Share

70. Pertengkaran

Penulis: Aprillia D
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-10 09:00:00
"Citra!" Atala mengetuk pintu kamarnya pelan setelah eyang masuk ke kamar. Berharap Citra membukakannya pintu.

Tapi selama beberapa detik sejak dia memanggil nama gadis itu, Citra tak kunjung keluar. Bahkan tidak terdengar pergerakan atau suara sama sekali dari dalam sana. Sedang apa gadis itu di dalam sana? Mungkinkah sedang tidur? Atau sedang melamun? Atau malah sedang menangiskan pacarnya itu? Atau mungkin juga gadis itu marah dengannya?

Dugaan terakhir itu membuat Atala takut. Dia pun tak menyangka Citra akan semarah itu padanya gara-gara tindakannya tadi. Lalu apa yang harus dia lakukan sekarang?

"Citra!" Atala terus saja memanggil. Tapi pintu kamarnya juga tak kunjung terbuka. Atala tahu dia harus lakukan hal yang tak biasa agar gadis itu mau membuka pintunya. "Hei, Sayang, aku mau mandi, nih, mau ambil baju di lemari, buka dong!" Atala bersandiwara, jaga-jaga kalau eyang dengar.

Terbukti, tak lama kemudian pintu terbuka dan menampakkan tubuh mungil gadis itu. "Hai?" Atala tersen
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Pengantin Remaja: Dijodohkan dengan Pewaris Tahta    71. Jatuh Cinta?

    Dentingan petikan gitar yang merdu terdengar di sekitar kolam renang itu, menemani malam Atala. Lelaki itu duduk menggantung, membiarkan setengah kakinya tercelup dinginnya air kolam. Lalu bersenandung pelan sambil memejamkan mata. Dia begitu menghayati lirik lagu yang dia nyanyikan. Dia menghibur diri dengan bernyanyi.Citra masih kecewa dengan sikap Atala sampai berhari-hari kemudian, dia bahkan mendiamkan lelaki itu.Dan entah kenapa, Atala tidak terbiasa dengan itu, dia amat sangat tidak nyaman dengan perlakuan Citra yang demikian.Dulu mereka selalu saling bicara, meskipun bertengkar. Sekarang malah saling diam. Rasanya bertengkar lebih baik asal mereka saling bicara dari pada begini.Meski telah menyibukkan diri dengan kegiatan daftar ulang di kampus, Atala tetap merasa tidak baik-baik saja, kesibukannya tak mampu mengalihkan pikirannya tentang sikap cewek itu.Atala tak menyangka, sikapnya kemarin membuat Citra jadi begitu marah padanya. Dan dia menyesal. Tapi Atala lebih tidak

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-10
  • Pengantin Remaja: Dijodohkan dengan Pewaris Tahta    72. Kedinginan

    Sejak hari itu hubungan Citra dan Atala kembali seperti semula. Mereka tidak saling mendiamkan lagi. Meskipun mereka sering bertengkar seperti biasanya.Sementara itu hubungan Citra dengan Dimas pun sudah membaik.Mereka pun kembali sibuk dengan rutinitas masing-masing. Atala yang sibuk dengan kegiatan di kampusnya, Citra sibuk belajar soal tes masuk perguruan tinggi untuk persiapan tahun depan, dan Dimas sibuk dengan kuliahnya sebagai mahasiswa kedokteran.Hingga suatu hari, sesuatu terjadi.Malam itu hujan turun deras dari sejak sore. Citra hanya mengurung diri di kamar seharian. Menghangatkan diri dengan AC suhu hangat. Dan waktu itu Atala sedang tidak di rumah, dia sedang kuliah di kampusnya. Atala menghadiri kelas pagi, harusnya sore hari Atala sudah pulang, tapi hari itu sampai malam, Atala tak kunjung pulang. Dan Citra tak mau ambil pusing soal itu. Dia tidak mau memikirkan kenapa Atala belum juga pulang hingga malam. Dia pun tak mencoba menghubungi suaminya lebih dulu.Sampai

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-10
  • Pengantin Remaja: Dijodohkan dengan Pewaris Tahta    73. Janji

    "Teh hangatnya lama banget, sih." Dia menoleh ke arah dapur. "Sarti!!""Iya, Non, sebentar!" Sarti menyahut dari dalam. Tak lama kemudian gadis itu keluar dengan membawa secangkir teh hangat. "Ini, Non." Citra menerima teh hangat itu dari tangan Sarti. "Makasih, ya." Lalu meminumkannya ke Atala. "Nih, minum dulu."Lelaki itu pun menurut. Menyeruput teh hangat itu pelan-pelan hingga setengah. Setelahnya Citra meletakkan cangkir tersebut di atas meja. Kembali fokus pada Atala yang masih saja kedinginan."Masih dingin, ya?" Citra memberanikan diri menyentuh dahi lelaki itu dengan jemarinya. Dan meringis kala merasakan dahi Atala dingin seperti mayat. Lalu dia memegang kedua bahu Atala yang tak beralas. Sama, tubuh Atala terasa dingin seperti mayat."Duh gue harus lakuin apa, dong?" Di tengah kebingungannya, Citra mencoba membantu menghangatkan Atala dengan menggosokkan kedua permukaan telapak tangannya hingga menimbulkan panas. Lalu kedua telapak tangannya yang panas itu di tempel di k

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-11
  • Pengantin Remaja: Dijodohkan dengan Pewaris Tahta    74. Atala Sakit

    "Kenapa Atala bisa sakit?" Citra yang saat ini mondar-mandir di ruang tamu sambil menempelkan ponsel di telinganya, menjawab. "Itu, Pa. Semalam Atala pulang hujan-hujanan. Ya mungkin karena itu dia jadi demam."Karena bingung harus berbuat apa, Citra memutuskan menelepon papa mertuanya untuk mengabarkan kondisi Atala yang sakit."Kenapa dia bisa pulang hujan-hujanan? Memangnya nggak pakai mobil?""Mobilnya mogok, Pa, jadi Atala tinggalin gitu aja, dan dia milih naik ojek hujan-hujanan," jelas Citra mengingat cerita suaminya tadi malam. Ya, sebelum tidur, Atala sempat bercerita mengenai kenapa dia bisa pulang hujan-hujanan.Terdengar helaan napas panjang di seberang. "Panas banget badannya?" "Panas banget, Pa," jawabnya kemudian."Selain panas apa lagi?""Cuman panas, sih, Pa. Nggak ada gejala lain kayak pilek, batuk gitu nggak.""Hubungin dokter saja kalau gitu. Papa punya nomor dokter langganan yang biasa nanganin Atala sakit dulu. Nanti Papa kirim ke kamu, kamu suruh datang ke rum

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-11
  • Pengantin Remaja: Dijodohkan dengan Pewaris Tahta    75. Atala Sakit (2)

    "Sudah lama Atala nggak demam begini lagi. Terakhir waktu dia lulus SMA.""Oh iya, Pa? Lama juga ya, Pa.""Iya. Karena Papa selalu suruh Atala minum vitamin buat jaga daya tahan tubuhnya. Papa nggak bisa mengurusinya sendiri kalau dia lagi demam. Makanya Papa nggak mau dia sakit. Momen Atala sakit ini membuat Papa selalu kepikiran." Johan menepati janjinya untuk datang menjenguk anaknya yang sakit. Kini mereka duduk mengelilingi kasur Atala.Citra menatap papa mertuanya yang duduk di hadapannya kini. Lalu dia melirik Atala yang masih tidur di kasur. "Atala ... selama ini ... selalu minum vitamin kok, Pa." Entahlah, Citra pun tak tahu apakah lelaki itu masih minum vitamin atau tidak. Kalimat itu dia katakan agar Papa tidak curiga. "Cuman memang semalam hujannya lagi deras dan memang lagi waktunya Atala kena musibah." Citra kembali menatap papa mertuanya. "Yang sabar, ya, Pa. Tadi dokternya bilang nggak apa-apa, kok. Mungkin besok atau lusa Atala udah sembuh."Papa Johan yang menatap waj

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-11
  • Pengantin Remaja: Dijodohkan dengan Pewaris Tahta    76. Sepi

    Setelah makan dan minum obat yang dilayani oleh Citra, Atala kembali tidur. Meski masih hangat, tapi Atala merasakan tubuhnya sudah lebih baik daripada tadi malam. Tubuhnya tidak lagi merasakan tak nyaman yang sulit dijelaskan.Sebenarnya pun Atala belum mau tidur, tapi efek yang terdapat dalam kandungan obat yang diminumnya, Atala jadi tertidur.Karena lelaki itu tidur, Citra memilih meninggalkannya. Gadis itu lalu masuk ke kamarnya dan belajar. Namun, saat dia tengah belajar, pikirannya tidak sepenuhnya konsentrasi pada pelajaran itu. Dia memikirkan Atala yang sakit. Juga memikirkan ucapan-ucapan Papa. Wajah Atala yang dia suapkan makan tadi terus saja membayangi."Arghh!!" Citra yang merasa sulit fokus langsung menutup bukunya. Dia meletakkan buku itu ke atas meja belajarnya. "Atala kan udah mendingan, udah makan, udah minum obat juga kan? Papa udah datang. Sekarang dia lagi tidur. Jadi ya udah nggak ada yang perlu gue pikirin." Tapi Citra tetap merasa ada yang aneh. Tapi apa, ya?

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-11
  • Pengantin Remaja: Dijodohkan dengan Pewaris Tahta    77. Kangen?

    Sejak Atala sakit, setiap tiga jam sekali, Citra menjenguk Atala di kamarnya. Dia ingin memastikan kapan lelaki itu sembuh. Dan dia ingin Atala segera sembuh.Kadang dia menemukan lelaki itu sedang tidur, kadang pula dia menemukan Atala sadar dan dia mencoba mengajak lelaki itu bicara tentang suatu hal.Seperti saat ini."Gue perhatiin lo rajin jengukin gue, kenapa? Kangen, ya?"Entah sejak kapan, Atala mulai suka menggodanya seperti itu.Dan tidak seperti biasa, Citra yang biasanya menanggapi pertanyaan semacam itu dengan kesal, kini malah terlihat santai saja. Gadis itu bahkan tersenyum membuat Atala bertanya-tanya dalam hati."Gue cuman nungguin kapan lo sembuh," jawab gadis itu akhirnya."Memangnya kenapa?""Ya masak lo sakit terus kan? Lo harus sembuh, dong. Biar Papa nggak kepikiran," jawab Citra.Atala yang berbaring sejak tadi, tersenyum tipis. "Biar Papa nggak kepikiran atau biar lo yang nggak kepikiran?"Nah, kan? Atala lagi-lagi bicara seperti itu."Ih, apaan, sih?" Citra me

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-12
  • Pengantin Remaja: Dijodohkan dengan Pewaris Tahta    78. Perhatian Untuk Atala

    Pagi itu sekitar setengah delapan Citra ingin menyiapkan sarapan untuk Atala. Dia ingin kali ini dia yang membuatkan bubur ayam untuk suaminya. Namun, gadis itu tersenyum melihat semangkok bubur ayam itu sudah tersedia di atas nampan di meja makan."Eh, Non Citra mau sarapan?" Tiba-tiba Bi Rahma bertanya. "Enggak, Bi."Lalu pandangannya beralih pada semangkok bubur ayam dan segelas air putih di atas nampan itu. "Itu buat Atala, ya, Bi?" Harusnya dia tak perlu bertanya lagi karena sudah dua hari belakangan ini Bi Rahma selalu menyiapkannya untuk Atala. Hanya saja dia ingin berbasa-basi."Iya, Non. Non kalau mau sarapan, buburnya ada tuh udah siap semua. Tinggal nikmati saja. Bibi sekarang mau bawakan sarapan buat Tuan Atala. Biar nanti dia bangun bisa langsung makan," terang Bi Rahma yang kemudian hendak mengangkat nampan itu. Namun, Citra menginterupsi."Eh, Bi, biar aku aja yang kasih." Citra memegangi nampan itu."Nggak pa-pa, Non?" Bi Rahma menatapnya ragu."Nggak pa-pa, Bi.""Seri

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-12

Bab terbaru

  • Pengantin Remaja: Dijodohkan dengan Pewaris Tahta    140. Senja Cafe

    Keesokan harinya. Senja Cafe mulai beroperasi. Seperti namanya, Senja Cafe mulai buka pada sore hari menjelang magrib.Ketika para karyawan sudah bersih-bersih dan siap untuk berbuka, Citra memotret kafe mereka dari kejauhan dan menge-post-nya di sosial medianya. Memberitahu orang-orang bahwa mulai hari ini kafenya sudah buka.Malam harinya, kafe itu ramai pengunjung berdatangan. Sebenarnya Citra tak heran. Karena sebelumnya pun mereka sudah melakukan grand opening dan diliput banyak wartawan. Maka, tak heran sudah banyak yang tahu tentang kafe mereka. Citra hanya membayangkan seandainya dia membuka franchise dari dulu waktu dia masih SMA, pasti pengunjungnya tak akan langsung seramai ini, tak akan semudah ini. Semua ini juga pakai modal yang tidak sedikit. Citra jadi teringat ucapan suaminya tempo hari." .... Franchise itu cocok buat pembisnis pemula kayak kita. Kayak kamu yang pengin nyoba dunia bisnis. Franchise itu mudah sebenarnya ngejalaninnya. Jadi misal pengin bisnis tapi b

  • Pengantin Remaja: Dijodohkan dengan Pewaris Tahta    138. Manis

    "Aku bisa banget ngerasain kekecewaan Papa," ungkap Citra begitu mereka masuk ke dalam kamar. Kata-kata yang sejak tadi tertahan dan ingin dia ungkapkan pada suaminya itu. Citra marah, bahkan dia bicara membelakangi suaminya. Dia kesal kenapa bisa-bisanya surat perjanjian itu ditemukan orang lain. Kenapa Atala bisa seceroboh itu."Iya aku juga tahu," sahut Atala yang duduk di pinggir kasurnya."Aku juga tahu aku juga tahu." Citra mengajukan nada bicara Atala, wajahnya terlihat mengejek.Mendengar itu Atala menoleh menatap istrinya yang masih membelakanginya itu dengan heran. Citra lantas berbalik badan. "Bisa-bisanya, sih, kamu teledor soal surat perjanjian itu? Kemana kamu simpan selama ini? Kenapa Nuri bisa menemukannya?" Citra melotot menatap Atala. Detik itu Atala tahu kalau gadis itu marah. "Kok kamu jadi marah-marah?""Ya, aku kesal. Kenapa bisa-bisanya surat perjanjian itu sampai ditemukan orang lain. Kalau seandainya Papa nggak menemukannya, semuanya nggak akan kayak gini. P

  • Pengantin Remaja: Dijodohkan dengan Pewaris Tahta    137. Kekecewaan Papa

    "Papa kecewa sama kalian." Atala bisa melihat bagaimana kecewanya papa. Hal itu terlihat dari tatapan mata papanya. Citra pun merasakan hal yang sama. "Terutama kamu, Citra." Citra terkejut mendengarnya. "Kalau Atala berbohong dan membuat perjanjian seperti itu mungkin Papa bisa memaklumi. Tapi kamu? Kamu juga menyetujui perjanjian itu, Citra? Kamu udah bohongin Papa padahal Papa sangat percaya sama kamu. Pantas saja waktu itu ...." Papa terdiam, mengingat percakapannya dengan menantunya itu tempo hari. Di mana dia meminta Citra mengubah perilaku Atala, tapi Citra malah tidak yakin. Sekarang Johan baru tahu kenapa waktu itu Citra tidak yakin. "Pantas apa, Pa?" tanya Atala kemudian. Papa Johan malah menggeleng. Dan mengusap wajahnya. Citra menatap Papa dengan pandangan berkaca-kaca. Sakit hatinya mendengar perkataan papa yang terdengar begitu kecewa. Citra mengerti kekecewaan papanya. "Maafin, aku, Pa," lirih Citra mengusap air mata di pipinya. Atala menoleh, me

  • Pengantin Remaja: Dijodohkan dengan Pewaris Tahta    136. Terbongkar

    Beberapa hari yang lalu. Hari itu pada acara grand opening Senja Cafe Atala. Johan terlihat asyik mengobrol bersama koleganya yang juga datang di acara itu sambil menikmati kopi Senja Cafe. Namun, tiba-tiba sebuah pesawat kertas menghampiri dan jatuh tepat di bahunya membuatnya menoleh. Pesawat kertas itu kemudian jatuh ke lantai. Belum sempat dia mencerna apa yang terjadi, seorang gadis kecil berlari menghampiri, memungut pesawat kertas itu. "Eh, Nuri ... hati-hati, dong, mainnya ...." Seorang wanita datang menghampiri dan menegurnya. "Kena opa, tuh. Minta maaf dulu sama Opa." Gadis kecil itu menatap Johan yang tengah duduk di kursinya sambil memegangi pesawat kertasnya. "Opa, maaf, ya." Alih-alih marah, Johan tersenyum melihat gadis kecil itu. "Its okay." Dia kenal gadis kecil bernama Nuri itu. Anak itu adalah anak Shinta, kakaknya Citra. Jadi Nuri itu keponakannya Citra juga. Gadis kecil itu lalu tersenyum malu-malu. "Maaf, ya, Pak." Sang ibu terlihat tak nyaman. "Ngga

  • Pengantin Remaja: Dijodohkan dengan Pewaris Tahta    135. Surat Perjanjian yang Ditemukan

    Sebelum menemui papa, Citra kembali masuk ke kamar untuk memberitahu suaminya. "Atala, ada Papa di luar." Atala yang masih berbaring santai di atas kasur menanggapi dengan santai. "Temuin, dong." "Menurut kamu kenapa Papa datang ke sini? Mendadak lagi." Bukannya langsung menemui papa, Citra malah bertanya. Atala pun bangun dari pembaringannya. "Emangnya Papa nggak boleh datang ke rumah kita?" "Bukan gitu. Tadi Bi Rahma bilang wajah Papa kayak tegang gitu, kayak marah. Aku takut kalau Eyang udah ngadu sama Papa tentang--" "Kamu temuin Papa aja belum udah mikir ke mana-mana," potong Atala yang membuat Citra langsung terdiam. Wajah Atala begitu terlihat tak suka. Citra merasa dia sudah salah bicara. "Maksud aku tuh ...." Atala lalu berdiri, berjalan keluar kamar. "Biar aku aja yang temui Papa." Citra menghela napas. Gadis mengenakan daster itu memutuskan mengikuti suaminya, menemui papa juga. Waktu Citra keluar, dia mendengar percakapan papa mertua dan suaminya itu sudah seten

  • Pengantin Remaja: Dijodohkan dengan Pewaris Tahta    134. Mencari Solusi

    "Atala, kita nggak bisa diam aja. Kita harus cari cara gimana caranya biar Eyang percaya lagi. Aku nggak bisa kaya gini. Aku nggak mau Eyang marah sama aku!" Citra menggeleng. Perasaannya cemas luar biasa. Ingin rasanya dia melakukan apa pun, tapi saat ini dia benar-benar buntu, tak ada ide lagi untuk membujuk eyang. Wajah eyang putri yang kecewa bahkan masih terbayang-bayang di benaknya. Berhari-hari mereka memikirkan solusi masalah itu bagaimana caranya agar eyang percaya sama mereka. Atala dan Citra bahkan juga sudah menelepon eyang putri, tapi eyang tak merespons. Atala yang kini bersandar di kepala kasurnya malah tersenyum miring, terlihat santai saja. "Aku tahu gimana caranya." Mendengar itu, Citra menatap suaminya ingin tahu. "Gimana?" "Kita harus buktiin ke Eyang kalau kita udah tidur bareng. Kamu harus cepat-cepat hamil. Kita harus rajin-rajin." Atala mengangkat kedua alisnya. "Rajin-rajin apa?" Citra tak mengerti. "Atala yang serius, dong." "Rajin-rajin itu masak

  • Pengantin Remaja: Dijodohkan dengan Pewaris Tahta    133. Niat Bercerai?

    Pasca malam pertama itu, hubungan Atala dan Citra semakin harmonis saja. Mereka bahkan melakukan hubungan suami-istri nyaris setiap hari, bahkan mereka juga melakukannya di siang hari saat keduanya tidak ada kesibukan. Hal itu membuat Citra jadi sering menghabiskan waktu di kamar Atala. Bi Rahma seringkali mendapati Citra keluar dari kamar Atala. Citra tahu mungkin ART-nya itu berpikir yang aneh-aneh tentangnya. Meskipun begitu Citra tetap tak mau mereka tahu bahwa dia dan Atala sudah melakukan malam pertama.Karenanya hari itu semua pakaian yang kotor akibat malam pertama itu seperti selimut yang telah dia jadikan handuk, atau seprai yang terkena noda darah dan juga piyamanya dia cuci sendiri menggunakan tangan. Dia mencucinya di kamar mandi Atala. Dia tak mau membawa pakaian kotor itu keluar, tak ingin menimbulkan kecurigaan. Karena dia tahu, para ART-nya itu tak akan membiarkannya mencuci sendiri.Ketika tugasnya mencuci sudah selesai, dia meminta Atala untuk menjemurnya di tempa

  • Pengantin Remaja: Dijodohkan dengan Pewaris Tahta    132. Pagi Harinya

    Suara burung yang merdu terdengar nyaring, menembus ruang kamar Atala yang kedap. Cicit burung yang terdengar samar membuat Citra membuka matanya perlahan.Yang pertama kali dia lihat adalah plafon kamar yang amat dia kenali. Gadis itu lalu mengerjap-ngerjap dan melirik tubuhnya yang berbungkus selimut. Tangan kekar yang amat dia kenali menindih tubuhnya. Citra membelalak dan spontan menoleh ke samping. Awalnya lagi-lagi dia terkejut. Tapi dia terdiam sebentar, berpikir, sebelum akhirnya sadar apa yang terjadi, apa yang dia lakukan tadi malam. Mengingat kejadian itu, Citra tersenyum malu. Dia sampai menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya. Ternyata begini rasanya bercinta. Citra melirik jam yang sudah menunjukkan pukul enam. Lantas dia mengusap tangan suaminya di atas perutnya. "Sayang, bangun udah pagi," bisiknya.Bukannya bangun, Atala hanya bergumam dan semakin mempererat pelukannya di tubuh istrinya.Citra tersenyum. "Serius masih mau tidur?""Hmm." Atala bergumam tidak

  • Pengantin Remaja: Dijodohkan dengan Pewaris Tahta    131. Malam Pertama

    "Aku mau bilang sama kamu kalau aku ... bahagia banget hari ini." Citra tersenyum mengungkapkan isi hatinya pada suaminya itu. Gadis itu berbicara menghadap jendela, menatap gorden. Dan Atala di belakangnya, memandangnya dengan heran. Namun, ketika Atala sudah mendengar ungkapan dari istrinya itu, Atala pun mengerti dan tersenyum. "Bahagia kenapa memangnya?" tanyanya kemudian. Citra spontan berbalik, mendapati Atala sudah mengenakan baju kaos putih dan celana pendek. Gadis itu lalu berjalan mendekati suaminya. Berhenti ketika jarak tubuh mereka hanya beberapa senti. "Ya, bahagia karena kamu udah wujudin mimpi-mimpi aku." "Mimpi bangun kafe?" "Selain itu kamu juga menghargai aku. Kamu baik banget sama aku." Citra masih tersenyum. "Hmm ...." Atala mengangguk-angguk. "Jadi ke kamar aku cuman mau bilang itu? Kayak penting banget." "Itu penting buat aku. Dan karena kamu udah baik banget sama aku ...." Citra lalu mengelus dada bidang Atala yang berbungkus kaos tipis, hingga b

DMCA.com Protection Status