Share

109. Tragedi di Kafe

Author: Aprillia D
last update Last Updated: 2024-12-10 15:02:01

Seminggu setelah kesembuhannya, Atala kembali menjalankan rutinitas hariannya seperti berkuliah dan mengerjakan tugas. Kali ini dia lebih semangat. Semangat melanjutkan kuliahnya agar cepat selesai dan bisa bekerja di perusahaan papa. Iya, dia sudah bertekad tak akan menyia-nyiakan waktu lagi. Walau kadang dia merasa berat dan tertekan dengan perubahan ini.

Siang itu sepulang dari kampus, Atala mengajak Citra jalan-jalan. Citra yang waktu itu telah menyadari perasaannya terhadap Atala setuju saja. Rencananya mereka akan ke Sunset Cafe lagi. Tapi Citra yang menyarankan sebaiknya mereka cari kafe lain saja. Karena dia bosan ke Sunset Cafe terus. Atala menyetujui.

Citra memilih kafe itu karena kafe itu adalah kafe langganannya dengan Dimas. Jadi dia sudah tahu seluk beluk dan bagaimana rasa aneka minuman di sana. Tapi Citra tak bilang kalau kafe itu adalah kafe langganannya dengan Dimas pada Atala karena takut lelaki itu cemburu.

Citra pun yakin mengajak Atala ke sana karena dia tahu h
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Pengantin Remaja: Dijodohkan dengan Pewaris Tahta    110. Ketahuan Selingkuh

    Citra melihat Dimas, pacarnya, sedang duduk di kursi belakang Atala. Dia tak sendiri. Dia bersama seorang perempuan. Mereka tampak asyik mengobrol dan tertawa sambil sesekali Dimas menciumi kepala perempuan itu. Citra yakin perempuan itu bukan keluarganya. "Dimas selingkuh."Atala yang melihat itu ikut tegang. Juga tak percaya dengan apa yang dia lihat. Lelaki itu pun mulai panik dan spontan berdiri saat melihat Citra mulai berdiri dari duduknya dan mendatangi meja Dimas. Atala memperhatikan reaksi Citra dalam kekhawatiran."Oh jadi ini yang katanya sibuk ngerjain tugas di rumah?" ucap Citra yang sudah berdiri di samping Dimas. Bisa ditebak apa yang terjadi selanjutnya? Dimas sontak menoleh dan membelalak, terkejut melihat keberadaan pacarnya yang mungkin tak dia sangka-sangka. Sementara gadis di sampingnya sudah pucat pasi, diam menatap lurus ke meja."Citra? Kamu ada di sini juga?" Dimas lalu melirik Atala yang sudah berdiri di belakang Citra."Kenapa kaget liat aku? Nggak nyangk

    Last Updated : 2024-12-10
  • Pengantin Remaja: Dijodohkan dengan Pewaris Tahta    111. Kesedihan Citra

    Sepanjang perjalanan pulang, Citra menangis sedih. Sejak tadi gadis itu hanya duduk diam melempar pandang keluar jendela mobil sambil mengingat kejadian di kafe tadi seiring dengan air mata yang keluar deras. Gadis itu menangis dalam diam. Dia sungguh tak percaya Dimas tega berkhianat.Dan percakapannya dengan Dimas itu."Kamu tahu apa alasan aku melakukan ini? Kamu minta aku untuk setia, untuk selalu baik dan selalu meyakinkan aku untuk tetap bertahan demi mencapai cita-cita bersama. Sementara kamu sendiri udah menikah dengan orang lain, Citra. Kamu setiap hari menghabiskan waktu bersama suami kontrakmu itu tanpa tahu bagaimana aku menahan perasaan dan bersabar menunggu saat perpisahan itu tiba.""Tapi kamu tahu kan pernikahan aku itu terpaksa dan cuma sementara! Dari awal kamu udah tahu!" "Aku nggak bodoh, Citra. Aku tahu hatimu udah terbagi dengan dia. Kamu minta aku untuk setia menunggu sementara kamu dengan yang lain. Kamu pikir itu adil buat aku? Lalu ketika aku mencoba mencari

    Last Updated : 2024-12-10
  • Pengantin Remaja: Dijodohkan dengan Pewaris Tahta    112. Berusaha Menghibur Citra

    "Gue harus lakuin apa biar lo nggak nangis lagi? Harus berapa kali sih gue bilang jangan tangisin laki-laki brengsek kayak Dimas itu." Sejak tadi Atala berusaha menghibur dan menghilangkan kesedihan istrinya itu. Dia sudah mengajak Citra turun ke banyak tempat seperti di Mall, toko buku, kafe, tapi yang ada Citra semakin sedih karena tempat-tempat itu justru mengingatkannya dengan Dimas. Atala juga membelikannya boneka, membelikannya makanan kesukaannya--jajanan di pinggir jalan--tapi Citra tetap saja bersedih. Atala bingung harus melakukan apa lagi hingga akhirnya dia mengajak Citra pulang saja. Dan ketika mereka sudah sampai di rumah pun, Citra masih saja menangis. Atala menatap istrinya yang duduk di ruang tamu dengan gusar. "Kalau lo nggak berhenti nangis, gue telepon Eyang, ya? Gue panggil Eyang, nih." Atala mulai mengotak-atik ponselnya, berlagak menelepon eyang putri. Karena biasanya hanya dengan eyang putri Citra bisa menurut. Bukannya diam yang ada tangis Citra makin men

    Last Updated : 2024-12-10
  • Pengantin Remaja: Dijodohkan dengan Pewaris Tahta    113. Lagu Untuk Citra

    "Gue aja yang nyanyi. Gue mau nyanyi."Atala menatap Citra tak percaya. "Emang lo bisa nyanyi?"Citra terdiam sebelum akhirnya menjawab. "Bisa dikit. Suara gue mungkin emang nggak bagus banget, tapi nggak false." Citra tersenyum.Melihat istrinya tersenyum, Atala pun tak menyia-nyiakan kesempatan. Sepertinya cara ini ampuh untuk menghilangkan kesedihan Citra.Atala pun penasaran bagaimana suara istrinya itu. "Oke sekarang lo nyanyi, gue petik gitarnya, ya. Mau nyanyi lagu apa, nih?" "Mendua milik Astrid.""Lah, kenapa jadi lagu galau. Yang ada lo makin tambah sedih." Atala kurang setuju dengan lagu itu. Bukannya terhibur yang ada malah makin sedih."Tapi lagu itu mewakili perasaan gue. Gue mau lagu itu." Citra kekeh.Atala menghela napas. "Oke." Atala mulai memetik senar gitar pelan. Beruntung dia hapal hampir semua chord gitar lagu Indonesia."Ku tak habis pikir ... Kurangku di mana? Kau tega melepaskan aku ...." Citra mulai bersenandung sambil matanya terpejam, begitu menghayati

    Last Updated : 2024-12-11
  • Pengantin Remaja: Dijodohkan dengan Pewaris Tahta    114. Saling Mengungkapkan

    Citra menatap suaminya heran. Pasalnya belakangan ini lelaki itu kerap kali menunjukkan perhatian dan kepedulian padanya. Dia pun bertanya. "Lo kok baik banget, sih?" Sebenarnya Citra sudah menduga kira-kira apa yang membuat sikap suami kontraknya itu berubah. Tapi dia ingin memastikan lagi. Atala tak langsung menjawab dan tampak berpikir. Sebelum akhirnya dia menjawab. "Kan gue emang baik, baru nyadar lo?" Citra terdiam mendengarnya. Atala terkekeh. Lalu wajahnya terlihat serius. "Selain karena gue baik, gue juga ... sayang sama lo." Citra tertegun mendengarnya. Ya, dia sudah menduga alasannya itu, tapi hanya saja dia tak menyangka itu benar. Dan sekarang dia mendengarnya dari Atala langsung. "Kenapa?" Citra bertanya serius. Gadis itu sampai duduk tegak, melepas dekapan Atala dari tubuhnya. Atala mengernyit, tampak tak mengerti dengan pertanyaan itu. "Kenapa lo sayang sama gue?" ulang Citra. "Harus ada alasannya? Setelah apa yang kita lewati selama ini, lo masih be

    Last Updated : 2024-12-11
  • Pengantin Remaja: Dijodohkan dengan Pewaris Tahta    115. Sobeknya Surat Perjanjian

    Citra menggeledah lemarinya dengan tergesa-gesa seakan tak sabar menemukan surat perjanjian itu. Dan ketika dia telah menemukan kertas berlipat di balik lipatan pakaiannya, dia membuka kertas itu dan membaca ulang isinya. Lantas gadis itu keluar kamar, mendatangi suaminya dengan terburu-buru, membawa surat perjanjian itu. "Surat ini harus kita ...." Ucapan Citra menggantung di udara, kala dilihatnya suaminya tengah serius bertelepon, entah dengan siapa. Citra pun diam mendengarkan sambil pelan-pelan dia berjalan di belakang Atala. Percakapan Atala semakin terdengar jelas. "Alhamdulillah, syukurlah, Pa, kalau begitu," ucap Atala di telepon. Citra pun tahu, dia sedang bertelepon dengan papanya. Tapi apa ya yang mereka bicarakan? Apa yang Atala syukuri? "Tapi, Pa, sebenarnya aku pengin ketemu dia. Walaupun harus ketemu dia di penjara. Aku pengin ngomong sama dia. Aku udah lama nggak ketemu dia apalagi setelah aku tahu siapa dia yang sebenarnya." Citra mengernyit. Percakapan

    Last Updated : 2024-12-12
  • Pengantin Remaja: Dijodohkan dengan Pewaris Tahta    116. Ajakan Tidur Bersama

    Citra duduk diam mematung. Tatapannya mengarah ke televisi yang menyiarkan iklan, tapi pikirannya tidak fokus mendengarkan tontonan itu. Pikirannya melanglang buana mengingat kejadian demi kejadian yang terjadi hari ini. Dia berasa bermimpi. Mulai dari dia yang tak sengaja memergoki Dimas yang selingkuh. Sungguh tiap saat mengingat kejadian itu membuat hatinya kembali sakit. Sangat sakit. Dia tak menyangka Dimas yang dia sangka lelaki paling baik tega berselingkuh. Lalu kejadian itu menyebabkan dirinya mau mengakui perasaan pada Atala yang juga mencintainya entah sejak kapan. Seketika percakapannya dengan Atala yang membuat perjanjian di rumah sakit waktu itu kembali membayangi. Seandainya waktu itu dia tak setuju membuat perjanjian, ini semua tak akan terjadi. Percakapannya dengan Dimas turut membayangi entah keberapa kali. "Kamu tahu apa alasan aku melakukan ini? Kamu minta aku untuk setia, untuk selalu baik dan selalu meyakinkan aku untuk tetap bertahan demi mencapai cita

    Last Updated : 2024-12-12
  • Pengantin Remaja: Dijodohkan dengan Pewaris Tahta    117. Malu

    Lagi-lagi Citra tak dapat tidur. Padahal sudah sejak tadi dia berusaha memejamkan mata di atas kasurnya. Berusaha bolak-balik badan mencari posisi yang nyaman. Dia bahkan juga sudah mematikan lampu seperti saat biasa dia tidur. Tapi tetap saja dia tidak bisa tidur. Kata-kata Atala tadi terus bertalu-talu di kepalanya. "Kalau lo memang belum siap sekarang nggak pa-pa. Tapi ... gue akan tunggu sampai lo siap. Kapan pun itu." Mungkin hari ini dia bisa menghindar, mungkin hari ini dia bisa untuk tidak tidur bersama. Tapi Atala menunggunya sampai dia siap. Yang itu artinya cepat atau lambat mereka akan tidur bersama. Citra menutup wajahnya dengan kedua telapak tangan. Kenapa dia jadi takut seperti anak gadis sunti yang baru dipinang begini? Citra bahkan tidak bisa mendefinisikan perasaannya kini yang bercampur aduk. Dia masih sakit hati dengan perselingkuhan yang Dimas lakukan. Tentu saja dia tak bisa melupakannya begitu saja. Di sisi lain dia juga tak menyangka Atala mencintainya

    Last Updated : 2024-12-12

Latest chapter

  • Pengantin Remaja: Dijodohkan dengan Pewaris Tahta    174. Setelah Enam Tahun

    Enam tahun kemudian.Tok! Tok! Tok!Pintu ruang CEO itu terdengar diketuk, sebelum akhirnya sang CEO yang duduk di atas singgasananya menyahut."Ya, masuk!"Pintu di buka, memunculkan seorang wanita cantik mengenakan pakaian kantor. Terlihat begitu elegan. Sepatu hak tingginya terdengar menggema mengetuk lantai ketika dia berjalan mendekat sembari meninting paper bag. Sang CEO tersenyum senang melihat kehadiran wanita itu. "Makan siangnya sudah datang, Pak," beritahu sang sekretaris itu, lalu meletakkan paper bagnya ke atas meja."Terima kasih," sahut sang CEO. Ya, baru saja dia meminta sang sekretaris pribadinya itu memesankan makanan online untuknya. "Eh, kamu mau ke mana?" tanyanya ketika sang sekretaris terlihat beranjak pergi.Wanita berambut pendek itu menatapnya. "Keluar, Pak.""Duduk di sini, temanin saya makan, seperti biasa, dong." Sang CEO tersenyum penuh arti saat menutup laptopnya. "Maaf, saya belum lapar, Pak. Lagian masih banyak pekerjaan yang harus saya selesaikan,

  • Pengantin Remaja: Dijodohkan dengan Pewaris Tahta    173. Jauhin Citra

    Citra tersenyum saat dia tak sengaja masuk ke stan baju bayi dan balita, dan melihat beberapa baju bayi yang bergantungan itu. Baju-baju bayi itu membuatnya teringat dengan bayinya yang sempat singgah di perutnya. Dia bahkan belum sempat membelikan bayi itu baju, tapi bayi itu sudah pergi. "Hei, kamu di sini ternyata." Teguran itu menyadarkan lamunan Citra. Wanita itu sontak menoleh ke sampingnya. Atala menegurnya sambil menatapnya heran. Lalu Atala ikut memandang ke arah pandang Citra. "Udah jangan sedih-sedih lagi, jangan ingat-ingat lagi," ucapnya menghibur sambil mengusap kepala istrinya.Citra tersenyum. "Iya.""Udah selesai pilih bajunya?"Citra menggeleng. "Ya udah, ayok pilih lagi."Atala benar-benar mengajak Citra jalan ke Mall demi menghibur istrinya itu. Walau sepertinya hal itu tak banyak membantu. Karena Atala masih sering mendapati Citra murung memikirkan sesuatu.Citra kembali mendorong trolinya, kembali memasuki stan pakaian dewasa, bersama Atala juga. Saat Citr

  • Pengantin Remaja: Dijodohkan dengan Pewaris Tahta    172. Melupakan Kesedihan

    "Aku ... aku punya kabar duka, Eyang," ucap Citra pada eyang ditelepon setelah eyang bertanya ada apa."Kabar duka apa, Nduk?" Suara Eyang terdengar cemas. "Aku ... keguguran, Eyang." Air mata Citra sontak menetes bersamaan dengan dia mengucapkan kalimat itu. Masih sedih saja hatinya mengingat ketiadaan bayinya padahal kemarin bayinya masih ada dalam kandungannya. Dadanya juga terasa sesak. "Bayiku udah nggak ada.""Ya Allah Gusti ...." Suara Eyang terdengar sedih. Dan sepertinya eyang putri menangis di seberang sana. "Ini semua ...." Citra berhenti ketika hendak mengucapkan kata-kata 'ini semua salahku, aku nggak becus jaga kandungan, aku nggak bisa jadi ibu yang baik'.Dia berhenti mengucapkannya karena ingat pesan Atala yang mengatakan seharusnya dia tak boleh menyalahi diri. "Apa, Nduk?""Enggak, Eyang. Mungkin ini semua udah takdir Allah, ya, Eyang. Eyang jangan sedih, ya. Nanti aku pasti bisa hamil lagi, kok." Citra tersenyum. Sejatinya dia tengah menghibur dirinya sendiri."

  • Pengantin Remaja: Dijodohkan dengan Pewaris Tahta    171. Kesedihan Citra

    Dua hari berlalu. Citra masih memikirkan kandungannya yang keguguran. Meski Atala berkali-kali mengatakan sebaiknya dia tak perlu menyalahkan dirinya. Tetap saja, Citra merasa bersalah karena kenyataannya memang begitu. Karena dia sadar jauh dalam lubuk hatinya paling dalam, dia belum siap menjadi ibu, dan Atala tak tahu itu. Tak ada yang tahu isi hatinya selain dirinya dan Tuhan. Seketika kenangan dan kejadian lalu itu pun teringat lagi. Dia ingat bagaimana selama ini dia tak begitu menginginkan bayi itu. Percakapannya dengan Bi Rahma waktu pertama kali dia tahu dia hamil pun terngiang. "Aku nggak mau hamil, Bi ...." "Kenapa Non jadi sedih? Harusnya Non bahagia kan? Kan Non sudah menikah dengan Tuan Atala. Memang sudah seharusnya Non hamil." "Tapi, Bi .... Aku belum siap. Aku belum siap mengurus anak, aku takut ...." "Non jangan pesimis begitu .... Ingat, ya, apa pun yang Allah kehendaki itulah yang terbaik. Non ingat kan dulu Non sendiri juga ndak mau menikah dengan Tuan Atala.

  • Pengantin Remaja: Dijodohkan dengan Pewaris Tahta    170. Rasa Bersalah Citra

    Sejak dalam perjalanan hingga sampai ke rumah, Citra hanya berdiam diri. Bahkan dia tak menyahut ketika Bi Rahma menegurnya. Bi Rahma mengalihkan pandang pada Atala yang hanya dibalas gelengan kepala. Atala membiarkan Citra masuk ke kamar. Lantas dia bicara pada Bi Rahma."Ada apa, Tuan? Kenapa Non Citra begitu sedih? Kandungannya baik-baik saja, kan?" Meski sudah tahu apa yang mungkin terjadi, Bi Rahma masih berharap yang baik-baik.Atala terdiam lama sebelum akhirnya menjawab. "Citra keguguran, Bi." Dia berterus-terang. Wajahnya tertunduk lesu. Membayangkan bagaimana dia mengatakan berita buruk ini pada keluarga yang lain, terutama papa. "Ke-keguguran, Tuan?" Bi Rahma tampak tak percaya. Atala diam saja. Dan itu cukup menjelaskan."Ya Allah ...." Bi Rahma sampai menutup mulutnya. "Kasihan Non Citra." Art itu bisa langsung membayangkan bagaimana perasaan Citra saat ini. "Non Citra sekarang pasti sedih sekali. Pantas saja tadi banyak diam.""Iya, Bi. Bi aku ke kamar dulu, ya, temeni

  • Pengantin Remaja: Dijodohkan dengan Pewaris Tahta    169. Musibah

    Mendengar itu, Atala spontan menoleh. Wajah lelaki itu langsung berubah melihat istrinya kesakitan sambil memegangi perut."Citra!" Dia pun berlari mendatangi istrinya itu. "Perut kamu kenapa?" tanyanya saat memegangi tubuh istrinya. Rasa kesal tadi sontak menguap entah kemana bergantikan rasa khawatir luar biasa."Perut aku sakit banget." Citra merintih. "Kita ke rumah sakit sekarang, ya?"Atala langsung membopong istrinya turun ke bawah dengan tergesa. Sebelum pergi, dia meneriaki Bi Rahma untuk memberitahu kalau dia dan Citra akan pergi ke rumah sakit.Meski sempat khawatir melihat keadaan majikannya itu, Bi Rahma menurut. "Ya Allah semoga Non Citra ndak kenapa-kenapa. Semoga kandungannya baik-baik saja," doa sang art itu dengan tulus.***Atala mondar-mandir dengan gelisah di depan ruang kebidanan. Di balik rasa khawatirnya terhadap kandungan istrinya, dia masih berharap dan berdoa kalau kandungan isrinya yang baru seumur jagung itu baik-baik saja. Begitu pintu ruang itu terbuka

  • Pengantin Remaja: Dijodohkan dengan Pewaris Tahta    168. Salah Paham

    "Sayang, hari ini kita jalan-jalan, yuk!" ajak Citra kala dia mendapati suaminya sedang termenung di balkon lantai atas. Tapi suaminya itu hanya berdiam diri, tak bereaksi sedikit pun setelah mendengar suaranya. Seolah dia sudah bisa menebak hal itu.Citra sudah menduga semua ini. Hal yang dia takutkan akhirnya terjadi. Atala marah karena mengetahui Dimas masih meneleponnya. Begitu melihat siapa yang meneleponnya, Citra langsung bergegas ke atas menyusuli suaminya, berusaha untuk mencairkan suasana. Dia mencari suaminya itu ke sana kemari. Namun, ternyata suaminya di sini. Dan suaminya itu tak bergeming sedikitpun mendengar suaranya. Dia benar-benar marah.Tapi Citra tentu saja tak menyerah. Wanita itu menghela napas, berjalan mendekati suaminya. Mencoba memberanikan diri memeluk pinggang suaminya. Dan kali ini, Atala tak melepasnya, tapi tak juga membalas pelukannya. Citra pun melepas pelukannya. "Kamu marah, ya, sama aku? Kenapa?" Dia mulai bertanya.Citra tak ingin masalah ini be

  • Pengantin Remaja: Dijodohkan dengan Pewaris Tahta    167. Kekhawatiran yang Terjadi

    Hari-hari terus berlalu, kehidupan Citra dan Atala berjalan bahagia seperti biasanya. Meski kadang kala Atala merasa beban yang ditanggungnya terasa berat, dia tetap kuat. Karena dia bersama Citra. Kebahagiaan Citra adalah kebahagiaannya juga. Maka dia akan berusaha melakukan apa pun untuk kebahagiaan istrinya itu.Hari itu hari Minggu. Atala tentu saja tak ke kampus. Dan dia punya banyak waktu luang untuk istrinya. Sebenarnya Atala bisa mengajak Citra jalan-jalan. Namun, mengingat istrinya yang hamil dan harus lebih menjaga kandungan, mereka memilih diam di rumah saja. Lagipula bagi seorang Atala tak masalah dia diam di rumah, asal bersama sang istri tercinta.Citra sedang mandi di toilet yang ada di kamarnya saat Atala hanya rebahan di kasurnya.Pria itu nyaris jatuh tertidur ketika dia mendengar bunyi dering ponsel khas milik istrinya.Atala pun seketika terjaga. "Sayang, ponsel kamu bunyi tuh? Angkat, dong," racaunya setengah sadar. Hening, tak ada sahutan dari Citra. Dan ponsel

  • Pengantin Remaja: Dijodohkan dengan Pewaris Tahta    166. Bucinku

    Sejak hari itu, Citra jadi lebih kalem. Dia lebih serius mendengarkan apa kata suaminya. Dia makan dan minum vitamin secara teratur. Setelah makan dan minum dia rebahan, sesekali sambil main ponsel.Beberapa hari belakangan ini, Dimas tak ada menghubunginya lagi, entah itu sekadar chat atau telepon. Membuatnya sedikit lega. Kata dokter, selama masa kehamilan, sebisa mungkin Citra tak boleh banyak pikiran. Apalagi memikirkan hal yang tidak penting. Ya, Citra bisa untuk sedikit tenang dan tidak memikirkan apa pun dulu, kecuali ... masalah Dimas itu. Citra mungkin baru akan berhenti memikirkannya jika dia sudah bercerita pada suaminya. Tapi ... Citra belum berani cerita sekarang. Citra memijit pelipisnya yang tiba-tiba pusing. Peringatan Atala tempo hari yang terdengar begitu tegas kembali membayangi."Aku serius kali ini, Sayang. Aku mau mulai sekarang kamu lebih menjaga kandunganmu. Kamu harus lebih dengarkan aku. Kalau sekali aja aku dengar kabar buruk dari kamu dan itu karena ka

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status