Rayyan menatap Arka yang saat ini terdiam, dalam dadanya seperti ada gemuruh yang meledak-ledak seakan sulit untuk dikendalikan olehnya, ia tidak sabar ingin mendengarkan kembali cerita masa kecil Arka dan Evelyn, ia ingin tahu apalagi yang dialami oleh Evelyn kecil saat itu.Dengan mantap ia bersuara, “Tolong, lanjutkan lagi ceritamu itu,”Arka menarik nafas panjang, lalu kembali bersuara, “Sejak kejadian itu, hampir dapat dipastikan jika ia tidak pernah lagi datang menemuiku. Walau sekali waktu tanpa sengaja kami bertemu, dia akan berusaha untuk menghindari ku. Dia selalu menundukkan kepala saat kami berpapasan. Dia tidak pernah tersenyum lagi padaku dan tidak pernah memanggilku kakak lagi. Lama kelamaan, dia juga jarang untuk pulang ke rumah.” Arka kembali menghisap rokoknya, menghembuskan asap putih dari mulutnya.“Sejak kejadian itu juga, ia lebih memilih untuk tinggal di asrama sekolah. Dia bahkan tidak kembali pada hari Sabtu dan Minggu. Terkadang orang tuaku sampai menjemputny
Wajah Rayyan terlihat memerah, amarah dihatinya bergemuruh, marah sedih bercampur menjadi satu. “Kamu benar-benar kakak yang kejam! Tidak aku sangka ternyata kamu tidak punya hati nurani, Arka”Arka masih duduk di kursi, dia menyeka mulutnya yang mengalir darah segar. Dia sama sekali tidak marah, ataupun berniat ingin membalas saat Rayyan meninjunya, tetapi dia justru tertawa. Dia menjilat bibirnya yang terluka kemudian berkata. “Terima kasih.”Ini adalah pertama kalinya dia melihat Rayyan begitu sangat marah kepada dirinya seperti ini, dan itu semua adalah ungkapan suasana hati Rayyan yang tidak terima oleh perlakuan dirinya pada Evelyn dulu.Rayyan seperti itu karena Evelyn, adik perempuannya. Arka sama sekali tidak marah, justru dia merasa sangat bahagia. Rayyan kembali duduk di kursi dengan tatapan yang begitu dingin menusuk hati Arka.Arka bangun dan kemudian menepuk lembut bahu Rayyan. “Rayyan, selamat ulang tahun ya. Aku sekarang benar-benar yakin, jika kamu akan bisa membuat
Setelah cukup lama mereka menikmati kemesraan yang ada, Evelyn mencoba untuk melepaskan diri.Dengan malu-malu ia berkata, ”kak Rayyan, mari kita turun ke bawah, sejak tadi aku sudah menyiapkan makanan istimewa untukmu,”Rayyan menganguk, kemudian keduanya berjalan menuju lantai bawah sambil bergandengan tangan.Di meja makan, Evelyn sudah menyalakan dua lilin agar suasana menjadi semakin romantis. Dia duduk di samping sambil menopang pipi dengan kedua tangannya.Dia terus menatap ke arah Rayyan dengan mata yang terlihat dipenuhi kebahagiaan, ia tersenyum dari waktu ke waktu ke arah Rayyan yang sedang makan.Rayyan menoleh dan melirik nya. “Kenapa kamu menatapku seperti itu?”Evelyn tersenyum malu-malu dan menjawab dengan suara lembut, “Memangnya tidak boleh, jika aku sedang mengagumi kekasih ku yang sangat tampan.”Rayyan sedikit menyerngit, kemudian dia tersenyum dan mencubit pipinya dengan ujung jarinya. “Jadi kamu menyukaiku karena aku tampan saja, ya?”Evelyn membantah, “Bukan se
Seketika Wajah Evelyn langsung berubah, saat ia melihat Revan berdiri di depan pintu kelas. Pria itu tampak murung dan kurang semangat, namun walau wajahnya terlihat seperti itu ia tetap menarik perhatian banyak mahasiswi yang ada di sana.Revan menyadari bahwa Evelyn tidak tersenyum padanya, tetapi dia tetap berusaha mendekatinya."Evelyn.”“Ada apa? Kenapa kamu mencari aku?" Tanya Evelyn dengan nada datar."Ada sesuatu yang ingin aku bicarakan, tapi sepertinya tidak enak jika kita bicara di sini. Bagaimana kalau kita ke cafe yang ada di belakang kampus ini saja, aku ingin mentraktirmu secangkir kopi?" Usul Revan, yang merasa tidak nyaman berdiri di sana sambil diawasi banyak orang.Evelyn melirik jam tangannya, masih ada setengah jam sebelum pelajaran dimulai. Dia tahu memang ada cafe di belakang sekolah,"Baiklah," Jawabnya singkat.Setelah meletakkan tasnya di dalam kelas, Evelyn dan Revan pergi ke cafe untuk berbicara lebih lanjut. Mereka berjalan beriringan, persis seperti orang
Evelyn tersenyum smirk, tiba-tiba saja ia menyadari sejarah hitam saat dia menyukai Revan. Dia benar-benar merasa menyesal, bagaimana dulunya dia bisa menganggap jika orang seperti Revan itu adalah orang yang begitu berarti di dalam hidupnya."Semua yang kamu bilang itu dulu, kan? Berarti itu adalah dulu, dan sekarang ini aku sudah tidak menyukaimu. Atau lebih tepatnya Aku sama sekali tidak menyukaimu lagi, bahkan aku sangat membencimu!" Ucap Evelyn tegas.Revan merasakan hatinya begitu terasa nyeri, bahkan rasa itu seolah saja dengan cepat menyebar ke seluruh organ dalam tubuhnya. Sebetul nya ia ingin marah dengan semua sikap dingin Evelyn kepadanya, akan tetapi rasa itu ia abaikan dan lebih kepada rasa sedih mendengar kalimat yang diucapkan dengan begitu tenang. Ucapan yang mempertegas jika ia betul-betul sudah dilupakan oleh Evelyn"Revan, Anesa sudah dewasa dan dia harus bertanggung jawab atas semua perbuatannya. Baiklah jika tidak ada hal lain untuk dibahas lagi, aku akan kembali
64Di Ujung gawai handphonenya Evelyn terlihat menggelengkan kepala. Setelah menghela nafas panjang untuk membuang rasa terkejut akan sikap kakaknya, Evelyn kemudian berkata,“Aku dengar, jika kakak telah memenangkan sebuah proyek besar pemerintah. Apa berita itu memang benar, kak?”“Hahaha...”Terdengar suara Arka tertawa.“Sudah pasti berita itu benar, bukankah kakakmu ini memang orang yang sangat hebat dan pintar, dan kamu harus mengakui semua itu bukan!” Tutur Arka yang terdengar semakin sombong.Evelyn sedikit mengangkat ujung bibirnya saat mendengar penuturan Arka, ‘Tidak diragukan lagi, pasti saat ini kak Arka sedang mengangkat wajahnya dan bertingkah konyol,’ Evelyn bisa membayangkan bagaimana ekspresi wajah kakaknya saat ini.Tidak apa lah jika dia harus bermanis-manis dan memuji-muji kakaknya terlebih dahulu. Demi untuk mendapatkan hadiah seperti yang ia harapkan dari kakaknya itu.“Kalau begitu aku ingin mengucapkan selamat pada Kakakku yang hebat dan pintar ini,” Tutur Eve
Wulan menatap wajah gadis itu, ia sedikit merasa heran. Bukankah kepala Gadis itu sudah terbentur pada lantai, tetapi Gadis itu masih sempat mengkhawatirkan keadaan dirinya, bahkan saat ini gadis itu menuntunnya dengan hati-hati untuk menuruni tangga dan menarik kursi lalu menyuruhnya untuk duduk.Wulan merasa seakan-akan seperti sedang bermimpi, jika ia tadi hampir saja jatuh dan tergelincir dari atas tangga. Seandainya Gadis itu tidak tepat waktu menangkap tubuhnya dan menyelamatkannya. Dapat dipastikan jika saat ini ia sudah jatuh dan menggelinding sampai bawah. Atau mungkin saja kepalanya pasti akan cedera dan kaki atau tangannya pun pasti akan patah.Dia menunduk, melihat gadis itu berjongkok di hadapannya dan mengeluarkan minyak telon dari tasnya lalu mengurut pergelangan kakinya yang mulai terlihat sedikit bengkak.“Nenek, ini pasti sangat sakit ya? Aku akan mengurutnya sebentar untuk mengurangi bengkaknya.”“Eh, tidak perlu,” Wulan ingin mencegah, tetapi jari-jemari lentik dan
Kening pria paruh baya itu semakin mengkerut. Dia semakin merasa aneh saja dengan ekspresi dari Wulan, bukan ia kesakitan, mengeluh atau marah karena hampir terjatuh, akan tetapi bersikap sebaliknya sangat bahagia.“Kamu, terjatuh? Apa tidak ada yang sakit? Kenapa aku melihat kamu malah tersenyum bahagia?”“Itu masalahnya, Maka dari itu Mas Ega harus mendengar ceritaku.”Ega menutup laptop dan fokus pada cerita istrinya. Dia cukup penasaran apa yang membuat Istrinya bisa tersenyum seperti itu.“Aku diselamatkan oleh gadis kecil yang sangat imut dan cantik. Aku sampai seperti terbius dan ingin menjadikannya cucu menantu.” Wulan menceritakan dari awal dia terjatuh dan sampai gadis bernama Evelyn itu meninggalkannya.Ega menghela nafas, dia kemudian menyentuh lembut tangan istrinya penuh kasih sayang dan berkata dengan lembut. “Rayyan sudah mempunyai istri, tidak baik berharap seperti itu. Itu sama saja kamu berharap rumah tangga cucu kamu sendiri hancur. Kita hanya perlu menunggu waktu
Sementara itu tatapan Wulan masih terus terpaku menatap Evelyn, dari raut wajahnya ia terlihat begitu bahagia. Sementara Evelyn masih menunduk malu.Sedangkan Arumi karena dirinya masih belum seberapa dekat dengan menantunya itu, jadi dia hanya sesekali melemparkan senyuman ramah saja pada Evelyn. Meskipun dalam hati, dia pun sangat setuju dengan pilihan Rayyan ini. Dimatanya menantunya itu bukan hanya sekedar cantik, imut dan manis, tapi juga karena ternyata Mamanya sudah menyukai pilihan dari putranya dan yang terpenting adalah, putranya juga sangat mencintai gadis ini.Arumi yang sejak tadi diam dan belum mengeluarkan suara, pada akhirnya berbicara. “Sebenarnya kedatangan kami ini sangat memalukan sekali. Kami datang tanpa membawa hadiah apapun, padahal yang kami temui ini adalah keluarga besan. Tadinya kami sudah bertanya pada Rayyan, harus membawa apa. Tapi dia bilang, kami cukup disuruh datang saja, yang terpenting katanya terlebih dahulu untuk saling mengenal. Jadi saya atas n
Kemudian terdengar Rayyan berdehem kecil dan membuka suara untuk memecah keheningan yang ada diantara mereka. Dia belum kepada intinya melainkan terlebih dahulu bertanya pada Evelyn dan Neneknya, karena dari sepintas mata memandang sepertinya semua orang yang ada di sana merasakan penasaran akan kisah bagaimana awal mulai pertemuan Nenek dan Evelyn bisa terjadi.“Ini tadi ceritanya bagaimana? Kalian sudah saling mengenal, begitu?” Pertanyaan Rayyan tentu tertuju pada Neneknya sekaligus untuk Evelyn.Dua orang yang ditanya itu saling menatap dan kemudian mengulas senyuman. Wulan menjawab dengan bangga, menceritakan tentang pertemuan mereka. Waktu itu ada Azura, tetapi dia tidak sempat melihat siapa gadis yang sudah menolong ibunya. Tapi dia membenarkan omongan Wulan.Evelyn juga mengangguk, mengingatkan pada Rayyan saat dia menanyakan memar yang ada di dahinya tempo lalu.“Ooh…” Rayyan mengangguk-angguk. Waktu itu dia sempat marah pada Evelyn yang ceroboh, yang telah mengabaikan kesela
Di Tengah-tengah penantian kedatangan keluarga Brahmana itu, yang disertai rasa berdebar di hati mereka tiba-tiba ponsel yang ada di saku Evelyn bergetar. Ia melihat ternyata itu isi pesan chat dari Rayyan.[Kami sudah meluncur ke rumahmu. Ada Kakek, Nenek, Paman, Bibi dan juga Ibuku.]“Astaga ibu! Bagaimana ini? Mereka benar-benar akan datang. Sekarang sudah ada di jalan menuju kemari!” Evelyn langsung berteriak pada Ibunya.“Aduh, bagaimana ini? Ibu kok jadi tegang sekali ini, Evelyn? Dada Ibu jeduk-jeduk nggak karuan rasanya.” Laras sangat gugup, sampai dia mengambil tangan Evelyn dan menaruhnya di dadanya. Evelyn bisa merasakan jika jantung Ibunya memang berdebar kencang.“Sebenarnya bukan hanya Ibu, aku juga iya.” Evelyn pun mengambil tangan Laras dan meletakkan di dadanya.Dua orang itu sama-sama berdebar jantungnya. Berbeda sekali dengan Nenek Limanto yang duduk dengan manis dan penuh senyum kebahagiaan karena menanti kedatangan keluarga Brahmana.Evelyn melirik Neneknya, ada r
Sofyan, sebetulnya sudah mendengar kabar tentang hal itu. Meskipun kabar di internet yang dulu tidak menjelaskan tentang siapa status istri dari Presiden Rayyan, tetapi Sofyan sudah tahu jika yang dimaksud istri Presiden Rayan tentunya adalah putrinya.“Baiklah, mendengar ucapan kamu ini ibu sedikit merasa lega.”“Kalau begitu lebih baik kita sama-sama berdoa dan lihat saja nanti malam, bagaimana reaksi dari keluarga Brahmana, apakah mereka benar-benar akan menerima kita atau justru …,” Sofyan menggantung kalimatnya.Namun dari ucapan itu Evelyn tahu apa yang dikhawatirkan oleh Ayah dan Ibunyakemudian dia memberi jawaban untuk menenangkan mereka. “Ayah dan Ibu, jangan khawatir. Kita harus percaya kepada kak Rayyan. Aku yakin jika keluarga besar nya adalah keluarga yang baik dan ramah juga. Jadi tidak mungkin mereka tidak akan menerima kita. Apalagi aku dan Rayyan sudah sejauh ini menjalin hubungan pernikahan.”Kedua orang tuanya mengangguk kemudian saling menggandeng tangan Evelyn da
Bisnis keluarga Brahmana bukanlah bisnis dari orang sembarangan, Sofyan tidak ingin jika nanti putranya ini akan membuat kesalahan. Apalagi dia masih merasa khawatir jika Arka ini masih memiliki emosi yang tidak labil dan pemikiran yang belum cukup dewasa, rasanya jika harus memegang sebuah perusahaan besar seperti ini Sofyan betul-betul merasa ragu.“Bukankah Ayah dari Nak Rayyan sudah berada di sana? Kenapa kini mesti Arka yang menangani?” Biar bagaimanapun juga Sofyan perlu bertanya masalah ini karena dia tetap merasa khawatir memikirkannya.Rayyan mengangkat pandangannya untuk menatap Ayah mertuanya, kemudian dia menunduk kembali dan berkata dengan sopan. “Sebetulnya Ayah sudah memintaku berulang kali untuk mengambil alih perusahaan itu. Tetapi aku belum mendapatkan orang yang bisa dipercaya. Sekarang aku sudah mempercayakan semuanya pada Arka oleh karena itu aku menyuruhnya untuk pergi ke sana, sekaligus menitipkan adikku yang juga akan tinggal di sana untuk berobat.”“Oh ... Jad
Barulah sampai di sini Evelyn tersadar dan paham akan semuanya. Rasa takutnya tiba-tiba sirna, akhirnya dia senyum-senyum sendiri tidak jelas sambil mandi.Ketika dia keluar dari kamar mandi, dia sudah melihat Rayyan juga bersiap untuk mandi. Evelyn sedikit menggeser tubuhnya supaya Rayyan bisa masuk ke dalam kamar mandi. Tidak butuh waktu lama Rayyan sudah terlihat keluar dari kamar mandi.“Apa kamu membawa baju ganti?” Evelyn bertanya, hanya untuk mengusir rasa malu dan canggung sebenarnya.“Tadi aku yang meminta Robi untuk mengantarkan baju kesini. Setelah itu Bibi Leni yang mengantarkannya ke kamar ini”“Ohh …!” hanya begitu saja jawab Evelyn. Dia segera memilih baju dan berganti dengan cepat saat memastikan Rayyan sudah berganti dengan baju ala kantornya. Dan kini terlihat sedang sibuk dengan ponselnya.Ketukan pintu terdengar memecah kesunyian yang ada, suara Bibi Leni memanggil dengan lembut dari luar kamar, mengajak mereka berdua untuk segera turun sarapan karena keluarga besa
Evelyn kembali menatap ke arah Rayyan terlihat pria itu kembali tersenyum menatapnya, Evelyn terlihat seperti orang linglung.Evelyn kembali menoleh padanya dan bertanya, "Kak Rayyan apa semalam kamu tidur disini?" Sambil mengencangkan selimut untuk menyembunyikan tubuh polosnya.Rayyan menarik ujung bibirnya dengan senyum merekah, "Kamu bertanya padaku? Aku yang seharusnya bertanya padamu Evelyn Limanto, eh salah, Nyonya Miga Brahmana, apa semalam kamu melupakan sesuatu?” Nada bicara Rayyan seperti sedang kecewa.Tentu saja ia akan merasa sangat kecewa, jika Evelyn benar-benar melupakan kejadian indah tadi malam. Padahal pagi ini Rayyan berencana ingin merasa kembali kehangatan indah yang tidak akan dilupakan seumur hidup mereka itu, yaitu malam pertama penyatuan jiwa raga dan cinta mereka.Evelyn masih penuh kebingungan, dengan hati-hati kemudian dia berusaha untuk mengingat semua kejadian tadi malam.Semalam ia mengingat jika dia memang pergi bersama kakaknya Arka dan minum dua gel
Sofyan dan Laras membukakan pintu, ketika dia melihat yang datang adalah Rayyan sambil menggendong Evelyn. Mereka pun terkejut.Laras langsung bertanya dengan cemas, “Apa yang sudah terjadi pada Evelyn, nak Rayyan?”Sebelumnya Rayyan tersenyum dahulu pada mereka, kemudian menjawab. “Tidak perlu khawatir Ibu mertua, tidak ada yang serius terjadi pada Evelyn. Tadi saat aku datang, aku melihat Evelyn sedang mabuk, jadi aku mengantarnya pulang saja.”Dua orang itu langsung saling menatap, mata keduanya membulat sempurna dari tatapan mata keduanya, seakan-akan saja saling memberi isyarat jika yang ada dalam pikiran mereka adalah sama.Sofyan kemudian berkata dengan marah. “Dasar Arka, memang dia anak kurang ajar! Bisa-bisanya dia membiarkan Adiknya mabuk sampai seperti ini?”Sedangkan Laras hanya menggelengkan kepala, saat menyadari kelakuan putranya itu. Laras kemudian langsung mempersilahkan Rayyan untuk masuk dan membimbingnya ke kamar Evelyn. Rayyan kemudian melangkah masuk ke dalam k
Untuk membuang rasa canggung yang ada kemudian Arka berkata, “Apa Rayyan belum datang?” tanya Arka.“Belum, katanya dia akan sedikit terlambat. Ayo lebih baik kita duduk dulu.”Arka menyuruh Evelyn untuk duduk di meja lain, “Kamu duduk di sini dulu ya? Tunggu Rayyan datang sebentar lagi. Kamu boleh pesan apapun. Kakak akan mengobrol sebentar dengan Ethan.”Kemudian dua pria itu menyisih, di meja yang bersebelahan dengan meja tempat Evelyn duduk. Mereka berdua sedang membicarakan tentang kepergian Arka besok ke luar negeri. Sebab perusahaan milik grup Brahmana di sana itu masih ada hubungannya dengan Ethan, jadi tentu saja harus ada pembicaraan terlebih dahulu mengenai hal-hal rumit dan lumayan penting diantara mereka berdua.Ketika mereka sedang serius mengobrol, pelayan datang menyuguhkan anggur Merah pada Evelyn. Evelyn terkejut melihat botol anggur merah di depannya. Dia seketika mendongak, dia ingin mengatakan Jika dia tidak minum anggur merah, tapi ingin memesan jus saja. Tetapi