Menyaksikan apa yang Yu Jie lakukan, Kaisar Gao pun melepaskan cengkraman tangannya dari leher Fu Yueyin lalu secepat mungkin berkelebat ke arah tepian Laut Xishi. Di tempat itu ia berdiri di atas dinding pembatas laut dan daratan, menatap ke arah air laut yang perlahan mulai berubah warna. Sementara itu di dasar Laut Xishi, aroma manis darah yang memenuhi air laut membuat tubuh naga Jinlong yang sedang tertidur melingkar sontak terjaga. "Aroma manis ini... Mungkinkah... Mungkinkah ini adalah waktunya kebangkitan Feng Huang?" Jinlong mengerang, tubuh naganya menggeliat, kepala naga mendongak, dan tubuh itu pun mencari asal aroma darah yang memenuhi Laut Xishi. Tak jauh dari tempat ia berkultivasi, Jinlong menemukan sesosok tubuh wanita perlahan tenggelam ke arahnya. Aroma darah yang ia rasakan berasal dari wanita tersebut. Menyaksikan hal itu Jinlong mengubah bentuknya menjadi manusia, ia meraih tubuh wanita yang terus bergerak ke dasar Laut Xishi. Di saat wanita itu telah berada d
Di dalam sebuah kamar mewah yang didominasi warna merah dan keemasan, Jinlong menempatkan tubuh Yu Jie di atas dipan lebar yang terbuat dari giok putih. Dipan tersebut tampak bak lapisan awan tebal di angkasa, tetapi memiliki energy kuat untuk meningkatkan kultivasi. Usai meletakkan Yu Jie, Jinlong merapikan anak rambut Yu Jie yang jatuh di atas wajah cantik itu. Ia menyisipkan anak rambut itu ke belakang telinga Yu Jie, sejenak ia menatap Yu Jie dengan penuh kerinduan kemudian pergi menemui para Dewa dan Dewi yang tengah berbincang di depan kamar. "Bagaimana, Yang Mulia?" Dewa Jodoh yang merupakan Sahabat baik Feng Huang tergopoh-gopoh menghampiri Jinlong ketika ia melihat Kaisarnya itu keluar dari kamar. Dengan wajah muram Jinlong menggelengkan kepalanya. "Permaisuri Langit belum memperlihatkan tanda-tanda akan terbangun, tetapi aku sudah menempatkannya di atas dipan giok milikku," ucapnya. Nada pasrah yang terdengar melalui ucapan Jinlong membuat para Dewa dan Dewi saling bertu
Feng Huang kembali mengangkat wajahnya untuk menatap Jinlong, dan untuk ke sekian kalinya pesona wajah tampan itu berhasil membuatnya tak berkedip. "Wajahmu...""Wajahku?" Jinlong mengangguk sambil berusaha keras untuk menahan agar tawanya tidak terlepas. "Wajahmu memerah."Blush!! Wajah Feng Huang langsung terasa panas, ingin rasanya ia menghilang dari hadapan Jinlong sekarang juga. Tapi, ketika ia melihat dekikan halus di sudut bibir suaminya itu, ia pun memicingkan matanya. Ia mendengus di saat ia menyadari kalau Jinlong sedang menggodanya. "Kamu... Dasar pria tidak tahu malu!!" teriaknya sembari menunjuk Jinlong. Tidak lagi bisa menahan tawanya Jinlong pun terkekeh, untungnya saat ini hanya ada ia dan Feng Huang di sini. Karena sebelumnya ia telah memerintahkan kepada para Dewa dan Dewi untuk segera kembali ke Alam Langit dan menunggu kabar darinya. Jinlong sengaja melakukan hal itu agar ia bisa memberikan tempat yang tenang bagi Feng Huang di saat Istri cantiknya itu terbang
Kaki bukit Gushan menjelang siang hari. Fu Jiazhen yang berhasil melarikan diri bersama Fu Yueyin dan Chun dengan bantuan para murid Sekte Burung Api akhirnya mengikuti para murid Shu Haocun itu untuk kembali ke Sekte Burung Api. Karena perbuatannya hari ini yang sama sekali tidak diketahui oleh Ayahnya, Fu Jiazhen tentu saja tidak bisa membawa Adiknya kembali ke Sektenya. Setibanya di Sekte Burung Api, dan setelah ia mengganti pakaiannya dengan pakaian yang diberikan oleh Shu Haocun, Fu Jiazhen pun mengajak Fu Yueyin untuk pergi menemui Shu Haocun di Aula Sekte. Beberapa saat kemudian di saat Fu Jiazhen dan Fu Yueyin tiba di Aula Sekte, ia menyaksikan Shu Haocun sedang berdiri membelakangi para muridnya yang tengah berlutut. Pria paruh baya itu terlihat gemetar ketika Shu Haocun membungkuk berkali-kali di hadapan altar Kaisar Langit. "Kaisar Langit, hamba mohon Kaisar Langit jangan mendendam! Hamba sudah berusaha dengan keras untuk menyelamatkan Jie agar tidak menjadi korban persem
Lewat siang hari, usai membersihkan tubuhnya dan mengganti pakaiannya dengan pakaian kering yang telah dipersiapkan oleh salah seorang pelayan untuknya, Feng Huang yang tertangkap basah sedang membicarakan Jinlong terpaksa mengejar suaminya itu keluar kamar. Beberapa dupa yang lalu, ia sempat beradu mulut dengan Jinlong tentang keinginannya yang ingin kembali ke Benua Zhejiang. Sebab ada banyak sekali masalah yang yang harus ia selesaikan di sana. Pertama-tama, Feng Huang akan pergi menemui Shu Haocun untuk bertanya pada Kakek Yu Jie itu tentang apa hubungan Shu Haocun dengan suaminya Jinlong? Mengapa pria paruh baya itu sengaja menempatkan Yu Jie di paviliun Wangjile lalu mengorbankan Yu Jie sebagai persembahan untuk Dewa Naga Penguasa Laut Xishi yang tak lain adalah suaminya sendiri? Apakah ini adalah rencana Shu Haocun bersama suaminya? Kemudian, ia akan pergi diam-diam ke kediaman Yu untuk berpamitan pada Nenek Yu Jie dan juga Chun yang ia pikir mungkin saja telah kembali ke ked
Terus mengikuti Jinlong yang hanya diam seperti ini, sangatlah menakutkan bagi Feng Huang. Selain itu ia telah mengenal baik tabiat suaminya ini di Alam Langit. "Kamu baru saja mendobrak kamar, bagaimana jika saat itu aku tidak mengenakan apa-apa di dalam sana?" sungutnya, sebenarnya saat ini Feng Huang hanya ingin sedikit menggoda Jinlong. Lagipula ia harus mencairkan suasana agar suaminya ini mau berbicara padanya. Dan tanpa Feng Huang duga, Jinlong tiba-tiba menghentikan langkahnya. Suaminya itu membalikkan tubuh dalam satu kedipan mata kemudian menatap ke dalam iris matanya. Menembus hingga ke relung hatinya yang terdalam. Naasnya, di bawah tatapan sebiru air laut itu tubuhnya sontak membeku, untuk ke sekian kalinya ia terjerat bak ikan yang terkena pukat nelayan, menggelepar, lemah, dan tak berdaya. "Apa yang kamu takutkan?! Bukankah aku pernah melihatmu tidak mengenakan sehelai benang pun di tubuhmu?!"Kata-kata itu sontak saja membuat wajah Feng Huang merona, bahkan Feng Hua
Matahari telah tenggelam 2 sichen yang lalu, namun sejak ia kembali dari tepian Laut Xishi setelah dibujuk oleh Kasim dan Menterinya, Kaisar Gao justru mengurung dirinya di ruang kerjanya. Entah mengapa hingga saat ini ia masih belum bisa melepaskan Yu Jie dari pikirannya. Wajah Yu Jie, helaian rambut hitam yang menyentuh wajahnya. Semua itu hampir membuatnya menjadi gila ketika ia memikirkannya. Bahkan, ia sama sekali tidak peduli pada Fu Yueyin juga para pemberontak yang telah menghalangi perjalanannya pagi ini. Mungkin lebih tepatnya, ia sedikit bersukur akan kehadiran para pemberontak itu. Jika tidak, mungkin ia tidak akan pernah bisa melihat wajah dari Nona kediaman Yu yang telah tidak ia pedulikan selama berbulan-bulan ini. "Pelukis Istana." Dengan geram Kaisar Gao mengepalkan kedua tangannya. Ia ingat, kala ia menerima lukisan para calon Selir, saat itu ia melihat lukisan Yu Jie tampak buruk sekali. Sama sekali tidak mencerminkan diri Yu Jie yang telah ia lihat pagi ini. "Pada
"Kalian para manusia, putar balik kapal! Kalian tidak diperkenankan memasuki wilayah para Dewa!" Kata-kata Jenderal Langit itu tentu saja mengejutkan Kaisar Gao bersama seluruh pasukannya termasuk semua penumpang di kedua perahu nelayan. Di daratan Benua Zhejiang, sudah bukan rahasia lagi bahwa hanya para penghuni Alam Langitlah yang memiliki kemampuan untuk melayang di udara. Karena para Kultivator yang memiliki kemampuan setinggi Shu Haocun saja masih belum mampu melakukan hal itu. Meski kemampuan qinggong Shu Haocun sudah berada di tingkat 9.Jadi, meski para Kultivator di Benua Zhejiang belum pernah melihat kehadiran Dewa di Alam Kultivasi ini selama seratus tahun belakangan selain Dewa Naga Penguasa Laut Xishi, hanya dengan melihat kemampuan Jenderal Langit bersama pasukannya saja sudah cukup untuk membuat mereka mengerti kalau yang ada di hadapan mereka sekarang merupakan penghuni Alam Langit. Bahkan, dari segi penampilan Jenderal Langit yang sangar dan lengkap dengan atribut