Keesokan harinya, Yu Jie hampir mengutus Chun untuk menemui Kakeknya dengan membawa surat darinya. Namun... "Sebaiknya titipkan saja suratnya pada mereka, Nona," usul Chun. "Mereka?" Yu Jie yang tidak mengerti dengan ucapan Chun, sontak mengerutkan keningnya. "Mereka, kedua murid dari Tetua Shu," celetuk Chun, "Kedua pria itu masih mengawasi Nona di luar sana," lanjutnya lagi, dari dalam paviliun Wangjile ia melemparkan pandangannya ke pintu paviliun yang tengah terbuka lebar. "Mereka masih mengawasiku?"Chun menganggukkan kepalanya, "Mungkin apa yang dikatakan oleh Nona Fu semalam itu benar, Nona.""Emm... Jadi semalam kamu menguping pembicaraanku?"Pertanyaan itu membuat Chun segera berpaling, ia tersenyum kikuk di saat menyaksikan Yu Jie tengah menatapnya dengan tatapan menyelidik. "Ma-maaf Nona. Se-semalam Chun mencari Nona, d-dan Chun tidak sengaja mendengar ucapan Nona Fu pada Nona," sahutnya terbata. "Jadi bagaimana menurutmu?"Chun mengerutkan keningnya, tanpa menjawab pe
Sore hari di Sekte Kaki Besi, beberapa murid Sekte yang berpapasan dengan Fu Jiazhen... Menyapa calon Pimpinan Sekte itu di saat Fu Jiazhen keluar dari ruang baca Ayahnya setelah ia menemui Ayahnya. Fu Jiazhen yang jarang sekali meninggalkan Sekte hanya menjawab sapaan itu dengan mengangguk pelan. Tidak ada sepatah kata pun yang terlontar dari bibirnya yang selalu membentuk garis lurus, karena dia adalah Fu Jiazhen, pria berwajah rupawan yang sangat terkenal dengan julukan gunung es. Beberapa saat yang lalu di ruang baca Ayahnya, Fu Jiazhen sempat bertengkar dengan Ayahnya tentang rencananya yang ingin menyelamatkan Fu Yueyin dan Yu Jie agar tidak menjadi korban persembahan untuk Dewa Naga. Tetapi Ayahnya yang keras kepala menentang rencana tersebut. Saat itu... "Dewa Naga belum lama ini sudah memberikan isyarat, jadi bagaimana mungkin kita membatalkan persembahan untuknya?!""Aku akan mencari gadis lain, Ayah. Lagipula Yueyin adalah putri Ayah sendiri! Apa Ayah tega melakukan hal in
Beberapa saat setelah Fu Jiazhen membuka penutup wajahnya, ia dan pria paruh baya yang telah menyerangnya yang tak lain adalah Shu Haocun, kini telah duduk bersama di ruang kerja Shu Haocun yang telah ia masuki. "Tuan Muda Fu, apa yang telah membawamu hingga datang ke Sekteku malam-malam begini?" tanya Shu Haocun sambil menatap Fu Jiazhen dengan tatapan menyelidik. Shu Haocun sebenarnya sudah lama memperhatikan perkembangan Fu Jiazhen, dan jika saja Yu Jie tidak memiliki inti jiwa Permaisuri Langit, ia sudah pasti akan menjodohkan Cucu satu-satunya itu dengan Fu Jiazhen. Apalagi selain berwajah rupawan, Fu Jiazhen juga termasuk salah satu permuda berbakat di Benua Zhejiang. "Tetua Shu, Jiazhen meminta maaf karena telah mengganggumu di tengah malam begini. Tetapi ada sesuatu yang sangat mendesak yang harus Jiazhen bicarakan pada Tetua Shu." Sesaat Fu Jiazhen menarik nafas dalam-dalam sebelum ia melanjutkan ucapannya. "Ini tentang...""Nona Fu?" tebak Shu Haocun. Sebelumnya ia sempat
"Ternyata tebakan Yueyin benar." Yu Jie melipat surat yang baru saja diberikan Chun padanya. "Kakek memang memiliki rencana lain terhadapku," ucapnya. "Rencana? Apakah rencana itu seperti kata-kata Nona Fu pada Nona?" tanya Chun dengan wajah serius. Semula ia merasa marah ketika ia mengetahui bahwa Yu Jie sengaja ditempatkan di paviliun Wangjile oleh Shu Haocun. Tetapi setelah mengetahui bahwa Shu Haocun memiliki rencana lain terhadap Yu Jie, Chun pun percaya kalau Shu Haocun benar-benar ingin melindungi Yu Jie. Setidaknya ia sempat menguping di saat Yueyin berbicara tentang rencana Kakaknya yang ingin menculiknya dari pasukan Istana Taiyang di hari persembahan terhadap Dewa Naga. "Mungkinkah Tetua Shu tidak ingin melihat Nona menjadi Selir Kaisar Gao?" tebaknya. "Aku tidak tahu." Yu Jie menggelengkan kepalanya, "Tapi, ketika aku bertanya pada Kakak Ming dan Kakak Guan, mereka memang mengatakan bahwa sebagai calon pewaris Sekte Burung Api, aku tidak boleh memiliki hubungan dengan Ka
Di kedalaman Laut Xishi siang hari, menuju musim dingin... Air laut yang semula hangat mulai berubah menjadi sedingin es. Tetapi hal itu sama sekali tidak mengganggu bagi Dewa Naga Emas yang sedang menjalani kultivasi di dasar laut. Lagipula sudah selama 500 tahun lebih ia menjalani pergantian musim di dasar Laut Xishi, jadi ia telah terbiasa menghadapi perubahan suhu air. Selain itu, dua malam ini suhu tubuhnya telah meningkat secara drastis. Karena dua malam ini secara berturut-turut ia telah memimpikan Permaisurinya yang sangat ia rindukan. Kaisar Langit Jinlong atau Dewa Naga Emas yang lebih dikenal para Dewa dengan Raja Naga Jinlong, sebenarnya sangat ingin menemui reinkarnasi Permaisurinya. Hanya saja ia tidak bisa melakukannya, sebab hal itu akan mengganggu reinkarnasi Feng Huang dalam menjalani 7 cobaan Dewa. Jika 7 cobaan Dewa tidak dijalani dengan sempurna, maka inti jiwa Feng Huang tidak akan terbangkit di dalam tubuh barunya. "Apakah karena aku menahan rinduku terlalu lam
"Kamu ingin mengangkatku untuk menjadi Permaisurimu?!"Kaisar Gao dengan cepat menganggukkan kepalanya, sebelum hari ini ia sama sekali belum pernah melihat wanita yang memiliki kecantikan seperti wanita yang sedang berdiri di hadapannya saat ini. Karena itu, bagaimana ia bisa melepaskan wanita ini? Bahkan jika wanita ini adalah milik seseorang, ia masih bersedia untuk merebutnya. "Seperti ucapanku, aku pasti akan memenuhi janjiku!" ucapnya tanpa ragu. "Memenuhi janji?!" Yu Jie memutar bola matanya dengan jengah, bukankah beberapa bulan yang lalu pria ini telah seenaknya menempatkannya di paviliun Wangjile tanpa pernah ingin melihat wajahnya sama sekali? Dan sekarang... Apakah pria ini berpikir dengan wajah dan tubuhnya itu bisa membuatnya melupakan perlakuan apa yang ia terima selama ia berada di paviliun Wangjile? Selama Yu Jie tinggal di paviliun bagian timur Istana Taiyang itu bersama Yueyin... Para dayang sering berlaku seenaknya padanya. Jatah makannya kerap terlambat diantar
Menyaksikan apa yang Yu Jie lakukan, Kaisar Gao pun melepaskan cengkraman tangannya dari leher Fu Yueyin lalu secepat mungkin berkelebat ke arah tepian Laut Xishi. Di tempat itu ia berdiri di atas dinding pembatas laut dan daratan, menatap ke arah air laut yang perlahan mulai berubah warna. Sementara itu di dasar Laut Xishi, aroma manis darah yang memenuhi air laut membuat tubuh naga Jinlong yang sedang tertidur melingkar sontak terjaga. "Aroma manis ini... Mungkinkah... Mungkinkah ini adalah waktunya kebangkitan Feng Huang?" Jinlong mengerang, tubuh naganya menggeliat, kepala naga mendongak, dan tubuh itu pun mencari asal aroma darah yang memenuhi Laut Xishi. Tak jauh dari tempat ia berkultivasi, Jinlong menemukan sesosok tubuh wanita perlahan tenggelam ke arahnya. Aroma darah yang ia rasakan berasal dari wanita tersebut. Menyaksikan hal itu Jinlong mengubah bentuknya menjadi manusia, ia meraih tubuh wanita yang terus bergerak ke dasar Laut Xishi. Di saat wanita itu telah berada d
Di dalam sebuah kamar mewah yang didominasi warna merah dan keemasan, Jinlong menempatkan tubuh Yu Jie di atas dipan lebar yang terbuat dari giok putih. Dipan tersebut tampak bak lapisan awan tebal di angkasa, tetapi memiliki energy kuat untuk meningkatkan kultivasi. Usai meletakkan Yu Jie, Jinlong merapikan anak rambut Yu Jie yang jatuh di atas wajah cantik itu. Ia menyisipkan anak rambut itu ke belakang telinga Yu Jie, sejenak ia menatap Yu Jie dengan penuh kerinduan kemudian pergi menemui para Dewa dan Dewi yang tengah berbincang di depan kamar. "Bagaimana, Yang Mulia?" Dewa Jodoh yang merupakan Sahabat baik Feng Huang tergopoh-gopoh menghampiri Jinlong ketika ia melihat Kaisarnya itu keluar dari kamar. Dengan wajah muram Jinlong menggelengkan kepalanya. "Permaisuri Langit belum memperlihatkan tanda-tanda akan terbangun, tetapi aku sudah menempatkannya di atas dipan giok milikku," ucapnya. Nada pasrah yang terdengar melalui ucapan Jinlong membuat para Dewa dan Dewi saling bertu
Setelah Raja Iblis dikirim kembali ke Sungai Akhirat-- Feng Huang pun menjentikkan jarinya untuk mengembalikan Kaisar Gao yang sedang terluka ke kapal yang ditumpangi oleh Shu Haocun dan keempat Tetua Sekte. Ia dan Jinlong tidak menghampiri para Kultivator di kapal itu, melainkan hanya melambaikan tangan saja dari atap Istana Jinlong. Di saat yang sama, Hong Hu juga berpamitan pada Feng Huang dan Jinlong untuk kembali ke rakyatnya yang masih berada di hutan perbatasan. Sepeninggal Hong Hu, Feng Huang dan Jinlong memutuskan untuk kembali ke Alam Langit demi menemui para Dewa dan Dewi yang selama lebih dari 500 tahun telah dibiarkan hidup tanpa Pemimpin mereka. ***Keesokan harinya, keadaan di Benua Zhejiang kembali seperti sedia kala. Di Istana Taiyang, dua Tabib Istana sibuk bolak-balik ke ruangan kerja Kaisar Gao untuk mengobati Kaisar mereka itu. "Bagaimana keadaan Yang Mulia?" tanya Gong Fai pada seorang Tabib yang baru keluar dari kamar pribadi Kaisar Gao.Tabib itu mengernyit
Tanpa Feng Huang duga, Jinlong yang sejak tadi telah mencoba untuk tidak tertawa keras-- Kini justru terbahak di sampingnya. Melihat tingkah Suaminya itu, ia pun menghela nafas gusar. "Huftt!" ia mengerucutkan bibirnya lalu melemparkan pandangannya pada Raja Iblis yang saat ini telah berdiri tegak di atas rerumputan sambil menatap ke arahnya.Sejak Feng Huang menampakkan wujudnya, semua yang berada di balik kabut tebal sudah mengetahui di mana ia berada, termasuk Raja Iblis."Sekarang kamu sudah muncul? Bagus, jadi terimalah pembalasanku!!" teriak Raja Iblis yang langsung menyerang Feng Huang dengan senjata andalannya, yaitu pemusnah raga Dewa.Feng Huang menghindari serangan tersebut hanya dengan memiringkan tubuhnya dan menyandarkan punggungnya pada Jinlong, membuat serangan Raja Iblis itu tidak berhasil menyentuhnya dan justru melewatinya begitu saja."Apakah dia pikir ini adalah pertempuran 515 tahun yang lalu?" dengusnya.Jinlong hanya tersenyum smirk mendengar ocehan Istrinya i
"Bukankah itu maksud kedatanganku ke sini?" "Jika kamu bertemu dengannya, apakah kamu akan melakukan pertarungan dengan jujur kali ini?!" tukas Jinlong sambil menatap Raja Iblis dengan sebelah alis terangkat naik. "Selain itu, aku juga masih ingat bahwa di pertempuran kita yang terakhir kali di Alam Langit-- Saat itu kamu telah melukai Permaisuriku secara diam-diam." Lanjutnya lagi, di saat yang sama salah satu sudut bibirnya terangkat naik membentuk senyum sinis. Senyum Raja Naga itu yang seolah merendahkan kemampuannya, tentu saja membuat Raja Iblis menjadi geram. Ia bahkan berjanji di dalam hatinya akan membuat Raja Naga menyesali apa yang telah dilakukannya dengan cara membunuh Feng Huang di hadapan Raja Naga."Mengapa tidak perintahkan saja Istrimu untuk menampakkan wujudnya?!" cetus Raja Iblis lantang dengan kedua tangan yang terkepal dan rahang yang mengeras.Sesaat kemudian, suara pekikan pheonik memenuhi semua area di balik kabut tebal. Bersamaan dengan itu, seekor pheonik
Di dalam Istana Jinlong, saat ini Jenderal Shui sedang menahan lengan Jenderal Xiao yang sedang terbakar amarah agar tidak mengejar Raja Iblis. Dan sekeras apapun Jenderal Xiao memberontak, ia hanya terus menatap Sahabatnya itu. "Lepaskan, Jenderal Shui!!" teriak Jenderal Xiao garang sambil menyentakkan lengannya yang sedang dipegang oleh Jenderal Shui. Namun Jenderal Shui semakin mengeratkan genggamannya pada lengan Jenderal Xiao hingga ia mendapatkan pelototan dari Jenderal Xiao. Beberapa saat yang lalu, sebelum mengejar Jenderal Xiao ke dalam Istana-- Jenderal Shui dan Hong Hu bekerja sama terlebih dahulu untuk menjatuhkan ketiga bawahan Raja Iblis. Sebab saat itu, Raja Naga sedang menghukum Jenderal Tiong dengan mengurung sebagian tubuh sebelah bawah Jenderalnya itu di dalam bongkahan batu es. Bahkan kedua kepalan tangan Jenderal Tiong ikut dibuat membeku.Setelah membuat ketiga bawahan Raja Iblis tak lagi berkutik, ia lalu menitipkan mereka pada Hong Hu untuk mengejar Jenderal
"Rajaku, hanya 3 Iblis yang masih bertahan sejauh ini. Dan dengan sisa kekuatan ini hamba pikir kita tidak akan bisa menghadapi Raja Naga juga kedua Jenderalnya. Jadi... Bagaimana jika kita..."Raja Iblis tidak menanggapi ucapan dari salah seorang bawahannya itu, ia justru melirik ke arah Istana Jinlong. Kebetulan kini ia telah berada sangat dekat dengan Istana tersebut, jika ia bisa secepat mungkin berkelebat ke dalam Istana untuk menemukan Feng Huang lalu membunuhnya-- Maka pengorbanan beberapa bawahannya kali ini tidak akan sia-sia.Hanya masalahnya, di bagian mana Istana wanita itu berada sekarang?Ketika pertanyaan ini berkelebat di dalam benaknya, Raja Iblis pun mendengus gusar.'Apakah aku benar-benar tidak bisa menemukan wanita itu?' ia lalu mengalihkan pandangannya ke arah pembatas api dan air. Ada beberapa retakan tampak di bagian atas pembatas, melihat hal itu ia tersenyum licik.Namun, tanpa Raja Iblis duga-- Dari Langit tiba-tiba dua buah cincin emas melesat cepat ke arahn
Pertarungan di pulau terjadi dengan sengit, serangan demi serangan bahkan beberapa kali mengenai dinding pembatas api dan air. Saat itu terjadi, semua Kultivator yang berada di luar pembatas menahan nafas menyaksikan pertempuran antar Raja Naga dan Raja Iblis. Dan, di tengah-tengah kecemasannya akan nasib Benua Zhejiang, Kaisar Gao pun berpikir. Ia tidak bisa hanya diam saja mempertahankan pembatas sedangkan nasib semua penduduk di Benua Zhejiang dan sekitarnya sedang berada di ujung tanduk. "Te-Tetua Shu!" panggilnya pada Shu Haocun. Shu Haocun sontak berpaling setelah ia mendengar panggilan itu, netra tuanya nanar menatap Kaisar Gao. Mencoba mencari tahu apa yang ingin Kaisar Gao bicarakan padanya. "Ada apa, Yang Mulia?" tanyanya dengan kening berkernyit. "Bisakah Tetua Shu menjelaskan padaku, di mana aku bisa menemukan Permaisuri Raja Naga?" tanya Kaisar Gao. Shu Haocun berpikir sejenak, kemudian ia berpaling ke arah Biksu Changyi. Setelah saling bertukar isyarat... Shu Haocun
Netra Raja Iblis yang tajam berkeliaran, meneliti satu persatu ruangan Istana Raja Naga. Apa yang dilakukan oleh Raja Iblis itu tidak luput dari pandangan Jinlong, ia bahkan tersenyum tipis kala menyadari apa yang sedang dicari oleh Raja Iblis. Hingga suara erangan tertahan menyentakkannya dari mengamati Raja Iblis. Caping telinganya bergerak pelan mencoba mencari asal suara, sementara netranya berputar mengamati sekitar pulau. Hingga netranya jatuh pada sesosok tubuh yang berada di atas pundak Raja Iblis. Tubuh itu bergerak, dari sanalah erangan yang baru ia dengar berasal. Bukan hanya Jinlong yang tersentak mendengar erangan tadi, Raja Iblis yang tengah fokus mencari Feng Huang juga sama terkejutnya di saat ia menyadari kalau Hong Hu mulai tersadar di pundaknya. Tidak ingin Hong Hu kembali berontak padanya, Raja Iblis pun mengangkat tangannya untuk menyentuh kepala Hong Hu. Namun, tanpa ia duga, tiba-tiba... Wussh!! Hembusan sedingin badai salju memukul pergelangan tangannya. M
"Jenderal Shui, pembatas air!" titah Jinlong. Dengan cambuk air di tangannya, Jenderal Shui berkelebat melewati Raja Iblis dan ke tujuh bawahannya. Ia mengambang 30 kaki dari permukaan Laut Xishi lalu memecutkan cambuknya ke atas permukaan air laut. Permukaan air bergemuruh, air bergolak mengelilingi pulau di balik kabut. Naik ke atas membentuk pembatas air setinggi 100 kaki. "Sekarang, Jenderal Xiao!" teriak JinlongDua tombak Jenderal Xiao beradu, percikan api besar pun meluncur ke angkasa dan membentuk sebuah kubah api raksasa. Dua perpaduan elemen yang saling bertolak belakang dalam membentuk pembatas ini, membuat kagum para Kultivator yang baru saja menembus kabut tebal dengan belasan perahu. "Hentikan perahu!!" teriakan Shu Haocun menggema. Para juru kemudi segera menarik energi kultivasi mereka yang mereka pergunakan untuk menggerakkan perahu agar perahu segera berhenti. Di saat perahu-perahu itu telah berhenti sempurna tak jauh dari pembatas, Shu Haocun segera mendekati
Di pulau di balik kabut, di Istana Jinlong. Prajurit-prajurit Alam Langit yang ditugaskan untuk menjaga Istana, kini sedang mengumpulkan para pelayan yang dulunya merupakan korban persembahan untuk Dewa Naga di dalam sebuah ruangan. Setelah semua pelayan berkumpul di ruangan tersebut, sekeliling ruangan itu langsung disegel dan diberi penghalang oleh Jenderal Xiao. Agar jika Raja Iblis benar-benar menyerang Istana ini nantinya, maka para pelayan itu akan tetap aman. Usai dengan tugasnya, Jenderal Xiao pun pergi menemui Kaisarnya yang menunggu kedatangan Raja Iblis di depan Istananya bersama dengan Jenderal Shui. "Bagaimana dengan tugasmu, Jenderal Xiao?" lontar Jinlong ketika ia menyadari kehadiran bawahannya itu. Jenderal Xiao mengangguk, "Semua sesuai dengan perintah Yang Mulia," sahutnya, sembari mengambil tempat di sisi kanan Jinlong. Seperti halnya Jenderal Shui dan Jinlong, ia ikut melemparkan pandangannya ke arah perairan, di mana saat ini dari kejauhan... Kedatangan Raja Ibl