Feng Huang kembali mengangkat wajahnya untuk menatap Jinlong, dan untuk ke sekian kalinya pesona wajah tampan itu berhasil membuatnya tak berkedip. "Wajahmu...""Wajahku?" Jinlong mengangguk sambil berusaha keras untuk menahan agar tawanya tidak terlepas. "Wajahmu memerah."Blush!! Wajah Feng Huang langsung terasa panas, ingin rasanya ia menghilang dari hadapan Jinlong sekarang juga. Tapi, ketika ia melihat dekikan halus di sudut bibir suaminya itu, ia pun memicingkan matanya. Ia mendengus di saat ia menyadari kalau Jinlong sedang menggodanya. "Kamu... Dasar pria tidak tahu malu!!" teriaknya sembari menunjuk Jinlong. Tidak lagi bisa menahan tawanya Jinlong pun terkekeh, untungnya saat ini hanya ada ia dan Feng Huang di sini. Karena sebelumnya ia telah memerintahkan kepada para Dewa dan Dewi untuk segera kembali ke Alam Langit dan menunggu kabar darinya. Jinlong sengaja melakukan hal itu agar ia bisa memberikan tempat yang tenang bagi Feng Huang di saat Istri cantiknya itu terbang
Kaki bukit Gushan menjelang siang hari. Fu Jiazhen yang berhasil melarikan diri bersama Fu Yueyin dan Chun dengan bantuan para murid Sekte Burung Api akhirnya mengikuti para murid Shu Haocun itu untuk kembali ke Sekte Burung Api. Karena perbuatannya hari ini yang sama sekali tidak diketahui oleh Ayahnya, Fu Jiazhen tentu saja tidak bisa membawa Adiknya kembali ke Sektenya. Setibanya di Sekte Burung Api, dan setelah ia mengganti pakaiannya dengan pakaian yang diberikan oleh Shu Haocun, Fu Jiazhen pun mengajak Fu Yueyin untuk pergi menemui Shu Haocun di Aula Sekte. Beberapa saat kemudian di saat Fu Jiazhen dan Fu Yueyin tiba di Aula Sekte, ia menyaksikan Shu Haocun sedang berdiri membelakangi para muridnya yang tengah berlutut. Pria paruh baya itu terlihat gemetar ketika Shu Haocun membungkuk berkali-kali di hadapan altar Kaisar Langit. "Kaisar Langit, hamba mohon Kaisar Langit jangan mendendam! Hamba sudah berusaha dengan keras untuk menyelamatkan Jie agar tidak menjadi korban persem
Lewat siang hari, usai membersihkan tubuhnya dan mengganti pakaiannya dengan pakaian kering yang telah dipersiapkan oleh salah seorang pelayan untuknya, Feng Huang yang tertangkap basah sedang membicarakan Jinlong terpaksa mengejar suaminya itu keluar kamar. Beberapa dupa yang lalu, ia sempat beradu mulut dengan Jinlong tentang keinginannya yang ingin kembali ke Benua Zhejiang. Sebab ada banyak sekali masalah yang yang harus ia selesaikan di sana. Pertama-tama, Feng Huang akan pergi menemui Shu Haocun untuk bertanya pada Kakek Yu Jie itu tentang apa hubungan Shu Haocun dengan suaminya Jinlong? Mengapa pria paruh baya itu sengaja menempatkan Yu Jie di paviliun Wangjile lalu mengorbankan Yu Jie sebagai persembahan untuk Dewa Naga Penguasa Laut Xishi yang tak lain adalah suaminya sendiri? Apakah ini adalah rencana Shu Haocun bersama suaminya? Kemudian, ia akan pergi diam-diam ke kediaman Yu untuk berpamitan pada Nenek Yu Jie dan juga Chun yang ia pikir mungkin saja telah kembali ke ked
Terus mengikuti Jinlong yang hanya diam seperti ini, sangatlah menakutkan bagi Feng Huang. Selain itu ia telah mengenal baik tabiat suaminya ini di Alam Langit. "Kamu baru saja mendobrak kamar, bagaimana jika saat itu aku tidak mengenakan apa-apa di dalam sana?" sungutnya, sebenarnya saat ini Feng Huang hanya ingin sedikit menggoda Jinlong. Lagipula ia harus mencairkan suasana agar suaminya ini mau berbicara padanya. Dan tanpa Feng Huang duga, Jinlong tiba-tiba menghentikan langkahnya. Suaminya itu membalikkan tubuh dalam satu kedipan mata kemudian menatap ke dalam iris matanya. Menembus hingga ke relung hatinya yang terdalam. Naasnya, di bawah tatapan sebiru air laut itu tubuhnya sontak membeku, untuk ke sekian kalinya ia terjerat bak ikan yang terkena pukat nelayan, menggelepar, lemah, dan tak berdaya. "Apa yang kamu takutkan?! Bukankah aku pernah melihatmu tidak mengenakan sehelai benang pun di tubuhmu?!"Kata-kata itu sontak saja membuat wajah Feng Huang merona, bahkan Feng Hua
Matahari telah tenggelam 2 sichen yang lalu, namun sejak ia kembali dari tepian Laut Xishi setelah dibujuk oleh Kasim dan Menterinya, Kaisar Gao justru mengurung dirinya di ruang kerjanya. Entah mengapa hingga saat ini ia masih belum bisa melepaskan Yu Jie dari pikirannya. Wajah Yu Jie, helaian rambut hitam yang menyentuh wajahnya. Semua itu hampir membuatnya menjadi gila ketika ia memikirkannya. Bahkan, ia sama sekali tidak peduli pada Fu Yueyin juga para pemberontak yang telah menghalangi perjalanannya pagi ini. Mungkin lebih tepatnya, ia sedikit bersukur akan kehadiran para pemberontak itu. Jika tidak, mungkin ia tidak akan pernah bisa melihat wajah dari Nona kediaman Yu yang telah tidak ia pedulikan selama berbulan-bulan ini. "Pelukis Istana." Dengan geram Kaisar Gao mengepalkan kedua tangannya. Ia ingat, kala ia menerima lukisan para calon Selir, saat itu ia melihat lukisan Yu Jie tampak buruk sekali. Sama sekali tidak mencerminkan diri Yu Jie yang telah ia lihat pagi ini. "Pada
"Kalian para manusia, putar balik kapal! Kalian tidak diperkenankan memasuki wilayah para Dewa!" Kata-kata Jenderal Langit itu tentu saja mengejutkan Kaisar Gao bersama seluruh pasukannya termasuk semua penumpang di kedua perahu nelayan. Di daratan Benua Zhejiang, sudah bukan rahasia lagi bahwa hanya para penghuni Alam Langitlah yang memiliki kemampuan untuk melayang di udara. Karena para Kultivator yang memiliki kemampuan setinggi Shu Haocun saja masih belum mampu melakukan hal itu. Meski kemampuan qinggong Shu Haocun sudah berada di tingkat 9.Jadi, meski para Kultivator di Benua Zhejiang belum pernah melihat kehadiran Dewa di Alam Kultivasi ini selama seratus tahun belakangan selain Dewa Naga Penguasa Laut Xishi, hanya dengan melihat kemampuan Jenderal Langit bersama pasukannya saja sudah cukup untuk membuat mereka mengerti kalau yang ada di hadapan mereka sekarang merupakan penghuni Alam Langit. Bahkan, dari segi penampilan Jenderal Langit yang sangar dan lengkap dengan atribut
Di dalam kamar Jinlong, sejak Feng Huang berbicara dengan Jinlong, suaminya itu tiba-tiba mengurungnya di dalam kamar ini. Ia tidak mengerti apa yang membuat Jinlong seolah tampak marah sekali setelah ia menceritakan penyebab ia bunuh diri dan terjun ke Laut Xishi. Jika yang mengalami apa yang Yu Jie alami benar-benar dirinya, ia pasti tidak akan berbuat senekat itu. Kemungkinan terbesarnya Feng Huang justru akan menginjak Kaisar Gao di bawah kakinya. Kemudian ia akan mengajak Dewa Naga Penguasa Laut Xishi untuk beradu kultivasi dengannya. Itu sebelum ia tahu siapa Dewa Naga itu. Sambil terus mondar-mandir di dalam kamar dengan memasang wajah gusar, Feng Huang terus menggerutu. Mengutuk Jinlong yang telah berlaku seenaknya padanya dengan mengurungnya di kamar ini. Sayangnya ia tidak bisa membongkar sandiwaranya sebelum ia membalaskan dendam Yu Jie, jika tidak... Ia tentu saja akan membalas perbuatan yang telah Jinlong lakukan terhadapnya. "Huh, sudah ribuan tahun aku mencoba bersaba
"Aku..." Feng Huang mencoba mengatur nafasnya yang terasa sesak, juga jantungnya yang berdetak keras seakan ingin melompat keluar dari tubuhnya. Tanpa menyadari bahwa ia masih meremas hanfu yang Jinlong kenakan dengan kedua tangan mungilnya. Di sisi lain, Jinlong justru memperhatikan reaksi Istrinya itu. "Mungkin belum saatnya," bisiknya dalam hati sambil mengamati wajah Feng Huang dengan netranya. "Dia baru saja terbangun hari ini, jadi bagaimana mungkin aku..." Sesaat Jinlong menarik nafas dalam-dalam lalu menghembuskannya secara perlahan demi meredakan gejolak gairah yang ia rasakan. Lagipula ia bukan Raja Naga yang dulu yang selalu bisa mendapatkan semua yang ia inginkan dari Feng Huang. Kini ia mencintai Istrinya ini. Sangat cinta, hingga ia tidak mungkin mampu membuat Feng Huang menjadi bersedih karena ulahnya. "Istirahatlah! Besok aku akan mengantarmu ke daratan Benua Zhejiang," ucapnya seraya mengangkat tangannya, memindahkan tangan tersebut dari tengkuk Feng Huang ke pucu
Setelah Raja Iblis dikirim kembali ke Sungai Akhirat-- Feng Huang pun menjentikkan jarinya untuk mengembalikan Kaisar Gao yang sedang terluka ke kapal yang ditumpangi oleh Shu Haocun dan keempat Tetua Sekte. Ia dan Jinlong tidak menghampiri para Kultivator di kapal itu, melainkan hanya melambaikan tangan saja dari atap Istana Jinlong. Di saat yang sama, Hong Hu juga berpamitan pada Feng Huang dan Jinlong untuk kembali ke rakyatnya yang masih berada di hutan perbatasan. Sepeninggal Hong Hu, Feng Huang dan Jinlong memutuskan untuk kembali ke Alam Langit demi menemui para Dewa dan Dewi yang selama lebih dari 500 tahun telah dibiarkan hidup tanpa Pemimpin mereka. ***Keesokan harinya, keadaan di Benua Zhejiang kembali seperti sedia kala. Di Istana Taiyang, dua Tabib Istana sibuk bolak-balik ke ruangan kerja Kaisar Gao untuk mengobati Kaisar mereka itu. "Bagaimana keadaan Yang Mulia?" tanya Gong Fai pada seorang Tabib yang baru keluar dari kamar pribadi Kaisar Gao.Tabib itu mengernyit
Tanpa Feng Huang duga, Jinlong yang sejak tadi telah mencoba untuk tidak tertawa keras-- Kini justru terbahak di sampingnya. Melihat tingkah Suaminya itu, ia pun menghela nafas gusar. "Huftt!" ia mengerucutkan bibirnya lalu melemparkan pandangannya pada Raja Iblis yang saat ini telah berdiri tegak di atas rerumputan sambil menatap ke arahnya.Sejak Feng Huang menampakkan wujudnya, semua yang berada di balik kabut tebal sudah mengetahui di mana ia berada, termasuk Raja Iblis."Sekarang kamu sudah muncul? Bagus, jadi terimalah pembalasanku!!" teriak Raja Iblis yang langsung menyerang Feng Huang dengan senjata andalannya, yaitu pemusnah raga Dewa.Feng Huang menghindari serangan tersebut hanya dengan memiringkan tubuhnya dan menyandarkan punggungnya pada Jinlong, membuat serangan Raja Iblis itu tidak berhasil menyentuhnya dan justru melewatinya begitu saja."Apakah dia pikir ini adalah pertempuran 515 tahun yang lalu?" dengusnya.Jinlong hanya tersenyum smirk mendengar ocehan Istrinya i
"Bukankah itu maksud kedatanganku ke sini?" "Jika kamu bertemu dengannya, apakah kamu akan melakukan pertarungan dengan jujur kali ini?!" tukas Jinlong sambil menatap Raja Iblis dengan sebelah alis terangkat naik. "Selain itu, aku juga masih ingat bahwa di pertempuran kita yang terakhir kali di Alam Langit-- Saat itu kamu telah melukai Permaisuriku secara diam-diam." Lanjutnya lagi, di saat yang sama salah satu sudut bibirnya terangkat naik membentuk senyum sinis. Senyum Raja Naga itu yang seolah merendahkan kemampuannya, tentu saja membuat Raja Iblis menjadi geram. Ia bahkan berjanji di dalam hatinya akan membuat Raja Naga menyesali apa yang telah dilakukannya dengan cara membunuh Feng Huang di hadapan Raja Naga."Mengapa tidak perintahkan saja Istrimu untuk menampakkan wujudnya?!" cetus Raja Iblis lantang dengan kedua tangan yang terkepal dan rahang yang mengeras.Sesaat kemudian, suara pekikan pheonik memenuhi semua area di balik kabut tebal. Bersamaan dengan itu, seekor pheonik
Di dalam Istana Jinlong, saat ini Jenderal Shui sedang menahan lengan Jenderal Xiao yang sedang terbakar amarah agar tidak mengejar Raja Iblis. Dan sekeras apapun Jenderal Xiao memberontak, ia hanya terus menatap Sahabatnya itu. "Lepaskan, Jenderal Shui!!" teriak Jenderal Xiao garang sambil menyentakkan lengannya yang sedang dipegang oleh Jenderal Shui. Namun Jenderal Shui semakin mengeratkan genggamannya pada lengan Jenderal Xiao hingga ia mendapatkan pelototan dari Jenderal Xiao. Beberapa saat yang lalu, sebelum mengejar Jenderal Xiao ke dalam Istana-- Jenderal Shui dan Hong Hu bekerja sama terlebih dahulu untuk menjatuhkan ketiga bawahan Raja Iblis. Sebab saat itu, Raja Naga sedang menghukum Jenderal Tiong dengan mengurung sebagian tubuh sebelah bawah Jenderalnya itu di dalam bongkahan batu es. Bahkan kedua kepalan tangan Jenderal Tiong ikut dibuat membeku.Setelah membuat ketiga bawahan Raja Iblis tak lagi berkutik, ia lalu menitipkan mereka pada Hong Hu untuk mengejar Jenderal
"Rajaku, hanya 3 Iblis yang masih bertahan sejauh ini. Dan dengan sisa kekuatan ini hamba pikir kita tidak akan bisa menghadapi Raja Naga juga kedua Jenderalnya. Jadi... Bagaimana jika kita..."Raja Iblis tidak menanggapi ucapan dari salah seorang bawahannya itu, ia justru melirik ke arah Istana Jinlong. Kebetulan kini ia telah berada sangat dekat dengan Istana tersebut, jika ia bisa secepat mungkin berkelebat ke dalam Istana untuk menemukan Feng Huang lalu membunuhnya-- Maka pengorbanan beberapa bawahannya kali ini tidak akan sia-sia.Hanya masalahnya, di bagian mana Istana wanita itu berada sekarang?Ketika pertanyaan ini berkelebat di dalam benaknya, Raja Iblis pun mendengus gusar.'Apakah aku benar-benar tidak bisa menemukan wanita itu?' ia lalu mengalihkan pandangannya ke arah pembatas api dan air. Ada beberapa retakan tampak di bagian atas pembatas, melihat hal itu ia tersenyum licik.Namun, tanpa Raja Iblis duga-- Dari Langit tiba-tiba dua buah cincin emas melesat cepat ke arahn
Pertarungan di pulau terjadi dengan sengit, serangan demi serangan bahkan beberapa kali mengenai dinding pembatas api dan air. Saat itu terjadi, semua Kultivator yang berada di luar pembatas menahan nafas menyaksikan pertempuran antar Raja Naga dan Raja Iblis. Dan, di tengah-tengah kecemasannya akan nasib Benua Zhejiang, Kaisar Gao pun berpikir. Ia tidak bisa hanya diam saja mempertahankan pembatas sedangkan nasib semua penduduk di Benua Zhejiang dan sekitarnya sedang berada di ujung tanduk. "Te-Tetua Shu!" panggilnya pada Shu Haocun. Shu Haocun sontak berpaling setelah ia mendengar panggilan itu, netra tuanya nanar menatap Kaisar Gao. Mencoba mencari tahu apa yang ingin Kaisar Gao bicarakan padanya. "Ada apa, Yang Mulia?" tanyanya dengan kening berkernyit. "Bisakah Tetua Shu menjelaskan padaku, di mana aku bisa menemukan Permaisuri Raja Naga?" tanya Kaisar Gao. Shu Haocun berpikir sejenak, kemudian ia berpaling ke arah Biksu Changyi. Setelah saling bertukar isyarat... Shu Haocun
Netra Raja Iblis yang tajam berkeliaran, meneliti satu persatu ruangan Istana Raja Naga. Apa yang dilakukan oleh Raja Iblis itu tidak luput dari pandangan Jinlong, ia bahkan tersenyum tipis kala menyadari apa yang sedang dicari oleh Raja Iblis. Hingga suara erangan tertahan menyentakkannya dari mengamati Raja Iblis. Caping telinganya bergerak pelan mencoba mencari asal suara, sementara netranya berputar mengamati sekitar pulau. Hingga netranya jatuh pada sesosok tubuh yang berada di atas pundak Raja Iblis. Tubuh itu bergerak, dari sanalah erangan yang baru ia dengar berasal. Bukan hanya Jinlong yang tersentak mendengar erangan tadi, Raja Iblis yang tengah fokus mencari Feng Huang juga sama terkejutnya di saat ia menyadari kalau Hong Hu mulai tersadar di pundaknya. Tidak ingin Hong Hu kembali berontak padanya, Raja Iblis pun mengangkat tangannya untuk menyentuh kepala Hong Hu. Namun, tanpa ia duga, tiba-tiba... Wussh!! Hembusan sedingin badai salju memukul pergelangan tangannya. M
"Jenderal Shui, pembatas air!" titah Jinlong. Dengan cambuk air di tangannya, Jenderal Shui berkelebat melewati Raja Iblis dan ke tujuh bawahannya. Ia mengambang 30 kaki dari permukaan Laut Xishi lalu memecutkan cambuknya ke atas permukaan air laut. Permukaan air bergemuruh, air bergolak mengelilingi pulau di balik kabut. Naik ke atas membentuk pembatas air setinggi 100 kaki. "Sekarang, Jenderal Xiao!" teriak JinlongDua tombak Jenderal Xiao beradu, percikan api besar pun meluncur ke angkasa dan membentuk sebuah kubah api raksasa. Dua perpaduan elemen yang saling bertolak belakang dalam membentuk pembatas ini, membuat kagum para Kultivator yang baru saja menembus kabut tebal dengan belasan perahu. "Hentikan perahu!!" teriakan Shu Haocun menggema. Para juru kemudi segera menarik energi kultivasi mereka yang mereka pergunakan untuk menggerakkan perahu agar perahu segera berhenti. Di saat perahu-perahu itu telah berhenti sempurna tak jauh dari pembatas, Shu Haocun segera mendekati
Di pulau di balik kabut, di Istana Jinlong. Prajurit-prajurit Alam Langit yang ditugaskan untuk menjaga Istana, kini sedang mengumpulkan para pelayan yang dulunya merupakan korban persembahan untuk Dewa Naga di dalam sebuah ruangan. Setelah semua pelayan berkumpul di ruangan tersebut, sekeliling ruangan itu langsung disegel dan diberi penghalang oleh Jenderal Xiao. Agar jika Raja Iblis benar-benar menyerang Istana ini nantinya, maka para pelayan itu akan tetap aman. Usai dengan tugasnya, Jenderal Xiao pun pergi menemui Kaisarnya yang menunggu kedatangan Raja Iblis di depan Istananya bersama dengan Jenderal Shui. "Bagaimana dengan tugasmu, Jenderal Xiao?" lontar Jinlong ketika ia menyadari kehadiran bawahannya itu. Jenderal Xiao mengangguk, "Semua sesuai dengan perintah Yang Mulia," sahutnya, sembari mengambil tempat di sisi kanan Jinlong. Seperti halnya Jenderal Shui dan Jinlong, ia ikut melemparkan pandangannya ke arah perairan, di mana saat ini dari kejauhan... Kedatangan Raja Ibl