Beranda / Romansa / Pengantin Tuan Haidar / Bab 409. Istri Bukan Beban Suami

Share

Bab 409. Istri Bukan Beban Suami

Penulis: Nyi Ratu
last update Terakhir Diperbarui: 2021-08-08 15:01:25

“Maafkan saya, Tuan.” Baron bangun dari duduknya, lalu membungkukkan badan beberapa detik. Ia benar-benar menyesali kelalaiannya. Setelah bertahun-tahun mengabdi kepada keluarga Manaf, baru kali ini dia kecolongan.

“Duduklah!” titah Haidar kepada Baron. Ia bisa merasakan apa yang dirasa oleh orang yang paling dekat dengannya selama bertahun-tahun sebelum ia menikah dengan Andin.

Baron kembali duduk, ia begitu dilema dengan semuanya. “Ini alasannya kenapa dari dulu saya tidak mau menikah, tapi sekarang saya sudah terperangkap dalam pernikahan, dan tidak bisa berbuat apa-apa. Tolong beritahu saya harus berbuat apa! Saya tidak akan membantah perintah Tuan,” ucap Baron penuh penyesalan.

“Jangan berbicara seperti itu, kalau istrimu mendengar semuanya dia pasti akan bersedih dan kata-katamu benar-benar menyakitinya,” kata Haidar dengan tegas, “Jadikan keluarga barumu sebagai kekuatanmu!”

“Tapi, T

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Pengantin Tuan Haidar   Bab 410. Kekuatan Di Balik Kelemahan

    “Maaf, Tuan, saya sudah pernah menginfokan semuanya, tapi waktu itu Tuan bilang tidak peduli semua tentang Nyonya. Jadi, saya tidak pernah membahas ini lagi,” jawab Baron sambil menunduk.Ia jadi merasa bersalah, dulu tuannya menolak karena belum ada rasa cinta yang tumbuh di hatinya untuk sang istri. Namun, sekarang mereka sudah saling mencintai, tapi Baron lupa untuk memberitahukan kembali tentang sang nyonya.Haidar mengingat sikapnya dulu sebelum jatuh cinta kepada wanita yang menjadi istrinya. Ia tidak mau tahu apa-apa tentang wanita seksi itu. “Ya saya mengingatnya,” ucap Haidar.“Anak-anak Tuan Rey terlihat biasa saja, tapi di balik semua itu tidak ada yang tahu kalau mereka begitu cerdik dan tangguh,” ujar Baron, “Tuan Rey selalu bisa mengatasi semuanya dengan tenang. Masalah Tuan yang membuat Nyonya kabur dari rumah saja, beliau yang mengatasi semuanya secara diam-diam.”“Saya tahu itu,”

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-08
  • Pengantin Tuan Haidar   Bab 411. Ratu Dari Segala Ratu

    Haidar dan Baron membahas proyek baru dan rencana kepergiannya ke luar kota minggu depan untuk menghadiri pernikahan rekan bisnisnya sekaligus meninjau proyeknya yang ada di kota itu.Mereka berdiskusi hingga jam makan siang tiba. Kemudian Baron keluar dari ruangan CEO untuk makan siang bersama sang istri.Ia menghampiri meja kerja istrinya, duduk di kursi yang ada di depan meja kerja wanita cantik itu. Ia mengamati wajah cantik istrinya, terasa ada yang berbeda, tapi ia tidak tahu apa itu.“Kamu tidak lapar?” tanya Baron yang membuat sang istri terperanjat mendengar suaranya.Tari tidak sadar kalau sejak tadi sang suami memandangnya sambil melipat tangannya di depan dada. “Abang ngagetin aja,” ucap Tari sambil mengelus dadanya.“Kenapa sekarang kamu terlihat lebih cantik dari sebelumnya?” tanya Baron kepada sang istri.Tari bangun dari duduknya, lalu memukul sang suami dengan berkas yang ia gulung. &ldquo

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-09
  • Pengantin Tuan Haidar   Bab 412. Mengejar Cinta CEO

    Mendengar suara sang tuan, Tari dan Baron langsung berdiri tegap menghadap tuannya."Banyak wanita seksi yang mengejar Baron," ucap Haidar yang membuat Tari memelototi sang suami."Sayang, mereka bukan mengejar saya, tapi mengejar pesona CEO Mannaf Group," ucap Baron yang berusaha menyangkal semua itu."Siapa yang mengejar cinta suamiku?"Suara dari Ratu segala Ratu menusuk pendengaran ketiga orang yang sedang berdebat, sehingga mereka tidak sadar akan kedatangan Nyonya Haidar.Padahal Haidar sudah tahu kalau sang istri akan datang. Ia keluar ruangan bermaksud untuk menyambut istrinya, tapi malah melihat pertunjukan drama rumah tangga antara Baron dan Tari.Haidar mau pun Baron tidak ada yang menjawab pertanyaan Andin. Mereka tidak tahu harus berbicara apa. Kedua laki-laki itu diam seribu bahasa.'Bagaimana ini? Kalau saya membela diri, Tuan tidak akan membiarkan saya hidup tenang, tapi kalau saya membela Tuan, tamatlah riwayat

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-09
  • Pengantin Tuan Haidar   Bab 413. Ancaman

    Baron menoleh pada sang istri yang duduk di sampingnya. Menatap wajah cantik istrinya tanpa berkedip.'Kalau sedang marah, dia lebih seram dari Tuan Haidar,' ucap Baron dalam hati sembari menelan salivanya dengan susah payah."Kalian nggak mau makan?" tanya Haidar kepada pasangan pengantin baru itu.Tari menjadi gugup sedangkan Baron bersikap biasa saja. "Ma-maaf, Tuan," ucap Tari gugup."Nggak apa-apa," sahut Andin, "Ayo kita makan!"Andin yang menyiapkan makanan untuk mereka berempat. Tari tidak membantunya karena merasa tidak enak hati, dan belum akrab dengan sang nyonya. Walaupun Andin begitu baik padanya, Tari merasa sungkan kepada Nyonya Haidar.Andin makan sambil mengobrol dengan Tari, sementara Haidar dan Baron makan dengan serius, tidak ada yang mengeluarkan suara di antara mereka berdua.Tari berusaha untuk mengakrabkan diri dengan istri dari bosnya yang begitu ramah dan tidak sombong.Setelah selesai maka

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-10
  • Pengantin Tuan Haidar   Bab 414. Abang, Lepaskan!

    "Kamu bawa motor apa mobil?" tanya Haidar pada Andin setelah melepas pelukannya."Mobil," jawab Andin, "Kamu tenang aja! Aku bawa banyak pengawal Ayah. Pengawal kamu aku suruh untuk menjaga rumah kita dan Baron."Andin bangun dari duduknya merapikan bajunya, lalu menenteng kotak makan yang sudah kosong itu."Aku pulang ya, Boo." Andin mengecup bibir suaminya sekilas. "Mbak Tari, aku pulang ya, lain kali kita bertemu lagi."Setelah berpamitan, Andin segera keluar dari ruangan itu, Tari pun ikut keluar setelah berpamitan terlebih dulu kepada suaminya."Mbak Andin terima kasih ya," ucap Tari saat mereka sudah keluar dari ruangan sang CEO."Sama-sama," balas Andin sembari tersenyum ramah. "Mbak Tari beruntung mempunyai suami seperti Baron, tapi mungkin harus sedikit maklum kalau laki-laki itu mendadak manja dan bucin karena baru mengenal cinta," ucap Andin sambil tertawa geli.Tari pun ikut tertawa. Memang benar, laki-laki angkuh it

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-10
  • Pengantin Tuan Haidar   Bab 415. Ciuman Di Kantor

    Baron menyesapi bibir istrinya dengan rakus tanpa memedulikan penolakan sang istri. Tari berusaha melepas ciumannya, bukan karena ia tidak menyukai sentuhan bibir sang suami, tapi ia takut menjadi masalah karena melakukannya di kantor. "Abang, udah ah," Tari mendorong suaminya supaya melepaskannya dan membiarkan ia keluar dari ruang kerjanya. "Kenapa? Ini masih jam istirahat," kata Baron yang kembali mengecup bibir istrinya sekilas. "Tidak akan ada yang melihatnya." "Bukannya di ruangan ini ada CCTV-nya?" tanya Tari sambil menyapu pandangannya ke seluruh ruangan mencari keberadaan kamera itu. 'Kenapa saya bisa lupa? Pasti Tuan sudah melihatnya,' ucap Baron dalam hati. "Baiklah, silakan kamu keluar, tapi bersihkan dulu riasan di bibirmu!" titah Baron sembari tersenyum melihat lipstik istrinya yang berantakan. Tari menutup mulutnya untuk menahan tawa. 'Aku biarkan aja dia begitu, ini hukumanmu wahai suamiku yang bawel,' ucap Tari dalam hatinya.

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-10
  • Pengantin Tuan Haidar   Bab 416. Bertindak Lebih Cepat

    Haidar memeriksa CCTV di ruang kerja asistennya. Benar saja dugaannya, orang kepercayaannya itu habis melakukan ciuman panas bersama dengan istrinya.Ia kembali beralih menatap asistennya. "Darah siapa yang kamu hisap? Kenapa bibirmu menjadi merah seperti itu?" tanya Haidar sembari tertawa geli. "Apa ini alasannya kamu melarang Tari berdandan? Karena kamu yang ingin berdandan."Baron langsung merogoh kameranya dan melihat wajahnya dalam pantulan kamera depan ponselnya.'Kenapa saya bisa sebodoh ini? Ternyata benar cinta bisa membuat orang menjadi bodoh, termasuk saya,' ucapnya dalam hati sembari mengusap-usap bibirnya untuk menghapus lipstik sang istri yang tertinggal di bibirnya."Saya permisi dulu, Tuan." Baron pergi ke toilet yang ada di ruang kerja tuannya untuk membersihkan bibirnya.Setelah membersihkannya ia bercermin, mengamati sekitar bibirnya masih ada sisa lipstik atau tidak. "Pasti Tari sengaja tidak memberitahu saya," gumam

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-10
  • Pengantin Tuan Haidar   Bab 417. Perintah Yang Istimewa

    Haidar dan Baron kembali bekerja di ruangannya masing-masing."Halo, Bee. Nanti aku pulang telat ya. Kerjaanku masih banyak," kata Haidar melalui sambungan telepon."Iya, nggak apa-apa," jawab Andin singkat, "Semangat, Suamiku!" seru ibu muda itu sebelum memutus panggilan teleponnya."Kenapa udah ditutup aja? Sedang apa dia?" tanya Haidar sambil menatap layar ponsel yang menampakkan foto kedua jagoannya. "Ah sudah lah, mungkin dia sibuk dengan anak-anak."Haidar memasukkan benda pipih itu ke dalam saku jas berwarna abu tua. Ia melanjutkan kembali pekerjaannya yang sudah menumpuk.Tiga orang di ruangan itu begitu sibuk dengan pekerjaannya masing-masing, hingga ia tidak sadar kalau langit sudah menggelap.Haidar meregangkan otot-ototnya setelah menyelesaikan pekerjaannya. Ia melirik jam yang melingkar di tangannya.Ternyata sudah menunjukkan pukul tujuh malam. "Astaga! Aku sampai tidak sadar kalau sudah malam."Laki-laki it

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-10

Bab terbaru

  • Pengantin Tuan Haidar   PENGUMUMAN

    Terima kasih untuk kakak-kakak cantik dan kakak-kakak ganteng yang sudah mendukung novel saya ini. Tak terasa ternyata Haidar sudah menemani kalian selama setahun. Ceritanya memang belum selesai, masih ada kelanjutannya. Bagaimana kehidupan rumah tangga Gara dan Jennie setelah mamanya tahu, dan apakah mereka bisa mempertahankan pernikahannya di saat orang-orang yang membencinya berusaha untuk memisahkan mereka. Kisah si CEO bucin akan dilanjut di buku baru ya, khusus Gara dan Jennie. Novel ini sudah terlalu panjang, takut kalian mual lihat bab yang udah ratusan, hehehe .... Pemenang GA akan diumumkan di sosmed saya, i*, efbe, w*, kalau barangnya sudah datang, wkwwkk. Silakan follow i* @nyi.ratu_gesrek, atau bisa gabung di grup w*. Penilaian akan berlangsung sampai barang datang. Terima kasih banyak kakak-kakak sekalian. Mohon maaf jika cerita saya kurang memuaskan dan membuat kakak-kakak sekalian jengkel. Saya akan terus berusaha m

  • Pengantin Tuan Haidar   ( S2 ) Bab 157. I Love You, Biggie ( end )

    “Dia istri saya, kamu telah menghin orang yang saya cintai.”Jennie menatap suaminya sambil tersenyum. Ia senang mendengar Gara mengakui perasaannya di depan orang lain.“Maafkan saya, Tuan. Saya tidak tahu kalau Jennie … maksudnya saya tidak tahu kalau Nona Jennie istri anda.”Sekretaris cantik terus memohon minta ampun sambil berlinang air mata, namun Gara sudah terlanjur sakit hati.“Kalau dia bukan istri saya, apa kamu berhak menghina sesama kaummu seperti itu?”“Maafkan saya, Tuan, tolong jangan pecat saya!”“Saya tidak mau mempekerjakan orang-orang berhati busuk sepertimu.”“Sayang, berilah dia kesempatan sekali lagi, mungkin kalau aku ada di posisi dia, aku akan lebih parah dari itu.”Jennie merasa bersalah kepada sekretaris suaminya karena dirinyalah, wanita itu dipecat.“Saya tahu. Tapi, saya tidak suka melihat orang yang telah

  • Pengantin Tuan Haidar   ( S2 ) Bab 156. Kamu Saya Pecat!

    “Hati-hati, Bos!”“Saya sudah jatuh, Biggie!" kesal Gara.“Ya udah ayo bangun!” Jennie membantu Gara yang tersungkur karena terkejut melihatnya masih bekerja sebagai office girl di kantornya sendiri.“Kenapa kamu ada di sini?” tanya Gara setelah bangun dan berdiri.“Aku kan masih kerja di sini, Bos,” jawab Jennie sambil tersenyum.“Tidak perlu kerja lagi, kamu tunggu saya pulang kerja saja di rumah!”“Aku bosan di rumah terus.”“Kamu bisa jalan-jalan atau belanja bersama Anisa atau Mommy. Kamu cari kegiatan lain, tapi jangan bekerja di sini!”“Kenapa? Kamu malu kalau sampai orang lain tahu kalau istri dari CEO Mannaf Group ternyata hanya seorang office girl?”“Bukan itu maksudnya. Saya hanya tidak ingin kamu kerja lagi. Kamu istirahat saja ya, biar saya yang mencari uang untuk kamu.”“Kontr

  • Pengantin Tuan Haidar   ( S2 ) Bab 155. Ambyar

    "Bukan apa-apa," jawab Jennie sambil berjalan keluar dari kamar."Biggie, saya yakin ada yang kamu sembunyikan.""Nggak ada. Besok kamu udah mulai kerja lagi, pasti pulangnya malam dan capek 'kan? Mana mungkin kita bisa bercanda seperti tadi lagi.""Saya akan meluangkan banyak waktu untukmu. Kamu tenang saja, kali ini saya tidak akan pulang malam."Jennie menghentikan langkah kakinya, lalu berbalik menghadap Gara."Jangan kayak gitu. Lakukanlah kegiatanmu seperti sebelumnya. Aku nggak mau menjadi pengganggumu, lagian kita 'kan bisa menghabiskan waktu seharian di akhir pekan."Gara tersenyum menanggapi ucapan istrinya. "Saya bersyukur mempunyai istri sepertimu."Pria yang memakai kaus berwarna putih dengan dipadukan celana panjang berwarna krem menggenggam tangan istrinya, lalu melanjutkan langkahnya menuju ruang makan.Mereka makan sambil suap-suapan yang membuat seisi rumah itu berbahagia melihat Tuan dan nona mudanya be

  • Pengantin Tuan Haidar   ( S2 ) Bab 154. Permainan Pengantin Baru

    Jennie juga melakukan hal yang sama seperti suaminya. “Aku juga mencintaimu.”Kedua pasangan pengantin baru itu sedang berbahagia. Mereka menghabiskan waktu di dalam kamar dengan bermain kertas gunting batu. Yang kalah akan menuruti perintah yang menang.“Kamu kalah suamiku,” kata Jennie sambil tertawa.“Apa yang harus saya lakukan?”“Buatkan aku jus jeruk!” titah Jennie.“Baiklah, saya akan melakuknanya.”“Tapi haus kamu yang membutanya, jangan menyuruh Bibi.”“Iya ….” Gara turun dari tempat tidur, lalu pergi ke dapur untuk membuatkan minuman sang istri.“Kapan lagi memerintah CEO,” kata Jennie sambil tertawa setelah suaminya keluar dari kamar. “Belum tentu aku bisa bersamanya terus,” lanjutnya dengan pelan. “Aku takut Mama tahu pernikahan ini?”Beberapa menit kemudian sang suami masuk den

  • Pengantin Tuan Haidar   ( S2 ) Bab 153. Benci

    Gara bangun dan berdiri. "Saya mau pakai baju dulu."Laki-laki tampan itu buru-buru masuk ke dalam kamar mandi.Jennie bangun dan terduduk sambil memerhatikan suaminya. "Katanya mau pakai baju, tapi kenapa malah masuk lagi ke dalam kamar mandi?" gumamnya."Kenapa adik saya bangun hanya karena saya menindihnya?" gumam Gara saat berada di bawah pancuran air. Berharap sang adik tenang dan kembali tertidur. "Kalau Biggie tahu, ini sangat memalukan."Setelah beberapa menit Gara keluar dari kamar mandi dan langsung pergi ke ruang ganti. Laki-laki itu menghampiri istrinya setelah berpakaian."Lehermu tidak apa-apa 'kan?" Gara duduk di samping istrinya . "Maafkan saya ya!"Jennie memiringkan duduknya menghadap sang suami. "Gara, apa kamu sadar saat tadi kamu bilang kalau kamu mencintai saya?"Bukannya menjawab laki-laki tampan itu malah menyentil kening istrinya dengan keras."Sakit, Garangan!" Jennie mengusap-usap keningnya samb

  • Pengantin Tuan Haidar   ( S2 ) Bab 152. Pengakuan Gara

    "Apa kamu mencoba menukar keperawananku dengan motor ini?"“Kamu itu istri saya, kenapa kamu berbicara seperti itu kepada suamimu?”Gara tersinggung dengan ucapan istrinya karena dia menyiapkan motor itu setelah resmi menjadi suami Jennie.Ia hanya ingin memfasilitasi istrinya supaya wanita yang telah sah menjadi pendamping hidupnya itu bisa aman berkendara dengan motor barunya karena motor lamanya sudah tidak layak pakai."Bukannya kamu bilang nggak mau melakukannya kalau aku belum siap? Kalau ngomong tuh jangan asal keluar terus dilupain, kayak kentut aja.”Gara menatap istrinya dengan tatapan tajam, lalu pergi meninggalkan wanita itu. Ia kembali ke kamar dan langsung berendam air hangat untuk melemaskan otot-ototnya.“Kenapa saya selalu lupa dengan apa yang saya ucapkan padanya. Saya pasti terlihat seperti laki-laki bodoh yang plin plan,” ucapnya sambil menengadahkan kepalanya dengan tangan bersandar pa

  • Pengantin Tuan Haidar   ( S2 ) Bab 151. Motor Butut

    "Bukannya kamu rindu dengan keluargamu," sahut Gara sambil berjalan menghampiri istrinya."Mereka ada di mana?" tanya Jennie tanpa mengalihkan pandangannya pada layar ponsel. Ia tersenyum bahagia saat melihat adik satu-satunya."Di rumah keluarga barunya. Ibu kamu sudah menikah lagi dan mereka hidup bahagia bersama adikmu.""Kenapa Mama nggak bilang sama aku kalau mau menikah? Kenapa Mama melupakanku?"Gara mencengkram dagu istrinya dengan lembut. "Hey, Cantik! Apa kamu memberitahu ibumu kalau kamu sudah menikah dengan saya?""Benar juga," sahutnya. "Tapi, aku punya alasan sendiri kenapa nggak bilang sama Mama." Jennie menepis tangan suaminya."Ibu kamu juga punya alasan sendiri.""Kamu tahu dari mana?""Jangan lupakan siapa suamimu ini?""Maaf, aku lupa soal itu," jawabnya sambil melirik dengan sinis suaminya."Jangan bersedih!" Gara membelai lembut rambut sang istri yang tergerai indah."Kenapa dia

  • Pengantin Tuan Haidar   ( S2 ) Bab 150. Sebuah Rekaman

    “Ya saya ingin merekam suara kamu,” jawab Gara pelan sambil tersenyum.“Sejak tadi kamu udah denger ‘kan, apa yang aku katakan?” tukas Jennie yang dijawab dengan anggukkan kepala oleh suaminya. “Kamu memang menyebalkan Gara.”Jennie menggelengkan kepala sambil menggeser duduknya membelakangi sang suami. “Kena kutukan apa aku ini? Bisa-bisanya jatuh cinta kepada laki-laki seperti dia. Laki-laki narsis, dingin, angkuh, dan sangat menyebalkan."“Salah saya apa? Saya hanya ingin merekam suara kamu, itu aja. Saya ingin menyimpannya sebagai pengingat kalau saya sedang merindukanmu.”Jennie menoleh pada suaminya, lalu berkata, “Salah kamu apa? Astaga, ini CEO punya otak apa nggak sih? Tensi darahku bisa naik ini." Jennie menarik napas dalam-dalam, lalu mengembuskannya perlahan. "Aku harus tetap menjaga kewarasanku," ucapnya sambil mengipasi wajah menggunakan telapak tangan."Biggie, saya ha

DMCA.com Protection Status