Share

104. Kabar Baru yang Mengejutkan

Penulis: Aprillia D
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-25 14:30:04
Citra pamit pada Atala untuk mengantar eyang putri ke rumah Kak Shinta. Selagi Citra pergi, Atala memanfaatkan kesempatan itu untuk menelepon papanya, seorang diri, di kamar, duduk di atas kursi roda, menghadap taman yang terlihat dari jendela kamarnya.

"Papa," panggil Atala begitu telepon tersambung.

"Bagaimana keadaanmu, Nak?" Suara papa terdengar ramah.

"Aku udah mendingan, Pa," jawab Atala. "Sekarang aku udah di rumah, rawat jalan di rumah."

"Syukurlah kalau begitu. Jaga diri, ya, Atala. Baik-baik saja di rumah, jangan ke mana-mana dulu. Jangan keluar rumah dulu. Masalahnya belum sepenuhnya beres," jelas papa yang semakin menimbulkan kecurigaan bagi Atala.

"Iya, Pa. Oh iya, Pa, aku mau tanya sesuatu sama Papa."

"Tanya apa?"

"Papa kenal dengan orang yang namanya Galang?'

Senyap. Tak terdengar sahutan dari papa. Atala jadi yakin papa pasti mengenal orang yang bernama Galang itu. Dan Galang bisa terdeteksi karena papa. Tapi bagaimana bisa? Sungguh semuanya membuatnya makin penasaran.
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Pengantin Remaja: Dijodohkan dengan Pewaris Tahta    105. Pertama Kali Bertemu

    Satu Tahun Lalu.Malam itu, Atala dan Rani menghabiskan waktu di club dengan mengobrol dan menikmati sebotol Vodka.Namun, waktu itu Atala belum mabuk. Dia masih sadar dan asyik tertawa-tawa dengan pacarnya ketika tiba-tiba seorang pria tidak dikenal duduk di sebelahnya, di meja bar.Awalnya Atala pikir lelaki itu pengunjung yang ingin memesan minuman. Namun, tanpa diduga, lelaki asing itu menepuk pundaknya seakan menyapa.Atala pun menoleh heran."Halo, Bro," sapanya sok akrab.Atala semakin mengernyitkan dahi. Sambil memperhatikan lelaki di hadapannya ini hingga ujung kaki. Rambutnya lurus pendek, matanya sipit, hidungnya agak mancung, berkumis dan agar brewokan.Memakai jaket kulit coklat dan celana jins. Walau dia berpenampilan seperti anak muda. Atala tahu perawakannya menunjukkan berapa umurnya. Yang pasti tak semuda dirinya."Hai," jawab Atala akhirnya.Rani di sebelah Atala yang tidak tahu menahu diam saja sambil menikmati minumannya."Kenalin nama gua Galang." Pria asing itu

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-09
  • Pengantin Remaja: Dijodohkan dengan Pewaris Tahta    106. Martabak Murahan?

    Citra mengambil sepotong martabak dan memakannya. Rasanya sama seperti yang ada dalam pikirannya. Sama seperti martabak yang dia makan selama ini. "Hmmm enak. Nih, coba." Dia mengulurkan martabak itu pada suaminya.Atala malah menggeleng."Kenapa nggak mau. Enak loh.""Lo belinya di mana sih?" tanyanya kemudian."Di mamang gerobak pinggir jalan," jawab Citra santai sambil menikmati potongan martabak di tangannya."Apa?" Atala melotot."Lebay deh lo, kenapa, sih?""Harganya berapa?" tanyanya lagi."Ini udah yang paling spesial, ya. Harganya empat puluh ribu.""Murang banget."Citra menatap Atala tak percaya. "Murah banget? Ini udah yang paling mahal. Ada lagi yang paling murah tuh dua puluh ribu."Atala menggeleng. "Enggak enggak enggak. Gue nggak pernah makan martabak semurah ini.""Emang biasanya lo makan martabak yang kayak gimana?""Gue tuh biasanya belinya di tempat khusus jual martabak. Yang legendaris gitu atau di restoran gitu. Terus harganya rata-rata di atas seratus ribu. Ras

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-09
  • Pengantin Remaja: Dijodohkan dengan Pewaris Tahta    107. Cara Hidup Sederhana

    "Sebelum tidur lo minum obat dulu, yah." Setelah puas menikmati martabak manis sampai perutnya kenyang, waktunya mereka tidur. Sebelum tidur, Atala harus minum obat dulu.Citra melayaninya. Membuka bungkus obat Atala dan melayani lelaki itu meminum obatnya satu per satu.Setelah selesai, Citra bersiap mendorong kursi rodanya menuju kamar. Citra bahkan menuntun Atala turun dari kursi roda dan membaringkan tubuh berat lelaki itu ke atas kasur.Lengan dan kaki Atala masih dipenuhi perban. Dia bahkan belum bisa mandi seperti keadaan normal. Dia hanya di lap dengan kain basah, Bi Rahma yang bertugas memandikannya."Pakai selimut." Citra menarikkan selimutnya hingga menutupi setengah badan lelaki itu."Makasih udah perhatian sama gue," ucap Atala sambil tersenyum di pembaringannya.Citra juga balas tersenyum. "Sama-sama." Ketika Citra hendak berbalik badan. Atala justru memegang lengannya membuat pergerakan gadis itu tertahan.Citra pun berbalik. "Kenapa?""Mau ke mana?"Citra mengernyit. "

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-09
  • Pengantin Remaja: Dijodohkan dengan Pewaris Tahta    108. Nyanyian Untuk Citra

    Hari-hari terus berlalu. Semakin hari Atala menunjukkan kesembuhan yang signifikan. Dan selama itu Citra lah yang merawatnya hingga dia sembuh. Menciptakan banyak momen berkesan di benak Atala. Hal itu membuatnya jadi semakin ingin memiliki gadis itu seutuhnya.Hari itu teman-teman Atala seperti Tristan, Romi dan Tasya berdatangan ke rumah untuk menjenguk keadaan Atala."Seperti yang kalian lihat, Gaes, keadaan gue baik-baik aja. Gue udah sembuh sehat wal'afiat," jelas Atala ketika mendengar temannya terlihat begitu mengkhawatirkannya, dan agak tidak yakin apakah dia sudah benar-benar sembuh."Alhamdulillah kalau begitu," sahut Tasya. "Gue syok banget waktu dengar Citra bilang lo dikeroyok sampai masuk ke rumah sakit. Maaf juga waktu itu gue nggak sempat jenguk lo di rumah sakit.""Santai aja," tanggap Atala."Umur lo memang panjang, La," sahut Romi kemudian. "Dulu aja pernah tawuran beberapa kali, juga masih hidup aja nyawanya. Mentok-mentok cuman jahit di bagian lengan.""Memangnya

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-09
  • Pengantin Remaja: Dijodohkan dengan Pewaris Tahta    109. Tragedi di Kafe

    Seminggu setelah kesembuhannya, Atala kembali menjalankan rutinitas hariannya seperti berkuliah dan mengerjakan tugas. Kali ini dia lebih semangat. Semangat melanjutkan kuliahnya agar cepat selesai dan bisa bekerja di perusahaan papa. Iya, dia sudah bertekad tak akan menyia-nyiakan waktu lagi. Walau kadang dia merasa berat dan tertekan dengan perubahan ini.Siang itu sepulang dari kampus, Atala mengajak Citra jalan-jalan. Citra yang waktu itu telah menyadari perasaannya terhadap Atala setuju saja. Rencananya mereka akan ke Sunset Cafe lagi. Tapi Citra yang menyarankan sebaiknya mereka cari kafe lain saja. Karena dia bosan ke Sunset Cafe terus. Atala menyetujui. Citra memilih kafe itu karena kafe itu adalah kafe langganannya dengan Dimas. Jadi dia sudah tahu seluk beluk dan bagaimana rasa aneka minuman di sana. Tapi Citra tak bilang kalau kafe itu adalah kafe langganannya dengan Dimas pada Atala karena takut lelaki itu cemburu. Citra pun yakin mengajak Atala ke sana karena dia tahu h

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-10
  • Pengantin Remaja: Dijodohkan dengan Pewaris Tahta    110. Ketahuan Selingkuh

    Citra melihat Dimas, pacarnya, sedang duduk di kursi belakang Atala. Dia tak sendiri. Dia bersama seorang perempuan. Mereka tampak asyik mengobrol dan tertawa sambil sesekali Dimas menciumi kepala perempuan itu. Citra yakin perempuan itu bukan keluarganya. "Dimas selingkuh."Atala yang melihat itu ikut tegang. Juga tak percaya dengan apa yang dia lihat. Lelaki itu pun mulai panik dan spontan berdiri saat melihat Citra mulai berdiri dari duduknya dan mendatangi meja Dimas. Atala memperhatikan reaksi Citra dalam kekhawatiran."Oh jadi ini yang katanya sibuk ngerjain tugas di rumah?" ucap Citra yang sudah berdiri di samping Dimas. Bisa ditebak apa yang terjadi selanjutnya? Dimas sontak menoleh dan membelalak, terkejut melihat keberadaan pacarnya yang mungkin tak dia sangka-sangka. Sementara gadis di sampingnya sudah pucat pasi, diam menatap lurus ke meja."Citra? Kamu ada di sini juga?" Dimas lalu melirik Atala yang sudah berdiri di belakang Citra."Kenapa kaget liat aku? Nggak nyangk

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-10
  • Pengantin Remaja: Dijodohkan dengan Pewaris Tahta    111. Kesedihan Citra

    Sepanjang perjalanan pulang, Citra menangis sedih. Sejak tadi gadis itu hanya duduk diam melempar pandang keluar jendela mobil sambil mengingat kejadian di kafe tadi seiring dengan air mata yang keluar deras. Gadis itu menangis dalam diam. Dia sungguh tak percaya Dimas tega berkhianat.Dan percakapannya dengan Dimas itu."Kamu tahu apa alasan aku melakukan ini? Kamu minta aku untuk setia, untuk selalu baik dan selalu meyakinkan aku untuk tetap bertahan demi mencapai cita-cita bersama. Sementara kamu sendiri udah menikah dengan orang lain, Citra. Kamu setiap hari menghabiskan waktu bersama suami kontrakmu itu tanpa tahu bagaimana aku menahan perasaan dan bersabar menunggu saat perpisahan itu tiba.""Tapi kamu tahu kan pernikahan aku itu terpaksa dan cuma sementara! Dari awal kamu udah tahu!" "Aku nggak bodoh, Citra. Aku tahu hatimu udah terbagi dengan dia. Kamu minta aku untuk setia menunggu sementara kamu dengan yang lain. Kamu pikir itu adil buat aku? Lalu ketika aku mencoba mencari

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-10
  • Pengantin Remaja: Dijodohkan dengan Pewaris Tahta    112. Berusaha Menghibur Citra

    "Gue harus lakuin apa biar lo nggak nangis lagi? Harus berapa kali sih gue bilang jangan tangisin laki-laki brengsek kayak Dimas itu." Sejak tadi Atala berusaha menghibur dan menghilangkan kesedihan istrinya itu. Dia sudah mengajak Citra turun ke banyak tempat seperti di Mall, toko buku, kafe, tapi yang ada Citra semakin sedih karena tempat-tempat itu justru mengingatkannya dengan Dimas. Atala juga membelikannya boneka, membelikannya makanan kesukaannya--jajanan di pinggir jalan--tapi Citra tetap saja bersedih. Atala bingung harus melakukan apa lagi hingga akhirnya dia mengajak Citra pulang saja. Dan ketika mereka sudah sampai di rumah pun, Citra masih saja menangis. Atala menatap istrinya yang duduk di ruang tamu dengan gusar. "Kalau lo nggak berhenti nangis, gue telepon Eyang, ya? Gue panggil Eyang, nih." Atala mulai mengotak-atik ponselnya, berlagak menelepon eyang putri. Karena biasanya hanya dengan eyang putri Citra bisa menurut. Bukannya diam yang ada tangis Citra makin men

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-10

Bab terbaru

  • Pengantin Remaja: Dijodohkan dengan Pewaris Tahta    172. Melupakan Kesedihan

    "Aku ... aku punya kabar duka, Eyang," ucap Citra pada eyang ditelepon setelah eyang bertanya ada apa."Kabar duka apa, Nduk?" Suara Eyang terdengar cemas. "Aku ... keguguran, Eyang." Air mata Citra sontak menetes bersamaan dengan dia mengucapkan kalimat itu. Masih sedih saja hatinya mengingat ketiadaan bayinya padahal kemarin bayinya masih ada dalam kandungannya. Dadanya juga terasa sesak. "Bayiku udah nggak ada.""Ya Allah Gusti ...." Suara Eyang terdengar sedih. Dan sepertinya eyang putri menangis di seberang sana. "Ini semua ...." Citra berhenti ketika hendak mengucapkan kata-kata 'ini semua salahku, aku nggak becus jaga kandungan, aku nggak bisa jadi ibu yang baik'.Dia berhenti mengucapkannya karena ingat pesan Atala yang mengatakan seharusnya dia tak boleh menyalahi diri. "Apa, Nduk?""Enggak, Eyang. Mungkin ini semua udah takdir Allah, ya, Eyang. Eyang jangan sedih, ya. Nanti aku pasti bisa hamil lagi, kok." Citra tersenyum. Sejatinya dia tengah menghibur dirinya sendiri."

  • Pengantin Remaja: Dijodohkan dengan Pewaris Tahta    171. Kesedihan Citra

    Dua hari berlalu. Citra masih memikirkan kandungannya yang keguguran. Meski Atala berkali-kali mengatakan sebaiknya dia tak perlu menyalahkan dirinya. Tetap saja, Citra merasa bersalah karena kenyataannya memang begitu. Karena dia sadar jauh dalam lubuk hatinya paling dalam, dia belum siap menjadi ibu, dan Atala tak tahu itu. Tak ada yang tahu isi hatinya selain dirinya dan Tuhan. Seketika kenangan dan kejadian lalu itu pun teringat lagi. Dia ingat bagaimana selama ini dia tak begitu menginginkan bayi itu. Percakapannya dengan Bi Rahma waktu pertama kali dia tahu dia hamil pun terngiang. "Aku nggak mau hamil, Bi ...." "Kenapa Non jadi sedih? Harusnya Non bahagia kan? Kan Non sudah menikah dengan Tuan Atala. Memang sudah seharusnya Non hamil." "Tapi, Bi .... Aku belum siap. Aku belum siap mengurus anak, aku takut ...." "Non jangan pesimis begitu .... Ingat, ya, apa pun yang Allah kehendaki itulah yang terbaik. Non ingat kan dulu Non sendiri juga ndak mau menikah dengan Tuan Atala.

  • Pengantin Remaja: Dijodohkan dengan Pewaris Tahta    170. Rasa Bersalah Citra

    Sejak dalam perjalanan hingga sampai ke rumah, Citra hanya berdiam diri. Bahkan dia tak menyahut ketika Bi Rahma menegurnya. Bi Rahma mengalihkan pandang pada Atala yang hanya dibalas gelengan kepala. Atala membiarkan Citra masuk ke kamar. Lantas dia bicara pada Bi Rahma."Ada apa, Tuan? Kenapa Non Citra begitu sedih? Kandungannya baik-baik saja, kan?" Meski sudah tahu apa yang mungkin terjadi, Bi Rahma masih berharap yang baik-baik.Atala terdiam lama sebelum akhirnya menjawab. "Citra keguguran, Bi." Dia berterus-terang. Wajahnya tertunduk lesu. Membayangkan bagaimana dia mengatakan berita buruk ini pada keluarga yang lain, terutama papa. "Ke-keguguran, Tuan?" Bi Rahma tampak tak percaya. Atala diam saja. Dan itu cukup menjelaskan."Ya Allah ...." Bi Rahma sampai menutup mulutnya. "Kasihan Non Citra." Art itu bisa langsung membayangkan bagaimana perasaan Citra saat ini. "Non Citra sekarang pasti sedih sekali. Pantas saja tadi banyak diam.""Iya, Bi. Bi aku ke kamar dulu, ya, temeni

  • Pengantin Remaja: Dijodohkan dengan Pewaris Tahta    169. Musibah

    Mendengar itu, Atala spontan menoleh. Wajah lelaki itu langsung berubah melihat istrinya kesakitan sambil memegangi perut."Citra!" Dia pun berlari mendatangi istrinya itu. "Perut kamu kenapa?" tanyanya saat memegangi tubuh istrinya. Rasa kesal tadi sontak menguap entah kemana bergantikan rasa khawatir luar biasa."Perut aku sakit banget." Citra merintih. "Kita ke rumah sakit sekarang, ya?"Atala langsung membopong istrinya turun ke bawah dengan tergesa. Sebelum pergi, dia meneriaki Bi Rahma untuk memberitahu kalau dia dan Citra akan pergi ke rumah sakit.Meski sempat khawatir melihat keadaan majikannya itu, Bi Rahma menurut. "Ya Allah semoga Non Citra ndak kenapa-kenapa. Semoga kandungannya baik-baik saja," doa sang art itu dengan tulus.***Atala mondar-mandir dengan gelisah di depan ruang kebidanan. Di balik rasa khawatirnya terhadap kandungan istrinya, dia masih berharap dan berdoa kalau kandungan isrinya yang baru seumur jagung itu baik-baik saja. Begitu pintu ruang itu terbuka

  • Pengantin Remaja: Dijodohkan dengan Pewaris Tahta    168. Salah Paham

    "Sayang, hari ini kita jalan-jalan, yuk!" ajak Citra kala dia mendapati suaminya sedang termenung di balkon lantai atas. Tapi suaminya itu hanya berdiam diri, tak bereaksi sedikit pun setelah mendengar suaranya. Seolah dia sudah bisa menebak hal itu.Citra sudah menduga semua ini. Hal yang dia takutkan akhirnya terjadi. Atala marah karena mengetahui Dimas masih meneleponnya. Begitu melihat siapa yang meneleponnya, Citra langsung bergegas ke atas menyusuli suaminya, berusaha untuk mencairkan suasana. Dia mencari suaminya itu ke sana kemari. Namun, ternyata suaminya di sini. Dan suaminya itu tak bergeming sedikitpun mendengar suaranya. Dia benar-benar marah.Tapi Citra tentu saja tak menyerah. Wanita itu menghela napas, berjalan mendekati suaminya. Mencoba memberanikan diri memeluk pinggang suaminya. Dan kali ini, Atala tak melepasnya, tapi tak juga membalas pelukannya. Citra pun melepas pelukannya. "Kamu marah, ya, sama aku? Kenapa?" Dia mulai bertanya.Citra tak ingin masalah ini be

  • Pengantin Remaja: Dijodohkan dengan Pewaris Tahta    167. Kekhawatiran yang Terjadi

    Hari-hari terus berlalu, kehidupan Citra dan Atala berjalan bahagia seperti biasanya. Meski kadang kala Atala merasa beban yang ditanggungnya terasa berat, dia tetap kuat. Karena dia bersama Citra. Kebahagiaan Citra adalah kebahagiaannya juga. Maka dia akan berusaha melakukan apa pun untuk kebahagiaan istrinya itu.Hari itu hari Minggu. Atala tentu saja tak ke kampus. Dan dia punya banyak waktu luang untuk istrinya. Sebenarnya Atala bisa mengajak Citra jalan-jalan. Namun, mengingat istrinya yang hamil dan harus lebih menjaga kandungan, mereka memilih diam di rumah saja. Lagipula bagi seorang Atala tak masalah dia diam di rumah, asal bersama sang istri tercinta.Citra sedang mandi di toilet yang ada di kamarnya saat Atala hanya rebahan di kasurnya.Pria itu nyaris jatuh tertidur ketika dia mendengar bunyi dering ponsel khas milik istrinya.Atala pun seketika terjaga. "Sayang, ponsel kamu bunyi tuh? Angkat, dong," racaunya setengah sadar. Hening, tak ada sahutan dari Citra. Dan ponsel

  • Pengantin Remaja: Dijodohkan dengan Pewaris Tahta    166. Bucinku

    Sejak hari itu, Citra jadi lebih kalem. Dia lebih serius mendengarkan apa kata suaminya. Dia makan dan minum vitamin secara teratur. Setelah makan dan minum dia rebahan, sesekali sambil main ponsel.Beberapa hari belakangan ini, Dimas tak ada menghubunginya lagi, entah itu sekadar chat atau telepon. Membuatnya sedikit lega. Kata dokter, selama masa kehamilan, sebisa mungkin Citra tak boleh banyak pikiran. Apalagi memikirkan hal yang tidak penting. Ya, Citra bisa untuk sedikit tenang dan tidak memikirkan apa pun dulu, kecuali ... masalah Dimas itu. Citra mungkin baru akan berhenti memikirkannya jika dia sudah bercerita pada suaminya. Tapi ... Citra belum berani cerita sekarang. Citra memijit pelipisnya yang tiba-tiba pusing. Peringatan Atala tempo hari yang terdengar begitu tegas kembali membayangi."Aku serius kali ini, Sayang. Aku mau mulai sekarang kamu lebih menjaga kandunganmu. Kamu harus lebih dengarkan aku. Kalau sekali aja aku dengar kabar buruk dari kamu dan itu karena ka

  • Pengantin Remaja: Dijodohkan dengan Pewaris Tahta    165. Ketegasan Atala

    "Bi Rahma! Bi Rahma!" Atala mendengar suara Citra dari luar tepat saat lelaki itu berdiri di depan pintu kamarnya. Sebelum Bi Rahma datang memenuhi panggilan, Atala lebih dulu membuka pintu kamar tersebut. Dia mendapati istrinya duduk di atas kasur sambil berteriak. Dan istrinya itu langsung terdiam begitu melihat dirinya. "Ada apa teriak-teriak? Kamu butuh apa?" tanya Atala seraya berjalan mendekat. Citra menghela napas lega. "Kenapa, Sayang? Kamu mau makan?" tanya Atala lagi ketika jarak mereka sudah sangat dekat. "Atala." Citra malah memanggilnya dan memegangi tangannya. "Iya ada apa, Sayangku?" Atala mengecup tangan istrinya yang tampak memelas. "Kamu udah pulang?" "Udah barusan." Melihat suaminya ad di depan mata, Citra mengangguk lega. "Kenapa? Kamu manggil Bi Rahma ada apa?" tanya Atala lagi. "Enggak, aku cuman nyariin kamu tadi. Soalnya Bi Rahma bilang sebentar lagi kamu pulang, tapi kamu malah nggak pulang-pulang." Atala menyengir lebar mende

  • Pengantin Remaja: Dijodohkan dengan Pewaris Tahta    164. Kegelisahan Citra (2)

    "Bi Rahma! Bi Rahma!" Begitu tiba di rumah sahabatnya itu, Bi Rahma orang pertama yang Tasya panggil, karena dia tahu Atala sedang tak ada di rumah. Tanpa menunggu lama, Bi Rahma pun keluar dengan wajah paniknya. Beliau yang sudah mengenal Tasya pun bertanya ada apa? "Citra pingsan, Bi, Citra di dalam mobil," beritahu Tasya. "Aku nggak kuat angkatnya sendiri, Bi." Bi Rahma yang mengerti pun langsung tahu apa yang harus dia lakukan. Singkat cerita, Bi Rahma dan Tasya membopong Citra membawanya sampai ke kamar. Bi Rahma bahkan menyelimuti tubuh majikannya itu. "Kenapa Non Citra bisa pingsan?" tanya Bi Rahma pada Tasya yang terdiam. *** Bi Rahma duduk menunggu Citra. Cukup lama wanita itu pingsan sampai akhirnya dia siuman juga. Dan membuat Bi Rahma merasa lega. "Alhamdulillah, Non Citra sudah sadar." Citra hanya melirik Bi Rahma di sampingnya. "Apa yang Non rasakan sekarang? Perutnya masih sakit?" Citra hanya menggeleng. "Non Citra kenapa tadi bisa pingsan?

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status