Wajah Rayyan terlihat memerah, amarah dihatinya bergemuruh, marah sedih bercampur menjadi satu. “Kamu benar-benar kakak yang kejam! Tidak aku sangka ternyata kamu tidak punya hati nurani, Arka”Arka masih duduk di kursi, dia menyeka mulutnya yang mengalir darah segar. Dia sama sekali tidak marah, ataupun berniat ingin membalas saat Rayyan meninjunya, tetapi dia justru tertawa. Dia menjilat bibirnya yang terluka kemudian berkata. “Terima kasih.”Ini adalah pertama kalinya dia melihat Rayyan begitu sangat marah kepada dirinya seperti ini, dan itu semua adalah ungkapan suasana hati Rayyan yang tidak terima oleh perlakuan dirinya pada Evelyn dulu.Rayyan seperti itu karena Evelyn, adik perempuannya. Arka sama sekali tidak marah, justru dia merasa sangat bahagia. Rayyan kembali duduk di kursi dengan tatapan yang begitu dingin menusuk hati Arka.Arka bangun dan kemudian menepuk lembut bahu Rayyan. “Rayyan, selamat ulang tahun ya. Aku sekarang benar-benar yakin, jika kamu akan bisa membuat
Setelah cukup lama mereka menikmati kemesraan yang ada, Evelyn mencoba untuk melepaskan diri.Dengan malu-malu ia berkata, ”kak Rayyan, mari kita turun ke bawah, sejak tadi aku sudah menyiapkan makanan istimewa untukmu,”Rayyan menganguk, kemudian keduanya berjalan menuju lantai bawah sambil bergandengan tangan.Di meja makan, Evelyn sudah menyalakan dua lilin agar suasana menjadi semakin romantis. Dia duduk di samping sambil menopang pipi dengan kedua tangannya.Dia terus menatap ke arah Rayyan dengan mata yang terlihat dipenuhi kebahagiaan, ia tersenyum dari waktu ke waktu ke arah Rayyan yang sedang makan.Rayyan menoleh dan melirik nya. “Kenapa kamu menatapku seperti itu?”Evelyn tersenyum malu-malu dan menjawab dengan suara lembut, “Memangnya tidak boleh, jika aku sedang mengagumi kekasih ku yang sangat tampan.”Rayyan sedikit menyerngit, kemudian dia tersenyum dan mencubit pipinya dengan ujung jarinya. “Jadi kamu menyukaiku karena aku tampan saja, ya?”Evelyn membantah, “Bukan se
Seketika Wajah Evelyn langsung berubah, saat ia melihat Revan berdiri di depan pintu kelas. Pria itu tampak murung dan kurang semangat, namun walau wajahnya terlihat seperti itu ia tetap menarik perhatian banyak mahasiswi yang ada di sana.Revan menyadari bahwa Evelyn tidak tersenyum padanya, tetapi dia tetap berusaha mendekatinya."Evelyn.”“Ada apa? Kenapa kamu mencari aku?" Tanya Evelyn dengan nada datar."Ada sesuatu yang ingin aku bicarakan, tapi sepertinya tidak enak jika kita bicara di sini. Bagaimana kalau kita ke cafe yang ada di belakang kampus ini saja, aku ingin mentraktirmu secangkir kopi?" Usul Revan, yang merasa tidak nyaman berdiri di sana sambil diawasi banyak orang.Evelyn melirik jam tangannya, masih ada setengah jam sebelum pelajaran dimulai. Dia tahu memang ada cafe di belakang sekolah,"Baiklah," Jawabnya singkat.Setelah meletakkan tasnya di dalam kelas, Evelyn dan Revan pergi ke cafe untuk berbicara lebih lanjut. Mereka berjalan beriringan, persis seperti orang
Evelyn tersenyum smirk, tiba-tiba saja ia menyadari sejarah hitam saat dia menyukai Revan. Dia benar-benar merasa menyesal, bagaimana dulunya dia bisa menganggap jika orang seperti Revan itu adalah orang yang begitu berarti di dalam hidupnya."Semua yang kamu bilang itu dulu, kan? Berarti itu adalah dulu, dan sekarang ini aku sudah tidak menyukaimu. Atau lebih tepatnya Aku sama sekali tidak menyukaimu lagi, bahkan aku sangat membencimu!" Ucap Evelyn tegas.Revan merasakan hatinya begitu terasa nyeri, bahkan rasa itu seolah saja dengan cepat menyebar ke seluruh organ dalam tubuhnya. Sebetul nya ia ingin marah dengan semua sikap dingin Evelyn kepadanya, akan tetapi rasa itu ia abaikan dan lebih kepada rasa sedih mendengar kalimat yang diucapkan dengan begitu tenang. Ucapan yang mempertegas jika ia betul-betul sudah dilupakan oleh Evelyn"Revan, Anesa sudah dewasa dan dia harus bertanggung jawab atas semua perbuatannya. Baiklah jika tidak ada hal lain untuk dibahas lagi, aku akan kembali
64Di Ujung gawai handphonenya Evelyn terlihat menggelengkan kepala. Setelah menghela nafas panjang untuk membuang rasa terkejut akan sikap kakaknya, Evelyn kemudian berkata,“Aku dengar, jika kakak telah memenangkan sebuah proyek besar pemerintah. Apa berita itu memang benar, kak?”“Hahaha...”Terdengar suara Arka tertawa.“Sudah pasti berita itu benar, bukankah kakakmu ini memang orang yang sangat hebat dan pintar, dan kamu harus mengakui semua itu bukan!” Tutur Arka yang terdengar semakin sombong.Evelyn sedikit mengangkat ujung bibirnya saat mendengar penuturan Arka, ‘Tidak diragukan lagi, pasti saat ini kak Arka sedang mengangkat wajahnya dan bertingkah konyol,’ Evelyn bisa membayangkan bagaimana ekspresi wajah kakaknya saat ini.Tidak apa lah jika dia harus bermanis-manis dan memuji-muji kakaknya terlebih dahulu. Demi untuk mendapatkan hadiah seperti yang ia harapkan dari kakaknya itu.“Kalau begitu aku ingin mengucapkan selamat pada Kakakku yang hebat dan pintar ini,” Tutur Eve
Wulan menatap wajah gadis itu, ia sedikit merasa heran. Bukankah kepala Gadis itu sudah terbentur pada lantai, tetapi Gadis itu masih sempat mengkhawatirkan keadaan dirinya, bahkan saat ini gadis itu menuntunnya dengan hati-hati untuk menuruni tangga dan menarik kursi lalu menyuruhnya untuk duduk.Wulan merasa seakan-akan seperti sedang bermimpi, jika ia tadi hampir saja jatuh dan tergelincir dari atas tangga. Seandainya Gadis itu tidak tepat waktu menangkap tubuhnya dan menyelamatkannya. Dapat dipastikan jika saat ini ia sudah jatuh dan menggelinding sampai bawah. Atau mungkin saja kepalanya pasti akan cedera dan kaki atau tangannya pun pasti akan patah.Dia menunduk, melihat gadis itu berjongkok di hadapannya dan mengeluarkan minyak telon dari tasnya lalu mengurut pergelangan kakinya yang mulai terlihat sedikit bengkak.“Nenek, ini pasti sangat sakit ya? Aku akan mengurutnya sebentar untuk mengurangi bengkaknya.”“Eh, tidak perlu,” Wulan ingin mencegah, tetapi jari-jemari lentik dan
Kening pria paruh baya itu semakin mengkerut. Dia semakin merasa aneh saja dengan ekspresi dari Wulan, bukan ia kesakitan, mengeluh atau marah karena hampir terjatuh, akan tetapi bersikap sebaliknya sangat bahagia.“Kamu, terjatuh? Apa tidak ada yang sakit? Kenapa aku melihat kamu malah tersenyum bahagia?”“Itu masalahnya, Maka dari itu Mas Ega harus mendengar ceritaku.”Ega menutup laptop dan fokus pada cerita istrinya. Dia cukup penasaran apa yang membuat Istrinya bisa tersenyum seperti itu.“Aku diselamatkan oleh gadis kecil yang sangat imut dan cantik. Aku sampai seperti terbius dan ingin menjadikannya cucu menantu.” Wulan menceritakan dari awal dia terjatuh dan sampai gadis bernama Evelyn itu meninggalkannya.Ega menghela nafas, dia kemudian menyentuh lembut tangan istrinya penuh kasih sayang dan berkata dengan lembut. “Rayyan sudah mempunyai istri, tidak baik berharap seperti itu. Itu sama saja kamu berharap rumah tangga cucu kamu sendiri hancur. Kita hanya perlu menunggu waktu
Di samping rasa bangga yang ada di dalam hatinya, tersirat juga rasa sangat kesal. Biar bagaimanapun juga keselamatan Evelyn adalah nomor satu baginya.“Lain kali jangan gegabah. Boleh menolong orang, tetapi sesuai juga dengan kemampuan serta keselamatan. Jika sudah begini kan, kamu sendiri yang terluka dan aku paling tidak suka melihat kamu terluka walau sekecil apapun itu.”Evelyn tidak marah meskipun Rayyan sudah memarahinya, dia justru sangat senang. Itu tandanya Rayyan benar-benar peduli padanya.“Maaf, janji lain kali aku akan lebih hati-hati.” Evelyn berkata dengan suaranya yang manis dan tersenyum sambil mengangkat kedua jarinya.Rayyan tersenyum, dia kembali berdiri untuk menaruh kecupan lembut di kening Evelyn, “Kalau begitu, nanti siang kita pulang bersama. Aku akan merawat lukamu.”“Eh, aku rasa tidak perlu. Bukankah kak Rayyan, akhir-akhir ini sangat sibuk kan? Kemarin kakak sudah ada satu mingguan menjagaku di rumah dan sekarang akan kembali libur karena cedera sedikit i
Mendengar gumaman Ibunya, Sofyan langsung berkata, “Ibu, kita tidak boleh berharap seperti itu. Meskipun sekarang kita ini adalah besan dengan grup Brahmana, tetapi kita harus tahu diri siapa kita. Jika dibanding dengan keluarga Brahmana, kita ini diibaratkan cuma seujung kukunya saja dari Brahmana grup. Evelyn dipilih oleh Tuan Rayyan untuk menjadi istrinya saja, itu sudah merupakan sebuah kebanggaan yang tidak bisa dimiliki oleh orang lain. Jadi aku harap kita jangan bermimpi terlalu tinggi untuk mendapatkan jantung, jika saat ini kita sudah dikasih mereka hati.”Nenek Limanto tertawa kecil, “Iya, kamu benar. Lagi pula perkataan ibu tadi tidak terlalu serius.”Seharian ini Evelyn melewati waktu di rumah keluarganya ini. Dia mulai merasa suntuk dan bosan. Dia merindukan Rayyan, ingin menelepon tetapi dia takut mengganggu kesibukan Rayyan. Jadi pada akhirnya dia hanya bisa menahan diri.Hingga malam telah tiba, dia melihat kakaknya sudah pulang dari kantor nya. Dia segera menghampiri
Laras terdiam sejenak, kemudian dia berpikir jika apa yang dikatakan suaminya ini adalah benar. Bukankah kemarin-kemarin suaminya sudah menceritakan kepada dirinya tentang siapa sosok dari Rayyan ini.Pada akhirnya dia menatap Rayyan dan Evelyn secara bergantian, kemudian dia mengangguk. “Baiklah, terima kasih sekali. Ibu dengan sangat senang hati akan menerima hadiah ini. Sungguh ini adalah hadiah termewah yang pernah kumiliki dan pernah ibu terima. Sekali lagi, terima kasih ya, Tuan Rayyan.”Rayyan mengangguk kemudian dia berkata dengan lembut, “Ah iya, sama-sama Ibu mertua, kalau begitu, apa boleh aku meminta satu permintaan darimu Ibu?”Mendengar penuturan Rayyan semuanya menatap penuh rasa penasaran.“Bo-boleh apa itu Tuan, katakan saja?” tutur Laras penuh rasa heran dan binggung.“Apakah bisa jika mulai sekarang, Ibu jangan lagi memanggilku dengan sebutan Tuan?”Belum sempat semua orang menjawab tiba-tiba Arka berkata , “Ibu, seharusnya Ibu memang tidak boleh memanggilnya Tuan l
Dari melihat hadiah-hadiah yang di bawah oleh Rayyan saja, hati Laras sudah bergetar. Ditambah lagi saat pemuda yang begitu tetpandang dikota mereka yang saat ini berstatus sebagai suami dari putrinya, berjabatan tangan dengan dirinya dan mencium pucuk telapak tangannya dengan begitu hormat.Laras sampai gugup dan kemudian menjawab, “Iya, terima kasih, Tuan Rayyan. Terima kasih. Tapi kenapa mesti repot-repot membawa hadiah segala, dan sebanyak itu?”Rayyan melepaskan jabatan tangannya dengan lembut, kemudian mengangkat pandangannya sejenak. Sebelum akhirnya dia menatap orang-orang yang di sekelilingnya. Terakhir kali tatapannya terpatri pada Evelyn selama beberapa saat, kemudian dia tersenyum dengan hangat. “Mana mungkin merepotkan? Aku adalah menantu keluarga ini, memberi hadiah untuk Ibu mertua yang sedang berulang tahun itu adalah hal yang sangat wajar. Bukankah demikian sayang?” dia bertanya demikian kepada Evelyn.“Eh iya, itu benar ibu. Bukankah kak Rayyan ini menantumu? Jadi
Sebetulnya sejak kedatangan keluarga Lewis dikediaman Keluarga Limanto, perasaan Laras sudah tidak menentu. Terlihat mulutnya bersungut-sungut, antara menghina, kesal dan juga marah.“Dasar keluarga Lewis itu benar-benar tidak tahu malu. Tidak ibunya, tidak anak laki-lakinya dan juga anak perempuannya, semua sama saja tidak ada yang baik. Aku betul-betul merasa sangat beruntung jika hari itu putriku ditinggalkan di hari pernikahannya. Benar-benar sebuah anugerah bagi Evelyn tidak jadi masuk dalam keluarga yang tidak tahu malu itu.”Sofyan yang mendengar istrinya menggerutu langsung menarik lengannya, memberi isyarat agar dia diam sambil melirik Ibunya.Laras langsung diam, dia merasa bersalah telah mengumpat keluarga Lewis di depan Ibu mertuanya. Karena biar bagaimanapun juga Nyonya besar Lewis adalah sahabat Ibu mertuanya. Tidak seharusnya dia memaki mereka di depan Ibu mertuanya. Karena merasa tidak enak hati kepada ibu mertuanya itu, kemudian dia berinisiatif untuk meminta maaf,
Tetapi dia berusaha untuk menahannya. Pandangannya kini beralih pada sebuah lukisan yang bersandar di ujung dinding sana, ya Revan ingat jika itu adalah lukisan dirinya.Kemudian dengan ragu-ragu dia bertanya, “Ternyata, kamu masih menyimpan lukisan itu?”Evelyn menoleh sebentar, kemudian ikut menatap ke arah tatapan mata Revan. Sebentar kemudian dia kembali mengalihkan pandangannya pada lukisan yang ada di depannya sambil berkata,“Waktu aku membawa lukisan itu untuk hadiah ulang tahunmu, tapi kamu menolaknya. Kamu mengatakan jika tidak ada tempat untuk menyimpannya di rumahmu, jadi aku membawanya pulang dan menaruhnya di ujung sana. Sampai aku lupa kalau ternyata masih ada lukisan itu.”Revan tertegun, dia baru teringat jika dulu Evelyn pernah mengatakan jika dia sudah menghabiskan waktu hampir dua minggu hanya untuk menyelesaikan lukisan itu, tetapi dengan gampangnya dia justru menolak hadiah yang dibawa Evelyn itu di hari ulang tahunnya.Sekarang dia benar-benar merasa sangat meny
Nenek Limanto kemudian menambahkan, “Cuaca masih sangat dingin, jadi Evelyn tidak diperbolehkan untuk keluar kamar kecuali hanya makan. Tahu sendiri bagaimana fisik Evelyn yang memang kurang sehat dari dulu.”Bu Linda kemudian menoleh pada Anesa yang duduk di sampingnya, wajah gadis itu terlihat cemberut dan kesal. Sebenarnya dia benar-benar sangat malas untuk datang ke sini, tetapi ibu dan Ayahnya lah yang sudah mendesak begitu juga dengan kakaknya Revan. Bahkan dia diancam oleh Tomi, jika dia tidak mau datang dan meminta maaf dengan sungguh-sungguh kepada Evelyn maka bukan hanya dia yang akan bermasalah tetapi keluarganya juga yang akan menanggung akibatnya.Bu Linda yang melihat ekspresi wajah Anesa pun akhirnya menyenggol pinggangnya dengan sikunya.Anesa melirik sebentar kemudian dengan terpaksa dia bersuara sambil berlutut dan meraih kedua tangan Nenek Limanto.“Nenek, Tante Laras dan Om Sofyan, jadi sebenarnya kedatangan aku kesini ingin meminta maaf kepada kalian semua terutam
Sejenak hati Rayyan terasa seperti kosong. Ketika dia memasuki villa pun, rasanya villa itu menjadi sepi dan hening. Padahal baru beberapa menit Evelyn meninggalkan villa ini. Rayyan langsung merasa tidak betah berada di sini.Dia mendengus kasar. Kehadiran Evelyn di dalam villa ini benar-benar seperti atmosfer yang memenuhi ruangan ini. Ketika dia pergi maka langsung seperti sebuah ruangan tanpa udara. Dadanya pun terasa langsung sesak.Rayyan menyadari jika dia benar-benar sudah sangat mencintai gadis kecil itu dengan teramat sangat. Rasanya dia sudah tidak sabar untuk membawa keluarganya datang ke keluarga Limanto. Tetapi dia harus sabar menunggu tunggu dulu dia harus mengirim Arka pergi dulu dari negara ini, agar semua langkahnya lebih bebas.Meskipun waktu itu Arka sudah pernah menitipkan Evelyn padanya, tetapi Rayyan bukan orang yang gampang percaya dengan mudah. Apalagi Arka menjadi seorang yang plin-plan sekarang. Di depannya kadang begini, kadang tiba-tiba begitu lagi.Rayyan
Arka menarik nafas panjang, dia berusaha menenangkan kegugupannya kemudian dia mengubah topik pembicaraan.“Evelyn, aku datang kemari untuk menjemputmu. Ibu yang menyuruhku untuk membawamu pulang hari ini.”Evelyn mengangguk, dia sudah paham. Kemudian dia duduk di samping Rayyan dan berkata padanya, “Kak Rayyan, apa kamu mengijinkan aku untuk pulang? Besok adalah hari ulang tahun Ibuku, tadi Ayah juga sudah menelpon dan memintaku untuk pulang ke rumah.”Rayyan mengangkat kedua alisnya, dia betul-betul tidak tahu jika besok adalah hari ulang tahun Ibu mertuanya. Perasaan di hatinya mendadak jadi serba salah, Sedangkan untuk dua hari kedepan dia masih punya banyak urusan di kantor.Tidak lama kemudian dia mengangguk, “Pulang lah kalau begitu. Maafkan aku jika belum bisa mengantarmu atau datang ke sana. Tapi nanti aku pasti akan kesana setelah urusanku selesai. Kamu tidak akan marah kan?”Evelyn tentu saja mengerti, Rayyan punya banyak kesibukan. Apalagi dia mungkin harus mengurus kebera
“Oh, ya ampun! Ayah, aku lupa hari ini adalah ulang tahun Ibu kan? Ah, bukan hari ini, maksudnya besok adalah hari ulang tahun Ibu.”Di sana Sofyan tersenyum meskipun Evelyn tidak melihatnya, tapi dia sangat senang karena putrinya ternyata mengingat hari ulang tahun ibunya.“Kamu benar sekali. Jadi bagaimana, apakah hari ini kamu bisa pulang? Besok malam kita akan merayakan ulang tahun Ibu bersama-sama di rumah. Sederhana saja, asalkan dia senang.”“Iya, ayah. Aku pasti akan pulang.”“Ah, baiklah Evelyn. Terima kasih kalau begitu. Ayah akan tutup teleponnya ya?”“Iya ayah, sampai jumpa ya?”Evelyn menutup panggilan, setiap kali dia berbicara dengan ibu atau ayahnya sebenarnya hatinya selalu bergetar. Bukannya apa, dia sebenarnya tahu jika kedua orang tuanya itu sangat mencintainya dengan sepenuh hati.Hanya saja dulu memang ada sesuatu yang mengharuskan mereka untuk membuang dirinya. Bukan karena mereka tidak menginginkan dirinya. Bahkan sekarang setelah dia sudah berkumpul dengan mer