Di kedalaman Laut Xishi siang hari, menuju musim dingin... Air laut yang semula hangat mulai berubah menjadi sedingin es. Tetapi hal itu sama sekali tidak mengganggu bagi Dewa Naga Emas yang sedang menjalani kultivasi di dasar laut. Lagipula sudah selama 500 tahun lebih ia menjalani pergantian musim di dasar Laut Xishi, jadi ia telah terbiasa menghadapi perubahan suhu air. Selain itu, dua malam ini suhu tubuhnya telah meningkat secara drastis. Karena dua malam ini secara berturut-turut ia telah memimpikan Permaisurinya yang sangat ia rindukan. Kaisar Langit Jinlong atau Dewa Naga Emas yang lebih dikenal para Dewa dengan Raja Naga Jinlong, sebenarnya sangat ingin menemui reinkarnasi Permaisurinya. Hanya saja ia tidak bisa melakukannya, sebab hal itu akan mengganggu reinkarnasi Feng Huang dalam menjalani 7 cobaan Dewa. Jika 7 cobaan Dewa tidak dijalani dengan sempurna, maka inti jiwa Feng Huang tidak akan terbangkit di dalam tubuh barunya. "Apakah karena aku menahan rinduku terlalu lam
"Kamu ingin mengangkatku untuk menjadi Permaisurimu?!"Kaisar Gao dengan cepat menganggukkan kepalanya, sebelum hari ini ia sama sekali belum pernah melihat wanita yang memiliki kecantikan seperti wanita yang sedang berdiri di hadapannya saat ini. Karena itu, bagaimana ia bisa melepaskan wanita ini? Bahkan jika wanita ini adalah milik seseorang, ia masih bersedia untuk merebutnya. "Seperti ucapanku, aku pasti akan memenuhi janjiku!" ucapnya tanpa ragu. "Memenuhi janji?!" Yu Jie memutar bola matanya dengan jengah, bukankah beberapa bulan yang lalu pria ini telah seenaknya menempatkannya di paviliun Wangjile tanpa pernah ingin melihat wajahnya sama sekali? Dan sekarang... Apakah pria ini berpikir dengan wajah dan tubuhnya itu bisa membuatnya melupakan perlakuan apa yang ia terima selama ia berada di paviliun Wangjile? Selama Yu Jie tinggal di paviliun bagian timur Istana Taiyang itu bersama Yueyin... Para dayang sering berlaku seenaknya padanya. Jatah makannya kerap terlambat diantar
Menyaksikan apa yang Yu Jie lakukan, Kaisar Gao pun melepaskan cengkraman tangannya dari leher Fu Yueyin lalu secepat mungkin berkelebat ke arah tepian Laut Xishi. Di tempat itu ia berdiri di atas dinding pembatas laut dan daratan, menatap ke arah air laut yang perlahan mulai berubah warna. Sementara itu di dasar Laut Xishi, aroma manis darah yang memenuhi air laut membuat tubuh naga Jinlong yang sedang tertidur melingkar sontak terjaga. "Aroma manis ini... Mungkinkah... Mungkinkah ini adalah waktunya kebangkitan Feng Huang?" Jinlong mengerang, tubuh naganya menggeliat, kepala naga mendongak, dan tubuh itu pun mencari asal aroma darah yang memenuhi Laut Xishi. Tak jauh dari tempat ia berkultivasi, Jinlong menemukan sesosok tubuh wanita perlahan tenggelam ke arahnya. Aroma darah yang ia rasakan berasal dari wanita tersebut. Menyaksikan hal itu Jinlong mengubah bentuknya menjadi manusia, ia meraih tubuh wanita yang terus bergerak ke dasar Laut Xishi. Di saat wanita itu telah berada d
Di dalam sebuah kamar mewah yang didominasi warna merah dan keemasan, Jinlong menempatkan tubuh Yu Jie di atas dipan lebar yang terbuat dari giok putih. Dipan tersebut tampak bak lapisan awan tebal di angkasa, tetapi memiliki energy kuat untuk meningkatkan kultivasi. Usai meletakkan Yu Jie, Jinlong merapikan anak rambut Yu Jie yang jatuh di atas wajah cantik itu. Ia menyisipkan anak rambut itu ke belakang telinga Yu Jie, sejenak ia menatap Yu Jie dengan penuh kerinduan kemudian pergi menemui para Dewa dan Dewi yang tengah berbincang di depan kamar. "Bagaimana, Yang Mulia?" Dewa Jodoh yang merupakan Sahabat baik Feng Huang tergopoh-gopoh menghampiri Jinlong ketika ia melihat Kaisarnya itu keluar dari kamar. Dengan wajah muram Jinlong menggelengkan kepalanya. "Permaisuri Langit belum memperlihatkan tanda-tanda akan terbangun, tetapi aku sudah menempatkannya di atas dipan giok milikku," ucapnya. Nada pasrah yang terdengar melalui ucapan Jinlong membuat para Dewa dan Dewi saling bertu
Feng Huang kembali mengangkat wajahnya untuk menatap Jinlong, dan untuk ke sekian kalinya pesona wajah tampan itu berhasil membuatnya tak berkedip. "Wajahmu...""Wajahku?" Jinlong mengangguk sambil berusaha keras untuk menahan agar tawanya tidak terlepas. "Wajahmu memerah."Blush!! Wajah Feng Huang langsung terasa panas, ingin rasanya ia menghilang dari hadapan Jinlong sekarang juga. Tapi, ketika ia melihat dekikan halus di sudut bibir suaminya itu, ia pun memicingkan matanya. Ia mendengus di saat ia menyadari kalau Jinlong sedang menggodanya. "Kamu... Dasar pria tidak tahu malu!!" teriaknya sembari menunjuk Jinlong. Tidak lagi bisa menahan tawanya Jinlong pun terkekeh, untungnya saat ini hanya ada ia dan Feng Huang di sini. Karena sebelumnya ia telah memerintahkan kepada para Dewa dan Dewi untuk segera kembali ke Alam Langit dan menunggu kabar darinya. Jinlong sengaja melakukan hal itu agar ia bisa memberikan tempat yang tenang bagi Feng Huang di saat Istri cantiknya itu terbang
Kaki bukit Gushan menjelang siang hari. Fu Jiazhen yang berhasil melarikan diri bersama Fu Yueyin dan Chun dengan bantuan para murid Sekte Burung Api akhirnya mengikuti para murid Shu Haocun itu untuk kembali ke Sekte Burung Api. Karena perbuatannya hari ini yang sama sekali tidak diketahui oleh Ayahnya, Fu Jiazhen tentu saja tidak bisa membawa Adiknya kembali ke Sektenya. Setibanya di Sekte Burung Api, dan setelah ia mengganti pakaiannya dengan pakaian yang diberikan oleh Shu Haocun, Fu Jiazhen pun mengajak Fu Yueyin untuk pergi menemui Shu Haocun di Aula Sekte. Beberapa saat kemudian di saat Fu Jiazhen dan Fu Yueyin tiba di Aula Sekte, ia menyaksikan Shu Haocun sedang berdiri membelakangi para muridnya yang tengah berlutut. Pria paruh baya itu terlihat gemetar ketika Shu Haocun membungkuk berkali-kali di hadapan altar Kaisar Langit. "Kaisar Langit, hamba mohon Kaisar Langit jangan mendendam! Hamba sudah berusaha dengan keras untuk menyelamatkan Jie agar tidak menjadi korban persem
Lewat siang hari, usai membersihkan tubuhnya dan mengganti pakaiannya dengan pakaian kering yang telah dipersiapkan oleh salah seorang pelayan untuknya, Feng Huang yang tertangkap basah sedang membicarakan Jinlong terpaksa mengejar suaminya itu keluar kamar. Beberapa dupa yang lalu, ia sempat beradu mulut dengan Jinlong tentang keinginannya yang ingin kembali ke Benua Zhejiang. Sebab ada banyak sekali masalah yang yang harus ia selesaikan di sana. Pertama-tama, Feng Huang akan pergi menemui Shu Haocun untuk bertanya pada Kakek Yu Jie itu tentang apa hubungan Shu Haocun dengan suaminya Jinlong? Mengapa pria paruh baya itu sengaja menempatkan Yu Jie di paviliun Wangjile lalu mengorbankan Yu Jie sebagai persembahan untuk Dewa Naga Penguasa Laut Xishi yang tak lain adalah suaminya sendiri? Apakah ini adalah rencana Shu Haocun bersama suaminya? Kemudian, ia akan pergi diam-diam ke kediaman Yu untuk berpamitan pada Nenek Yu Jie dan juga Chun yang ia pikir mungkin saja telah kembali ke ked
Terus mengikuti Jinlong yang hanya diam seperti ini, sangatlah menakutkan bagi Feng Huang. Selain itu ia telah mengenal baik tabiat suaminya ini di Alam Langit. "Kamu baru saja mendobrak kamar, bagaimana jika saat itu aku tidak mengenakan apa-apa di dalam sana?" sungutnya, sebenarnya saat ini Feng Huang hanya ingin sedikit menggoda Jinlong. Lagipula ia harus mencairkan suasana agar suaminya ini mau berbicara padanya. Dan tanpa Feng Huang duga, Jinlong tiba-tiba menghentikan langkahnya. Suaminya itu membalikkan tubuh dalam satu kedipan mata kemudian menatap ke dalam iris matanya. Menembus hingga ke relung hatinya yang terdalam. Naasnya, di bawah tatapan sebiru air laut itu tubuhnya sontak membeku, untuk ke sekian kalinya ia terjerat bak ikan yang terkena pukat nelayan, menggelepar, lemah, dan tak berdaya. "Apa yang kamu takutkan?! Bukankah aku pernah melihatmu tidak mengenakan sehelai benang pun di tubuhmu?!"Kata-kata itu sontak saja membuat wajah Feng Huang merona, bahkan Feng Hua
Setelah Raja Iblis dikirim kembali ke Sungai Akhirat-- Feng Huang pun menjentikkan jarinya untuk mengembalikan Kaisar Gao yang sedang terluka ke kapal yang ditumpangi oleh Shu Haocun dan keempat Tetua Sekte. Ia dan Jinlong tidak menghampiri para Kultivator di kapal itu, melainkan hanya melambaikan tangan saja dari atap Istana Jinlong. Di saat yang sama, Hong Hu juga berpamitan pada Feng Huang dan Jinlong untuk kembali ke rakyatnya yang masih berada di hutan perbatasan. Sepeninggal Hong Hu, Feng Huang dan Jinlong memutuskan untuk kembali ke Alam Langit demi menemui para Dewa dan Dewi yang selama lebih dari 500 tahun telah dibiarkan hidup tanpa Pemimpin mereka. ***Keesokan harinya, keadaan di Benua Zhejiang kembali seperti sedia kala. Di Istana Taiyang, dua Tabib Istana sibuk bolak-balik ke ruangan kerja Kaisar Gao untuk mengobati Kaisar mereka itu. "Bagaimana keadaan Yang Mulia?" tanya Gong Fai pada seorang Tabib yang baru keluar dari kamar pribadi Kaisar Gao.Tabib itu mengernyit
Tanpa Feng Huang duga, Jinlong yang sejak tadi telah mencoba untuk tidak tertawa keras-- Kini justru terbahak di sampingnya. Melihat tingkah Suaminya itu, ia pun menghela nafas gusar. "Huftt!" ia mengerucutkan bibirnya lalu melemparkan pandangannya pada Raja Iblis yang saat ini telah berdiri tegak di atas rerumputan sambil menatap ke arahnya.Sejak Feng Huang menampakkan wujudnya, semua yang berada di balik kabut tebal sudah mengetahui di mana ia berada, termasuk Raja Iblis."Sekarang kamu sudah muncul? Bagus, jadi terimalah pembalasanku!!" teriak Raja Iblis yang langsung menyerang Feng Huang dengan senjata andalannya, yaitu pemusnah raga Dewa.Feng Huang menghindari serangan tersebut hanya dengan memiringkan tubuhnya dan menyandarkan punggungnya pada Jinlong, membuat serangan Raja Iblis itu tidak berhasil menyentuhnya dan justru melewatinya begitu saja."Apakah dia pikir ini adalah pertempuran 515 tahun yang lalu?" dengusnya.Jinlong hanya tersenyum smirk mendengar ocehan Istrinya i
"Bukankah itu maksud kedatanganku ke sini?" "Jika kamu bertemu dengannya, apakah kamu akan melakukan pertarungan dengan jujur kali ini?!" tukas Jinlong sambil menatap Raja Iblis dengan sebelah alis terangkat naik. "Selain itu, aku juga masih ingat bahwa di pertempuran kita yang terakhir kali di Alam Langit-- Saat itu kamu telah melukai Permaisuriku secara diam-diam." Lanjutnya lagi, di saat yang sama salah satu sudut bibirnya terangkat naik membentuk senyum sinis. Senyum Raja Naga itu yang seolah merendahkan kemampuannya, tentu saja membuat Raja Iblis menjadi geram. Ia bahkan berjanji di dalam hatinya akan membuat Raja Naga menyesali apa yang telah dilakukannya dengan cara membunuh Feng Huang di hadapan Raja Naga."Mengapa tidak perintahkan saja Istrimu untuk menampakkan wujudnya?!" cetus Raja Iblis lantang dengan kedua tangan yang terkepal dan rahang yang mengeras.Sesaat kemudian, suara pekikan pheonik memenuhi semua area di balik kabut tebal. Bersamaan dengan itu, seekor pheonik
Di dalam Istana Jinlong, saat ini Jenderal Shui sedang menahan lengan Jenderal Xiao yang sedang terbakar amarah agar tidak mengejar Raja Iblis. Dan sekeras apapun Jenderal Xiao memberontak, ia hanya terus menatap Sahabatnya itu. "Lepaskan, Jenderal Shui!!" teriak Jenderal Xiao garang sambil menyentakkan lengannya yang sedang dipegang oleh Jenderal Shui. Namun Jenderal Shui semakin mengeratkan genggamannya pada lengan Jenderal Xiao hingga ia mendapatkan pelototan dari Jenderal Xiao. Beberapa saat yang lalu, sebelum mengejar Jenderal Xiao ke dalam Istana-- Jenderal Shui dan Hong Hu bekerja sama terlebih dahulu untuk menjatuhkan ketiga bawahan Raja Iblis. Sebab saat itu, Raja Naga sedang menghukum Jenderal Tiong dengan mengurung sebagian tubuh sebelah bawah Jenderalnya itu di dalam bongkahan batu es. Bahkan kedua kepalan tangan Jenderal Tiong ikut dibuat membeku.Setelah membuat ketiga bawahan Raja Iblis tak lagi berkutik, ia lalu menitipkan mereka pada Hong Hu untuk mengejar Jenderal
"Rajaku, hanya 3 Iblis yang masih bertahan sejauh ini. Dan dengan sisa kekuatan ini hamba pikir kita tidak akan bisa menghadapi Raja Naga juga kedua Jenderalnya. Jadi... Bagaimana jika kita..."Raja Iblis tidak menanggapi ucapan dari salah seorang bawahannya itu, ia justru melirik ke arah Istana Jinlong. Kebetulan kini ia telah berada sangat dekat dengan Istana tersebut, jika ia bisa secepat mungkin berkelebat ke dalam Istana untuk menemukan Feng Huang lalu membunuhnya-- Maka pengorbanan beberapa bawahannya kali ini tidak akan sia-sia.Hanya masalahnya, di bagian mana Istana wanita itu berada sekarang?Ketika pertanyaan ini berkelebat di dalam benaknya, Raja Iblis pun mendengus gusar.'Apakah aku benar-benar tidak bisa menemukan wanita itu?' ia lalu mengalihkan pandangannya ke arah pembatas api dan air. Ada beberapa retakan tampak di bagian atas pembatas, melihat hal itu ia tersenyum licik.Namun, tanpa Raja Iblis duga-- Dari Langit tiba-tiba dua buah cincin emas melesat cepat ke arahn
Pertarungan di pulau terjadi dengan sengit, serangan demi serangan bahkan beberapa kali mengenai dinding pembatas api dan air. Saat itu terjadi, semua Kultivator yang berada di luar pembatas menahan nafas menyaksikan pertempuran antar Raja Naga dan Raja Iblis. Dan, di tengah-tengah kecemasannya akan nasib Benua Zhejiang, Kaisar Gao pun berpikir. Ia tidak bisa hanya diam saja mempertahankan pembatas sedangkan nasib semua penduduk di Benua Zhejiang dan sekitarnya sedang berada di ujung tanduk. "Te-Tetua Shu!" panggilnya pada Shu Haocun. Shu Haocun sontak berpaling setelah ia mendengar panggilan itu, netra tuanya nanar menatap Kaisar Gao. Mencoba mencari tahu apa yang ingin Kaisar Gao bicarakan padanya. "Ada apa, Yang Mulia?" tanyanya dengan kening berkernyit. "Bisakah Tetua Shu menjelaskan padaku, di mana aku bisa menemukan Permaisuri Raja Naga?" tanya Kaisar Gao. Shu Haocun berpikir sejenak, kemudian ia berpaling ke arah Biksu Changyi. Setelah saling bertukar isyarat... Shu Haocun
Netra Raja Iblis yang tajam berkeliaran, meneliti satu persatu ruangan Istana Raja Naga. Apa yang dilakukan oleh Raja Iblis itu tidak luput dari pandangan Jinlong, ia bahkan tersenyum tipis kala menyadari apa yang sedang dicari oleh Raja Iblis. Hingga suara erangan tertahan menyentakkannya dari mengamati Raja Iblis. Caping telinganya bergerak pelan mencoba mencari asal suara, sementara netranya berputar mengamati sekitar pulau. Hingga netranya jatuh pada sesosok tubuh yang berada di atas pundak Raja Iblis. Tubuh itu bergerak, dari sanalah erangan yang baru ia dengar berasal. Bukan hanya Jinlong yang tersentak mendengar erangan tadi, Raja Iblis yang tengah fokus mencari Feng Huang juga sama terkejutnya di saat ia menyadari kalau Hong Hu mulai tersadar di pundaknya. Tidak ingin Hong Hu kembali berontak padanya, Raja Iblis pun mengangkat tangannya untuk menyentuh kepala Hong Hu. Namun, tanpa ia duga, tiba-tiba... Wussh!! Hembusan sedingin badai salju memukul pergelangan tangannya. M
"Jenderal Shui, pembatas air!" titah Jinlong. Dengan cambuk air di tangannya, Jenderal Shui berkelebat melewati Raja Iblis dan ke tujuh bawahannya. Ia mengambang 30 kaki dari permukaan Laut Xishi lalu memecutkan cambuknya ke atas permukaan air laut. Permukaan air bergemuruh, air bergolak mengelilingi pulau di balik kabut. Naik ke atas membentuk pembatas air setinggi 100 kaki. "Sekarang, Jenderal Xiao!" teriak JinlongDua tombak Jenderal Xiao beradu, percikan api besar pun meluncur ke angkasa dan membentuk sebuah kubah api raksasa. Dua perpaduan elemen yang saling bertolak belakang dalam membentuk pembatas ini, membuat kagum para Kultivator yang baru saja menembus kabut tebal dengan belasan perahu. "Hentikan perahu!!" teriakan Shu Haocun menggema. Para juru kemudi segera menarik energi kultivasi mereka yang mereka pergunakan untuk menggerakkan perahu agar perahu segera berhenti. Di saat perahu-perahu itu telah berhenti sempurna tak jauh dari pembatas, Shu Haocun segera mendekati
Di pulau di balik kabut, di Istana Jinlong. Prajurit-prajurit Alam Langit yang ditugaskan untuk menjaga Istana, kini sedang mengumpulkan para pelayan yang dulunya merupakan korban persembahan untuk Dewa Naga di dalam sebuah ruangan. Setelah semua pelayan berkumpul di ruangan tersebut, sekeliling ruangan itu langsung disegel dan diberi penghalang oleh Jenderal Xiao. Agar jika Raja Iblis benar-benar menyerang Istana ini nantinya, maka para pelayan itu akan tetap aman. Usai dengan tugasnya, Jenderal Xiao pun pergi menemui Kaisarnya yang menunggu kedatangan Raja Iblis di depan Istananya bersama dengan Jenderal Shui. "Bagaimana dengan tugasmu, Jenderal Xiao?" lontar Jinlong ketika ia menyadari kehadiran bawahannya itu. Jenderal Xiao mengangguk, "Semua sesuai dengan perintah Yang Mulia," sahutnya, sembari mengambil tempat di sisi kanan Jinlong. Seperti halnya Jenderal Shui dan Jinlong, ia ikut melemparkan pandangannya ke arah perairan, di mana saat ini dari kejauhan... Kedatangan Raja Ibl