Di kedalaman Laut Xishi satu dupa kemudian, Dewa Naga Emas yang tengah tidur tiba-tiba terbangun dari tidur siangnya. Tubuh naganya menggeliat ketika ia merasakan keberadaan dari inti jiwa milik Permaisurinya. Geliatan dari tubuhnya yang besar menimbulkan riak di atas permukaan air, ombak menggulung dari tengah laut dan menghantam setiap dinding batu yang membatasi Laut Xishi dengan pemukiman penduduk. "Energi Feng Huang?!" Dewa Naga Emas mengerang keras, suaranya bergema di atas laut dan membuat semua penduduk yang tinggal di sekitar Laut Xishi menjadi cemas. Para penduduk mulai berlarian keluar rumah, sementara beberapa kultivator yang mendengar hal itu dari dekat langsung pergi menemui para Pimpinan mereka. Ada 2 Sekte besar yang berada di sekitar Laut Xishi. Kedua Sekte ini adalah 'Sekte Seribu Bayangan' dan 'Sekte Telapak Angin'. Sekte Seribu Bayangan dipimpin oleh Seorang Tetua yang usianya sebaya dengan Shu Haocun, nama Tetua tersebut adalah Tian Kong. Sedangkan Sekte Telapak
Sore hari setelah terlibat adu mulut dengan empat Tetua Sekte lainnya, Shu Haocun memutuskan untuk kembali ke Sektenya. Matahari telah tergelincir di ufuk barat ketika kereta yang membawanya tiba di Sekte. Namun yang membuat Shu Haocun sangat terkejut adalah di saat ia membuka tirai jendela kereta, di depan gerbang Sekte ia melihat Guan Lin dan Ming Hao sedang menunggunya dengan kepala tertunduk. Ada lebam biru di sudut bibir kedua murid terpercayanya itu. "Kalian... Apa yang kalian lakukan di sini?!" bentak Shu Haocun pada Ming Hao dan Guan Lin melalui jendela kereta ketika kereta miliknya melewati kedua muridnya itu. Sudah cukup baginya hari ini bertengkar dengan keempat kepala Sekte, dan sekarang ditambah dengan kehadiran Ming Hao dan Guan Lin yang telah ia tugaskan untuk menjaga cucunya, toleransi amarahnya rasanya sudah tidak bisa lagi ia bendung. Kemarahan Shu Haocun memuncak, darahnya seolah berputar terbalik dan mengumpul di ubun-ubun. "Maafkan kami Guru." Dengan takut-takut
Malam ini, meski waktu mulai merambat ke penghujung musim gugur dan hembusan angin dingin terasa menembus lapisan pakaian yang ia kenakan, semua itu sama sekali tidak membuat Yu Jie mengurungkan langkahnya untuk keluar dari paviliun Wangjile. Sejak berbicara dengan kedua murid Kakeknya siang ini, entah mengapa ia merasakan seolah ada sesuatu yang disembunyikan oleh Ming Hao dan Guan Lin darinya. Siang harinya... "Apa alasan Kakek hingga berbuat sejauh ini?" Saat itu jawaban yang Yu Jie terima untuk pertanyaannya itu ternyata sangat klise dan kurang masuk akal baginya. "Nona Kecil, Guru Besar hanya mengatakan kalau ini berkaitan dengan status Nona kelak. Sebagai calon pewaris dari Sekte Burung Api, Nona Kecil tidak diperkenankan untuk menjalin hubungan dengan Kaisar Gao yang memiliki ambisi tinggi untuk menguasai Benua Zhejiang!""Tidak boleh berhubungan dengan pria yang berambisi, huh?!" Yu Jie mendengus mengingat jawaban yang diberikan Guan Lin padanya. Dan, sekeras apapun usahan
Keesokan harinya, Yu Jie hampir mengutus Chun untuk menemui Kakeknya dengan membawa surat darinya. Namun... "Sebaiknya titipkan saja suratnya pada mereka, Nona," usul Chun. "Mereka?" Yu Jie yang tidak mengerti dengan ucapan Chun, sontak mengerutkan keningnya. "Mereka, kedua murid dari Tetua Shu," celetuk Chun, "Kedua pria itu masih mengawasi Nona di luar sana," lanjutnya lagi, dari dalam paviliun Wangjile ia melemparkan pandangannya ke pintu paviliun yang tengah terbuka lebar. "Mereka masih mengawasiku?"Chun menganggukkan kepalanya, "Mungkin apa yang dikatakan oleh Nona Fu semalam itu benar, Nona.""Emm... Jadi semalam kamu menguping pembicaraanku?"Pertanyaan itu membuat Chun segera berpaling, ia tersenyum kikuk di saat menyaksikan Yu Jie tengah menatapnya dengan tatapan menyelidik. "Ma-maaf Nona. Se-semalam Chun mencari Nona, d-dan Chun tidak sengaja mendengar ucapan Nona Fu pada Nona," sahutnya terbata. "Jadi bagaimana menurutmu?"Chun mengerutkan keningnya, tanpa menjawab pe
Sore hari di Sekte Kaki Besi, beberapa murid Sekte yang berpapasan dengan Fu Jiazhen... Menyapa calon Pimpinan Sekte itu di saat Fu Jiazhen keluar dari ruang baca Ayahnya setelah ia menemui Ayahnya. Fu Jiazhen yang jarang sekali meninggalkan Sekte hanya menjawab sapaan itu dengan mengangguk pelan. Tidak ada sepatah kata pun yang terlontar dari bibirnya yang selalu membentuk garis lurus, karena dia adalah Fu Jiazhen, pria berwajah rupawan yang sangat terkenal dengan julukan gunung es. Beberapa saat yang lalu di ruang baca Ayahnya, Fu Jiazhen sempat bertengkar dengan Ayahnya tentang rencananya yang ingin menyelamatkan Fu Yueyin dan Yu Jie agar tidak menjadi korban persembahan untuk Dewa Naga. Tetapi Ayahnya yang keras kepala menentang rencana tersebut. Saat itu... "Dewa Naga belum lama ini sudah memberikan isyarat, jadi bagaimana mungkin kita membatalkan persembahan untuknya?!""Aku akan mencari gadis lain, Ayah. Lagipula Yueyin adalah putri Ayah sendiri! Apa Ayah tega melakukan hal in
Beberapa saat setelah Fu Jiazhen membuka penutup wajahnya, ia dan pria paruh baya yang telah menyerangnya yang tak lain adalah Shu Haocun, kini telah duduk bersama di ruang kerja Shu Haocun yang telah ia masuki. "Tuan Muda Fu, apa yang telah membawamu hingga datang ke Sekteku malam-malam begini?" tanya Shu Haocun sambil menatap Fu Jiazhen dengan tatapan menyelidik. Shu Haocun sebenarnya sudah lama memperhatikan perkembangan Fu Jiazhen, dan jika saja Yu Jie tidak memiliki inti jiwa Permaisuri Langit, ia sudah pasti akan menjodohkan Cucu satu-satunya itu dengan Fu Jiazhen. Apalagi selain berwajah rupawan, Fu Jiazhen juga termasuk salah satu permuda berbakat di Benua Zhejiang. "Tetua Shu, Jiazhen meminta maaf karena telah mengganggumu di tengah malam begini. Tetapi ada sesuatu yang sangat mendesak yang harus Jiazhen bicarakan pada Tetua Shu." Sesaat Fu Jiazhen menarik nafas dalam-dalam sebelum ia melanjutkan ucapannya. "Ini tentang...""Nona Fu?" tebak Shu Haocun. Sebelumnya ia sempat
"Ternyata tebakan Yueyin benar." Yu Jie melipat surat yang baru saja diberikan Chun padanya. "Kakek memang memiliki rencana lain terhadapku," ucapnya. "Rencana? Apakah rencana itu seperti kata-kata Nona Fu pada Nona?" tanya Chun dengan wajah serius. Semula ia merasa marah ketika ia mengetahui bahwa Yu Jie sengaja ditempatkan di paviliun Wangjile oleh Shu Haocun. Tetapi setelah mengetahui bahwa Shu Haocun memiliki rencana lain terhadap Yu Jie, Chun pun percaya kalau Shu Haocun benar-benar ingin melindungi Yu Jie. Setidaknya ia sempat menguping di saat Yueyin berbicara tentang rencana Kakaknya yang ingin menculiknya dari pasukan Istana Taiyang di hari persembahan terhadap Dewa Naga. "Mungkinkah Tetua Shu tidak ingin melihat Nona menjadi Selir Kaisar Gao?" tebaknya. "Aku tidak tahu." Yu Jie menggelengkan kepalanya, "Tapi, ketika aku bertanya pada Kakak Ming dan Kakak Guan, mereka memang mengatakan bahwa sebagai calon pewaris Sekte Burung Api, aku tidak boleh memiliki hubungan dengan Ka
Di kedalaman Laut Xishi siang hari, menuju musim dingin... Air laut yang semula hangat mulai berubah menjadi sedingin es. Tetapi hal itu sama sekali tidak mengganggu bagi Dewa Naga Emas yang sedang menjalani kultivasi di dasar laut. Lagipula sudah selama 500 tahun lebih ia menjalani pergantian musim di dasar Laut Xishi, jadi ia telah terbiasa menghadapi perubahan suhu air. Selain itu, dua malam ini suhu tubuhnya telah meningkat secara drastis. Karena dua malam ini secara berturut-turut ia telah memimpikan Permaisurinya yang sangat ia rindukan. Kaisar Langit Jinlong atau Dewa Naga Emas yang lebih dikenal para Dewa dengan Raja Naga Jinlong, sebenarnya sangat ingin menemui reinkarnasi Permaisurinya. Hanya saja ia tidak bisa melakukannya, sebab hal itu akan mengganggu reinkarnasi Feng Huang dalam menjalani 7 cobaan Dewa. Jika 7 cobaan Dewa tidak dijalani dengan sempurna, maka inti jiwa Feng Huang tidak akan terbangkit di dalam tubuh barunya. "Apakah karena aku menahan rinduku terlalu lam