"Aku akan menikah dengan Anisa. Jika Abang jatuh cinta lagi kepada wanita lain, aku nggak akan penasaran lagi," sahut Bara. "Aku janji, cukup sekali ini aja aku menyakitimu. Aku tidak akan pernah mengambil milikmu lagi."
"Bukan itu alasan saya tidak ingin jatuh cinta lagi," balas Gara. "Saya juga tidak pernah sakit hati melihat kalian bahagia."
"Lalu, kenapa Abang nggak mau jatuh cinta lagi?"
"Saya takut sepertimu," balas Gara. "Dibudakan cinta."
Gara tertawa terbahak-bahak, ia beruntung tidak menjadi budak cinta seperti adiknya yang menurutnya laki-laki menjadi lemah dan cengeng ketika dibudakkan oleh cinta.
"Ciee ... belum tahu aja dia kalo udah jatuh cinta," cibir Bara pada abangnya. "Daddy, manusia yang tidak berperasaan, dia menghina Mommy di awal pernikahan, tapi akhirnya ketika beliau jatuh cinta malah bucin abis, kadang sama anaknya sendiri dicemburuin."
"Saya masih waras, tidak akan seperti itu."
Gara yakin akal sehatnya masi
Anisa mengeratkan genggaman tangannya pada sang kekasih saat mendengar suara dari balik tirai.Ternyata ibu-ibu yang satu ruangan dengannya sejak tadi menguping pembicaraan mereka."Aku bukan wanita baik-baik, aku wanita kotor," ucap Anisa pelan sembari berurai air mata.Bara menggelengkan kepalanya, lalu mencium tangan calon istrinya dengan lembut."Kamu adalah wanita terbaik dari yang terbaik, kamu segalanya bagiku. Anisaku sangat berharga dari sebongkah berlian sekalipun."Wanita itu mengusap air matanya sambil tersenyum. "Terima kasih, Mas. Aku nggak menyesal memilihmu."Bara bangun dari duduknya, lalu menangkup wajah sang kekasih. "Aku sangat mencintaimu, Sayang. Jangan membebani pikiranmu sendiri. Semua orang pasti mempunyai kesalahan, yang terpenting kita berusaha memperbaiki semuanya.""Iya, Mas.""Cepat sembuh ya!" Bara mencium kening kekasihnya dengan mesra.Walau ibu-ibu itu terus mengoceh, menghina dan
Gara langsung berbalik badan saat mendengar suara yang sangat ia kenali."Yas, kapan kamu kembali?""Bukannya tadi saya sudah bilang pulang hari ini.""Iya, tapi kenapa secepat ini?""Sebenarnya waktu saya menelpon tadi, saya sedang berada di kamar Tuan yang ada di rumah Tuan besar. Setelah selesai, saya pulang dulu ke rumah, mengambil barang-barang saya."Pria tampan itu menganggukkan kepalanya. "Kamu pilih saja kamar mana yang ingin kamu tempati!"CEO dingin itu meminta asistennya untuk tinggal bersama di rumah barunya karena semua urusan pekerjaan sampai pribadinya, Yas lah yang mengerjakan dibantu oleh sang ayah yang merupakan orang kepercayaan Haidar."Terima kasih, Tuan.""Ya sudah kamu istirahat sana! Saya juga mau istirahat."Gara kembali melanjutkan langkahnya, menapaki anak tangga."Tuan, anda belum menjawab siapa yang akan anda nikahi?""Lupakanlah!" titahnya sambil mengangkat tangannya.
Yas terpaksa masuk ke dalam kamar sang tuan yang kebetulan tidak dikunci.Laki-laki itu berjalan mendekati tempat tidur Gara, lalu berkata, "Bangunlah Tuan, sudah waktunya makan."Yas khawatir dengan tuannya yang sejak siang hingga malam tidur dalam keadaan perut kosong.Perlahan Gara membuka matanya, lalu bertanya, "Apa makan siang saya sudah siap?""Bukan makan siang, Tuan, tapi makan malam," jawab Yas dengan sopan. "Sekarang sudah hampir pukul delapan malam, Tuan."Gara membuka matanya lebar-lebar, lalu menoleh pada jam dinding yang tergantung di dinding kamarnya."Jam delapan malam?" gumamnya. "Kenapa saya tidur lama sekali?"Laki-laki itu meregangkan otot-ototnya, lalu turun dari tempat tidur. "Saya mau mandi dulu.""Baik, Tuan. Saya permisi dulu."Sang asisten CEO itu menunduk hormat pada tuannya sebelum keluar dari kamar.Setelah mandi dan berpakaian, Gara merebahkan tubuhnya di tempat tidur. “Kenapa
Gara melepas kantung belanjaannya hingga makanan dan minuman yang dibelinya berserakan di bawah."Maafin gue, Bang!"Ternyata tukang parkir itu adalah seorang wanita. Ingin sekali Gara menghajarnya, andai saja dia seorang laki-laki.Wanita hendak membersihkan kaus Gara dengan handuk kecil yang tergantung di lehernya."Tidak perlu!" Gara menepis tangan wanita itu."Gue udah punya niat baik ya, gue juga udah minta maaf, tapi lo nggak mau terima," kata wanita itu sambil menyolot."Apa dengan kata maaf kamu bisa mengulang waktu agar tidak menumpahkan kopi panas di tubuh saya?"Bara mengeratkan giginya napasnya sudah memburu. Ia berusaha untuk menahan amarahnya.Rasa panas di perutnya mengalahkan rasa panas di wajahnya karena menahan amarah."Yaelah cuma baju doang, nanti dicuci juga bersih. Buka baju lo biar gue yang cuciin!"Wanita itu mendekat hendak membantu Gara membuka bajunya."Kamu mau
Gara segera membuka baju yang terkena tumpahan kopi setelah masuk ke dalam kamarnya. Perutnya yang tersiram kopi panas terlihat memerah karena kaus yang dikenakannya berbahan tipis.Pria tampan itu mengabadikan kulitnya yang memerah menggunakan ponselnya sebelum ia masuk ke dalam kamar mandi untuk berendam.“Mimpi apa siang tadi hingga bertemu dengan wanita tidak waras itu,” gumam Gara sembari memejamkan matanya sambil bersandar pada bathup.Setengah jam sudah ia berendam, CEO tampan itu baru beranjak dari bathup. Ia segera berpakaian, lalu berjalan menuju kursi santai yang ada di balkon kamarnya.Tiga jam sudah ia berada di balkon itu sambil menikmati teh hangat. Menatap langit malam yang dihiasi ribuan bintang kecil.“Malam yang indah, tapi tidak seindah nasibku hari ini. Bertemu dengan wanita yang tidak waras merupakan kesialan terbesar dalam hidupku," gumamnya.Selama ini tidak ada wanita yang berani melawannya apalagi
CEO muda itu hanya menganggukkan kepalanya tanpa menatap Yas. Ia langsung membuka komputernya.Dua hari tidak masuk kantor membuat pekerjaannya menumpuk. Demi membantu adiknya, ia menelantarkan pekerjaan dan harus membebankan tanggung jawab kepada sang asisten.Yas segera menyuruh office girl membuatkan kopi untuk sang CEO.“Sudah saya pesankan minuman untuk menghilangkan kantuk,” kata sang asisten.“Hmm.”“Apa saya boleh ke ruangan kerja saya sekarang?”“Silakan!” balas Gara tanpa mengalihkan pandangannya dari layar komputer.Yas menunduk hormat kepada Bos yang sedang fokus dengan pekerjaannya itu sebelum keluar dari ruangan CEO.Walau kepalanya terasa sedikit pusing karena menahan rasa kantuk, tapi ia tetap berusaha menyelesaikan pekerjaannya.Beberapa menit kemudian terdengar suara ketukan pintu dari seorang office girl yang hendak mengantar kopi.“Mas
'Tamatlah riwayatmu wanita tidak waras,' ucap Gara dalam hati ketika melihat sang asisten masuk dengan membawa surat perjanjian kerja antara wanita itu dengan perusahaannya."Ini, Tuan." Yas memberikan surat perjanjian kepada sang tuan yang berdiri di belakang office girl baru itu."Selidiki kelurganya," bisik Gara pada Yas.Asisten CEO itu pun menjawab dengan anggukkan kepala. Dengan sigap ia mencari tentang wanita yang berdiri di hadapannya itu."Jennie," ucapnya pelan sembari berjalan mengelilingi wanita itu. "Nama yang cantik, tapi tidak secantik akhlaknya."CEO tampan itu membuka kontrak kerja dan membaca lembaran demi lembaran sambil mondar-mandir di depan wanita yang bernama Jennie.Ia tersenyum puas dengan kinerja sang asisten. Walau tanpa dijabarkan dengan jelas apa yang dia mau, tapi Yas sudah sangat memahami tuannya itu."Kamu baca sendiri isi dari kontrak kerja ini!" Gara mengulurkan tangannya memberikan berkas itu k
Gara berdiri di belakang Jennie sambil melipat kedua tangannya. Sejak tadi ia menguping ucapan pegawainya.Wanita itu pun menoleh ke belakang. Ia terkejut melihat Tuan manja ada di belakangnya. Jennie langsung membalikkan badannya.“Ada yang bisa saya bantu, Bos?” tanya Jennie dengan sopan.“Kamu belum menjawab pertanyaan saya!” Gara mencondongkan wajahnya mendekati wajah Jennie sambil menatapnya dengan tajam. “Siapa yang mau kamu racuni?”“Suami saya, Bos,” jawabnya asal.“Saya akan melaporkan semuanya kepada suamimu,” balas Gara sembari mengangkat satu sudut bibirnya.“Memangnya Bos tahu siapa calon suami saya? Saya masih mencari laki-laki yang mau menerima keadaan saya sekarang,” jawab Jennie sambil menahan senyumnya.Dalam hatinya ia menertawakan Bos yang telah menjebaknya itu. ‘Sok tahu lo. Pake ngancam gue segala. Sono lo bilangin sama calon suami gue