelukan suaminya. Wajah Alex murung.
“Bisakah aku tak menjawabnya?” tanya Alex.
“Kenapa?”
“Karena jawabanku akan membebanimu, Na.”
“Aku mencintaimu bodoh! Akan kutanya sekali lagi, apa kau mencintaiku Alexander von Pieterburg?”
“Na, aku tak salah dengar kan? Baru saja kau bilang kau mencintaiku kan?”
“Ya, aku mencintaimu, bahkan sudah sejak lama. Mengapa kau tak sadar itu? Kau sadar bahwa Valencia menyukaimu tapi tak menyadari perasaanku padamu?”
“Valencia terlalu berambisi, terlihat jelas apa yang dia inginkan. Sementara kau, aku tak bisa menebak apa yang kau pikirkan. Kau senang dan menangis seperlunya, kau memperlakukanku sama dengan orang lain.”
Anna tak bisa menyangkal itu, dia memang memperlakukan Alex sama seperti teman sekolahnya yang lain. Ia sebisa mungkin menyembunyikan perasaannya. Jika tidak, Ratih tak akan segan untuk mencambuknya.
“Sebisa mungkin aku memang tak ingin orang-orang di kediaman Sanjaya mengetahui perasaanku, Lex. Apalagi Valencia suka padamu, hanya akan menambah masalah di kehidupanku yang sudah penuh dengan masalah itu. Justru aku terkejut kau menyukaiku. Aku mengira kau tak menganggapku spesial, kau saja membalas pesan w******p ku paling cepat tiga hari.”
“Aku bersekolah di darat sambil mengurus kerajaan, aku menghubungimu secepat yang kubisa. Namun ternyata paling cepat itu tetap membutuhkan tiga hari.”
“Para dayang bercerita bahwa kau sudah menyukaiku sejak dulu. Berarti ucapan mereka benar?” ucap Anna tersenyum jahil.
“Jika kau sudah tahu, mari kita sudahi obrolan ini sekarang. Pria ini sudah menyukaimu sejak lama, dia tidak akan bisa tahan lebih lama lagi melihat wanita yang ia cintai mengenakan baju mini dan tembus pandang itu. Mari kita tidur.”
“Aku tak ingin tidur.”
“Karena aku tidur di sofa?” tanya Alex.
“Baiklah, aku akan tidur di sampingmu,” lanjut Alex setelah tak mendapat jawaban apapun dari Anna.
“Aku menginginkanmu,” jawab Anna. Ia melingkarkan tangannya ke leher Alex dan duduk di pangkuan suaminya. Anna dapat merasakan ada sesuatu dari balik celana Alex yang membesar.
“Kau akan kesakitan besok.”
“Cium aku,” kata Anna dengan tatapan menggoda.
Alex menyambut permintaan Anna dengan senang hati. Tak hanya bibir yang ia lumat habis, ia bahkan meninggalkan jejaknya di tubuh Anna sebanyak yang ia bisa.
***
Anna melewatkan sarapan, pinggang dan area kewanitaannya sakit luar biasa. Sepanjang pagi Anna sudah merintih dan menangis. Anna juga melarang Alex untuk memanggil dokter, dia malu jika ada yang tahu dirinya sakit karena malam panas yang telah dilalui dengan suaminya.
“Kau masih bisa tersenyum setelah membuat istrimu kesakitan seperti ini?” tanya Anna sambil mencubit pipi suaminya dengan kencang.
“Hehehe.”
Alex yang baru selesai meletakkan gelas bekas minum Anna ke meja kecil sebelah tempat tidur mereka, perlahan menindih tubuh mungil istrinya.
“Berraaattt, Lex. Kau tak sadar bahwa tubuhmu lebih besar dariku?” tanya Anna dengan bibir yang sudah mengerucut.
Alex pun kembali menautkan lidahnya dengan lidah sang istri. Bibir Anna sudah merah dan bengkak karena ulahnya.
“Tentu aku sadar bahwa aku lebih besar darimu. Tapi aku suka begini, aku paling suka berada di atasmu. Aku bisa melihat wajahmu sepuasnya. Na, aku sangat merindukanmu. Bertahun-tahun kita tidak bertemu. Aku akan benar-benar gila jika tahun ini kau belum berusia 21.”
“Bohong, kau bahkan menyuruhku mempertimbangkan ulang untuk menikah denganmu,” kata Anna sedih.
Alex diam, ia tak menanggapi kalimat Anna. Alex menduga istrinya sedang manja dan ingin mendengar kalimat-kalimat gombal. Jika kondisi Anna diterjemahkan ke dalam bahasa anak-anak kekinian Jakarta, tipe bahasa cinta atau yang lebih dikenal sebagai ‘love languange’ Anna adalah ‘Words of Affirmation’. Alex merasa bahwa ia tak perlu lagi mengulanginya. Sebelum menikah, ia sudah mengutarakan bahwa tak ingin Anna berada dalam bahaya sehingga bersedia ditolak. Alexander tetap berpendirian bahwa 'bertindak' adalah bukti cinta yang sempurna, ia tak suka jika harus banyak bicara, terutama mengulang kalimat yang sudah pernah ia katakan.Alex pun hanya membenamkan kepalanya di pundak Anna dalam keadaan masih menindih istrinya. Tak hanya itu, Alex juga meletakkan tangan Anna dikepalanya untuk diusap-usap. Melihat tingkah manja suaminya, pipi Anna seketika membentuk gelembung tanda merajuk.“Karena kau tak menjawab pertanyaanku, aku tak mengizinkanmu untuk mencium dan melakukan hubungan suami-istr
“Iii…ini… benar bayi Yang Mulia,” ucap seorang wanita paruh baya ketakutan berhadapan dengan Alex. Mendengar kabar mengejutkan tadi, Alex dan Anna langsung menuju tempat wanita yang Diego maksud berada. Di sinilah mereka, ruang kerja Alex. Ruangan luas serba coklat dengan satu meja, kursi dan dua sofa. Anna langsung menatap Alex sinis seolah meminta penjelasan apa maksud dari semua ini. Alex pun memegang tangan Anna, malangnya, langsung mendapat penolakan dari wanita itu. “Kau sudah siap menerima hukumanmu kan wanita tua?” tanya Alex tenang. “Aaa… Apa maksud Yang Mulia? Anak perempuan ini benar adalah darah daging Yang Mulia,” jawab wanita itu dengan tangan gemetar. Keringat dingin bahkan membanjiri wajah dan lehernya. Bayi yang tidur tentram di pelukan wanita itu pun ikut terguncang. “Dia bukan anakku. Aku tak pernah berhubungan dengan wanita selain istriku. Jelas sekali kau berbohong. Sekarang ceritakan padaku yang sebenarnya. Siapa bayi ini dan mengapa kau menyebutnya sebagai
Di tempat tidur, Anna terlihat sedang tidur pulas. Alex hanya ingin memandang istrinya dan berniat tidur di ruangan lain hari ini. Alex khawatir Anna masih belum siap bertemu dengannya.“Mengapa kau hanya diam di sana seperti orang bodoh?” tanya Anna.Anna yang semula berbaring dengan posisi miring, beranjak untuk duduk. Di tengah cahaya malam yang masuk ke kamar melalui jendela besar kamar mereka, Anna duduk di tempat tidur dengan selimut menutupi kakinya. Wajahnya pun terlihat lelah.“Kau berantakan sekali, mandilah dulu. Setelah itu, baru kita bicara,” kata Anna memandang suaminya yang masih berdiri di depan pintu.“Aku mandi dulu,” jawab Alex pelan dan melangkah keluar kamar.Begitu suara langkah kaki Alex menjauh, rasa tegang Anna baru menghilang. Anna masih sangat takut dengan kejadian tadi siang.Anna sudah sering melihat para pria dan wanita muda berhalusinasi akibat pengaruh narkoba hingga overdosis. Tak berhenti di sana, Anna juga sering berinteraksi dengan rentenir, preman,
“Masih belum diketahui secara pasti apa penyebabnya. Suatu hari, bangsa duyung mulai menawarkan kerja sama untuk menghancurkan dunia manusia pada ketiga kerajaan lainnya. Akan tetapi, semua itu ditolak karena bertentangan dengan keinginan para dewa-dewi pencipta. Sehari setelah penawaran kerja sama berlangsung, titah dewa turun pada orang terpilih di masing-masing kerajaan. Semua isinya sama, tak boleh memulai perang untuk menghancurkan manusia,” jelas Theo panjang lebar. Pria itu kini sudah berdiri di samping Julie, tepatnya di samping kanan depan kursi Anna. “Hanya dengan penawaran kerja sama, mengapa mereka harus dijadikan musuh?” tanya Anna dengan kedua alis yang sudah berkerut. Theo dan Julie menghembuskan nafas kasar bersamaan, sementara Diego hanya bergeming. Anna tentu kebingungan melihat tingkah mereka. “Setelah penawaran ditolak, mereka menyerang semua kerajaan. Mereka tak begitu kuat dulu. Akan tetapi, mereka berhasil mencuri buku sihir terlarang d
“Masih belum menghasilkan apapun. Satu-satunya hal yang kuketahui hanya pelaku yang merupakan duyung muda, selain itu tak ada lagi. Hal yang bisa kita lakukan sekarang adalah memperketat penjagaan sambil terus berusaha,” jawab Alex. Ia benar-benar terlihat lelah. “Baiklah, kalau begitu aku permisi dulu. Kau bisa melanjutkan pekerjaanmu,” kata Anna sambil mengemasi buku dan alat tulisnya yang juga dibantu oleh Julie. Masih saja dengan wajah cantik yang datar tanpa ekspresi. Melihat itu, Alex benar-benar frustasi. Alex sangat bingung bagaimana cara agar Anna tak meragukannya. Rasanya Anna tak akan mempercayainya hingga semua fakta terungkap. Akan tetapi, berapa lama baru akan terungkap? Ia merindukan senyum istrinya itu setengah mati. Berapa lama ini, Anna sengaja menghindar. Jika bertemu secara kebetulan, Anna juga tak tersenyum dan hanya lewat saja. Anna yang baru saja keluar dari ruang kerja Alex menghembuskan nafas kasar. Dia masih kurang nyaman untuk berte
“Jika berkenan, apa Duchess bersedia memberitahu rumor apa saja yang beredar tentangku?” tanya Anna hati-hati. Duchess Herta tersenyum. Ia bercerita bahwa di pesta-pesta teh para nyonya dan nona bangsawan, Anna masih menjadi topik hangat. Dimulai dari kisah Alex yang sehari-hari selalu ditakuti wanita karena selalu berekspresi tegas dan tidak peduli ketika ada wanita yang sengaja mendekat.“Benarkah suamiku seperti itu?” tanya Anna heran.“Tentu saja Yang Mulia. Yang Mulia Raja memang selalu menjaga etika terhadap wanita, tapi benar hanya sebatas itu saja. Yang Mulia Raja berdansa seperlunya dan juga tak terlihat melakukan pembicaraan pribadi dengan wanita manapun. Wajahnya pun selalu datar,” oceh Duchess Herta.Melihat Anna yang masih tidak percaya, Duchess Herta pun tersenyum. Wanita dengan gaun merah muda polos dan cukup tipis itu tak berhenti memamerkan deretan giginya yang rapi, mirip bintang iklan pasta gigi. Duchess Her
“Aku tak ingin melepaskannya,” jawab Alex setengah merengek.“Aku ingin ke toilet, kau ingin aku buang air kecil di tempat tidur?” tanya Anna kesal. Anna benar-benar sudah tak tahan lagi.“Berjanjilah dulu kau akan tidur sambil memelukku saat kembali dari toilet.”“Aaaarrggghhh, baiklaaahhh… Aku akan memelukmu, sekarang lepaskan aku, oke?”Alex pun tersenyum dan melepaskan istrinya. Anna pun segera berlari sekencang mungkin menuju toilet.“Haahhhh, apa yang ada di pikiran Alex. Bisa-bisanya dia bertingkah seperti itu,” gumam Anna saat selesai buang air kecil.Anna yang sedang dalam perjalanan menuju ke kamar menjadi gugup. Apakah seharusnya mereka pisah kamar untuk sementara? Sesampainya di kamar, ternyata Alex sudah tidur.“Jika akan tidur sebelum aku kembali, untuk apa kau bersikeras memintaku untuk memelukmu?” batin Anna kesal.Anna naik ke
Anna yang melihat itu merasa aneh. Baru pertama kali mereka bertemu, mengapa ibu dan anak ini terlihat tak senang. Saat bekerja di perusahaan Sanjaya dulu, ia mendapatkan tatapan tidak menyenangkan karena dia masih sangat muda. Banyak yang meragukan kemampuannya. Sekarang ia tak dalam situasi itu. Sejauh yang ia ketahui, tugas seorang ratu berpusat dalam urusan rumah tangga istana. Untuk urusan diplomatik dan keputusan yang berhubugan langsung dengan rakyat, sepenuhnya berada di tangan Alex. Tak ada alasan untuk menganggapnya tidak kompeten. Anna merasa kompeten atau tidak kompeten, hanya Alex dan orang-orang dalam istana yang berhak menilai karena mereka yang merasakan dampaknya secara langsung.Rombongan kesatria diantar ke penginapan mereka oleh para pelayan. Sementara untuk Marquess, Marchioness dan kedua anak mereka diantar sendiri oleh Alex dan Anna. Sepanjang jalan, Anna makin merasa tidak nyaman. Jika mata mereka bisa mengeluarkan laser, mungkin saja punggung Anna sudah terluk
Duuuuuaaaarrrr!! Duuuuuaaarrrrr!!Dave dan Julie yang masih memiliki kesadaran penuh itu menyerang Steven dengan tenaga yang tersisa.Duuuaaarrrrr!!!! Duuuuuaaarrrrr!! Duuuuuaaarrrrr!!Beberapa serangan mereka berhasil mengenai Steven hingga pria itu menjatuhkan Anna yang berada dalam genggamannya."Yang Muliaaaaaaa!!!" teriak Julie."SIAL!!" umpat Steven.Julie berusaha bangkit untuk meraih Anna. Namun, Steven yang seolah dirasuki setan menyerang Julie dengan membabi buta."Bangs*******ttttttttttttttttt! Beraninya kau menghalangiku!!" umpat Steven."Berani sekali kau!!""Mati kau!!"Umpatan pria itu sangat kencang hingga membuat penjaga yang tersisa di mansion berlari menghampiri mereka."SIAPA KAU?!" teriak salah seorang prajurit yang baru saja masuk.Prajurit yang masih sangat muda itu tentu saja tidak mengenali raja duyung.Akan tetapi, tanda sihir hitam yang menutupi wajah Steven cu
Usai kepergian Alex, Dave terdiam sejenak dan mengamati betapa kacaunya para wanita yang ada di ruangan ini. Dua pingsan dan satu berlutut ketakutan.Dave mengeluarkan alat komunikasinya dan meminta Julie kembali ke mansion Grand Duke secepatnya."Bangkitlah, tunjukkan padaku letak kamar Yang Mulia Ratu," perintah Dave pada Lucy.Akan tetapi, Lucy masih berlutut dan tertunduk ketakutan.Setelah ini aku tidak akan dibiarkan hidup kan? Aku akan mati kan?Memikirkan itu membuat badan Lucy bergetar hebat."Yang Mulia Raja sudah bilang tidak akan membunuhmu jika kau memberitahu keberadaan Yang Mulia Ratu. Kau sudah memberitahu beliau dan Yang Mulia Ratu ada di sini. Nyawamu aman. Cepatlah berdiri," ucap Dave sambil berjalan menggendong Anna."Kau ikat dan jaga dulu Grand Duchess. Aku akan kembali saat Julie sudah tiba," ucap Dave pada Vincent.Vincent hanya mengangguk dan menjalankan perintah.***Di sepanjang ja
"Kau pergilah terlebih dulu, aku akan menyusulmu nanti," jawab Alex pada prajurit muda yang berlutut di hadapannya itu."Tapi Yang Mulia, anda harus pergi sekarang juga. Kondisi saat ini benar-benar genting," ucap lelaki itu.Lelaki itu benar-benar mengantar nyawanya untuk Alex. Ia benar-benar tidak peduli bahwa Alex akan membunuhnya saat itu juga. Hal terpenting baginya adalah ia harus menyelamatkan kerajaannya."Aku tak peduli segenting apa situasi istanamu sekarang. Karena saat ini, ada hal yang amat penting yang tengah aku kerjakan," ucap Alex.Setelah mendengar itu, sang prajurit muda memperhatikan sekitar. Lucy yang sedang berlutut ketakutan, serta Grand Duchess Hillary yang sudah sekarat."Tapi....." prajurit itu masih saja berniat memaksa Alex pergi."Aku akan pergi setelah urusanku di sini selesai. Sebaiknya kau tunggu atau pergi terlebih dulu. Sekali lagi kau berani membantahku, kau sendiri tau apa yang akan terjadi," jawab Alex.
18+Terdapat adegan kekerasan pada perempuan. Mohon kebijakan dari para pembaca sekalian."Mengapa harus di waktu seperti ini," ucap Noah geram.Noah terlalu familiar dengan hal ini, ketukan pintu yang agresif itu menandakan hal mendesak telah terjadi. Benar-benar di saat yang tidak tepat."Massuuukkkkkk!!" teriak Noah memerintahkan orang itu masuk.Ternyata, orang yang mengetuk adalah salah satu prajurit Karl."Yang Mulia Grand Duke... Haahhh... Haaaahhh..." ucap sang prajurit terengah-engah."Ada apa? Mengapa kau terburu-buru kemari?" tanya Noah kesal. Dia bahkan masih belum menemukan putrinya dan sudah harus mendengar kabar yang tidak diinginkan."Kita... Kerajaan kita diserang oleh para duyung... Yang Mulia Raja meminta anda segera ke sana untuk membantu," ucap prajurit itu."Apa katamu? Duyung? Arrrrggghhhh!! Mengapa harus di saat seperti iniiii!!!!" teri
"Bagaimana perkembangannya, Grand Duke?" tanya Alex pada Noah.Noah masih mencari di sekitar rumah karena ia yakin sekali bahwa pelakunya pasti Medeline dan wanita itu tidak pergi kemana pun.Tidak ada yang mungkin menculik Anna selain wanita itu.Noah langsung memegangi kepalanya yang terasa sangat sakit itu. Pria itu bahkan belum sempat untuk tidur."Kau ada di mana istriku?" gumam Alex.Orang pertama yang juga Alex curigai adalah Medeline. Belum sempat Noah menjawab Alex, pria itu langsung pergi mencari Medeline ke ruang kerjanya.Namun belum sampai ke ruang kerja, ia langsung bertemu dengan Medeline."Salam pada Yang Mulia Raja Naga," ucap Medeline sambil membungkuk pada Alex."Di mana istriku?" tanya Alex tanpa basa-basi.Alex berusaha untuk menyembunyikan emosinya."Apa maksud anda, Yang Mulia? Saya tidak mengetahui keberadaan Yang Mulia Ratu," jawab Medeline yang menyembunyikan rasa takutnya.Meski bisa mengontrol ekspresi wajah, Alex tentu tidak dapat mengendalikan aura membunu
Alex diam. Tiga lelaki yang ada di ruangan itu hanya bisa diam. Banyak orang berkata, tidak ada yang bisa menggambarkan rasa sakit seorang ibu saat ditinggalkan oleh anak mereka.Kini sepertinya mereka bertiga mengerti. Rasa sesak dan sakit yang nyonya Ravina rasakan seolah ikut menghujam dada mereka. Vincent bahkan memejamkan matanya sesaat.Mereka membiarkan nyonya Ravina meluapkan air matanya."Jika anda merasa berat, tak masalah jika kita melanjutkan perbincangan kita saat matahari terbit nanti. Bagaimana kalau kita istirahat dulu?" usul Dave pada Alex saat nyonya Ravina sudah mulai tenang.Alex mengambil tisu di meja yang tidak jauh dari mereka dan memberikannya pada nyonya Ravina."Terima kasih, Yang Mulia," ucap nyonya Ravina dengan suara yang kecil. Nyaris tidak terdengar.Karena Alex tak menjawab, Dave melirik Alex lagi meminta persetujuan.Sejujurnya, Alex tidak sabar. Namun, ia juga tidak bisa egois. Dia punya Anna, seorang
Nyonya Ravina terdiam sejenak."Kau raja naga ternyata," gumam nyonya Ravina."Hormat kepada raja naga," ucap nyonya Ravina sembari menundukkan kepala sebagai tanda memberi hormat."Aku cukup terkejut karena kau tidak mengetahui wajahku," ucap Alex."Wanita tua ini sudah tidak pernah terlibat lagi dengan urusan di luar sana, Yang Mulia. Untuk pertanyaan anda, bagaimana jika kita berbicara di rumah saya saja? Kalian bisa sekalian menginap," ucap nyonya Ravina.Alex diam sesaat dan memandangi sekitar, suasana masih gelap.Dengan kondisi nyonya Ravina yang baru saja pulih, akan lebih nyaman baginya untuk berbincang di tempat yang hangat.Pria itu pun mengalah, "Baiklah, kita akan berbicara di tempat anda nyonya."Kemudian, Dave membantu nyonya Ravina untuk berdiri.***Rumah nyonya Ravina benar-benar terletak jauh di dalam hutan. Tidak ada tanda-tanda makhluk lain yang hidup di sana selain binatang hutan."Melihat keadaan di sini, aku jadi penasaran seberapa luas hutan di dunia kita ini.
"SIAPA ITUUU?" teriak Dave.Mereka bertiga berhasil menghindari serangan tepat waktu.Dduuuuaaaaarrr!! Ddduuuaaarrr!!Namun bukan jawaban yang terdengar, hanya serangan demi serangan yang datang bertubi-tubi."Aku akan pergi mencari siapa yang menyerang kita," ucap Dave pada Vincent dan Alex.Dave langsung berlari menyusuri pepohonan. Sementara, Alex dan Vincent sibuk bertahan.Dddduuuuuaaarrr!!! Dddduuuuaarrrrr!!!! Dddduuuuuuaaaarrrr!!!!! Ddddduuuuuuaaarrr!!!!Serangan yang mereka dapat itu sangat cepat, kuat dan juga tepat. Hal yang hanya bisa dilakukan oleh orang berpengalaman."SIAPA ITU? HEI! KELUARLAH! JANGAN JADI PENGECUT DAN HADAPI KAMI SECARA LANGSUNG!" teriak Dave lagi."HEEEIIIIII!!!!!"Dave benar-benar tak mendapat jawaban apapun. Ia terus berlari di antara suara keras dari serangan-serangan yang datang secara bertubi-tubi."Di mana kau?" gumam Dave.Lama kelamaan Dave sudah tidak lagi be
"Sampai kapan kau akan menghindariku?" tanya Medeline yang tiba-tiba masuk ke ruang kerja Noah.Terlihat kekecewaan mendalam dari wajah wanita itu. Di samping itu, kantung mata besar dan hitam yang menghiasi wajahnya kian memperburuk penampilan Medeline. Wanita itu tidak tahan lagi karena Noah terus menghindar. Di sisi lain, Noah juga benar-benar tidak ingin berbicara dengan Medeline."Selanjutnya kau wajib mengetuk pintu. Karena ke depannya aku akan kembali menjalankan tugas-tugasku, ruangan ini akan segera ramai," ucap Noah menoleh pada Medeline sebentar.Kemudian, pria itu lanjut membaca berkas yang ada di tangannya.Dalam ruang kerja, Noah tidak sendiri. Ada Oswald di sana yang juga sedang memegang berkas. Pria itu baru selesai memberi laporan pada Noah."Saya permisi, Yang Mulia," ucap Oswald.Oswald langsung pamit pada Noah dan Medeline."Aaahhh, aku tidak menghindarimu. Hanya saja, tidak ada yang harus kita bicarakan," tambah Noah.Mendengar penuturan Noah membuat Medeline be