Wulan menatap wajah gadis itu, ia sedikit merasa heran. Bukankah kepala Gadis itu sudah terbentur pada lantai, tetapi Gadis itu masih sempat mengkhawatirkan keadaan dirinya, bahkan saat ini gadis itu menuntunnya dengan hati-hati untuk menuruni tangga dan menarik kursi lalu menyuruhnya untuk duduk.Wulan merasa seakan-akan seperti sedang bermimpi, jika ia tadi hampir saja jatuh dan tergelincir dari atas tangga. Seandainya Gadis itu tidak tepat waktu menangkap tubuhnya dan menyelamatkannya. Dapat dipastikan jika saat ini ia sudah jatuh dan menggelinding sampai bawah. Atau mungkin saja kepalanya pasti akan cedera dan kaki atau tangannya pun pasti akan patah.Dia menunduk, melihat gadis itu berjongkok di hadapannya dan mengeluarkan minyak telon dari tasnya lalu mengurut pergelangan kakinya yang mulai terlihat sedikit bengkak.“Nenek, ini pasti sangat sakit ya? Aku akan mengurutnya sebentar untuk mengurangi bengkaknya.”“Eh, tidak perlu,” Wulan ingin mencegah, tetapi jari-jemari lentik dan
Kening pria paruh baya itu semakin mengkerut. Dia semakin merasa aneh saja dengan ekspresi dari Wulan, bukan ia kesakitan, mengeluh atau marah karena hampir terjatuh, akan tetapi bersikap sebaliknya sangat bahagia.“Kamu, terjatuh? Apa tidak ada yang sakit? Kenapa aku melihat kamu malah tersenyum bahagia?”“Itu masalahnya, Maka dari itu Mas Ega harus mendengar ceritaku.”Ega menutup laptop dan fokus pada cerita istrinya. Dia cukup penasaran apa yang membuat Istrinya bisa tersenyum seperti itu.“Aku diselamatkan oleh gadis kecil yang sangat imut dan cantik. Aku sampai seperti terbius dan ingin menjadikannya cucu menantu.” Wulan menceritakan dari awal dia terjatuh dan sampai gadis bernama Evelyn itu meninggalkannya.Ega menghela nafas, dia kemudian menyentuh lembut tangan istrinya penuh kasih sayang dan berkata dengan lembut. “Rayyan sudah mempunyai istri, tidak baik berharap seperti itu. Itu sama saja kamu berharap rumah tangga cucu kamu sendiri hancur. Kita hanya perlu menunggu waktu
Di samping rasa bangga yang ada di dalam hatinya, tersirat juga rasa sangat kesal. Biar bagaimanapun juga keselamatan Evelyn adalah nomor satu baginya.“Lain kali jangan gegabah. Boleh menolong orang, tetapi sesuai juga dengan kemampuan serta keselamatan. Jika sudah begini kan, kamu sendiri yang terluka dan aku paling tidak suka melihat kamu terluka walau sekecil apapun itu.”Evelyn tidak marah meskipun Rayyan sudah memarahinya, dia justru sangat senang. Itu tandanya Rayyan benar-benar peduli padanya.“Maaf, janji lain kali aku akan lebih hati-hati.” Evelyn berkata dengan suaranya yang manis dan tersenyum sambil mengangkat kedua jarinya.Rayyan tersenyum, dia kembali berdiri untuk menaruh kecupan lembut di kening Evelyn, “Kalau begitu, nanti siang kita pulang bersama. Aku akan merawat lukamu.”“Eh, aku rasa tidak perlu. Bukankah kak Rayyan, akhir-akhir ini sangat sibuk kan? Kemarin kakak sudah ada satu mingguan menjagaku di rumah dan sekarang akan kembali libur karena cedera sedikit i
Setelah menerima telpon dari Neneknya, Evelyn terlihat seperti orang yang linglung. Saat ini hatinya benar-benar merasa tidak nyaman dan bingung. Dia mulai merasa khawatir dan tidak tahu bagaimana harus menjelaskannya pada Rayyan dengan maksud dari permintaan yang diutarakan oleh Neneknya tadi itu.Selama ini, bukankah Rayyan sudah bersusah payah membantu dirinya untuk memberi hukuman pada Anesa, akan tetapi sekarang justru dia yang menginginkan agar Anesa dibebaskan dari tuntutan hukum yang akan menjerat gadis licik itu dipengadilan.Dia merasa seperti orang yang tidak tahu diri dan terkesan plin-plan. Lukisan yang awalnya tadi ingin dilukisnya, tiba-tiba menjadi tidak menarik lagi. Dia pun duduk di sofa yang berada di dalam ruangan studio miliknya itu, dengan posisi memeluk lututnya dan kepala tertunduk ke bawah bertumpu pada kakinya.Ketika Rayyan kembali, dia langsung bertanya kepada pelayan dan mencari keberadaan istrinya, Setelah kepala pelayan memberitahu dimana Evelyn berada,
Ternyata yang sedang dihubungi oleh Rayyan di ujung gawai telepon adalah Robi, ia sepertinya baru saja pulang kerja, belum sempat bokongnya menyentuh sofa handphone yang berada di dalam sakunya terasa bergetar.Ia menatap layar handphonenya ternyata bosnya yang sedang menghubungi, “Tuan Rayyan, apa ada perintah?”“Tarik kasus Anesa dari pengadilan.” Terdengar suara Rayyan berkata dengan jelas tanpa berbasa-basi.Robi terkejut bukan main. Bagaimana mungkin Tuan Rayyan-nya tiba-tiba saja mendadak jadi berbaik hati pada orang yang telah mencelakai Nyonya?“Tuan, bukankah wanita itu sudah…”Belum sempat Robi meneruskan ucapannya, tiba-tiba saja suara Rayyan memotong, “Tarik kasus Anesa dari pengadilan dan selesaikan saja di luar pengadilan. Dia harus minta maaf, ditambah biaya kerugian mental sebesar 200 miliar. Sewa pengacara. Jika dia tidak bisa membayar denda, maka segera mungkin untuk membawa kasus ini ke pengadilan.”“Baik, Tuan.”Robi yang tadi sedikit terkejut sekarang kembali terk
Keesokan harinya,Tepat di saat senja mulai menampakkan pesonanya di langit, Robi datang ke villa bunga mawar dengan beberapa orang. Mereka membawa beberapa kotak pakaian, sepatu dan juga aksesoris lainnya.Evelyn yang melihat orang-orang itu membawa pakaian yang tergantung, merasa kaget dia terbatuk ringan dan bertanya kepada Rayyan yang saat ini dengan santainya sedang menghirup kopi kesukaannya,“Kak Rayyan, Apa semua ini tidak terlalu berlebihan?”Rayyan mendongak dan menggeleng, lalu menatap dengan tenang, “Tidak, semua ini biasa saja. Ngomong-ngomong apa kamu ingin aku yang memilihnya?”“Eh, tidak perlu. Terima kasih. Aku bisa memilih sendiri kok.” Evelyn dengan sopan menolak kebaikannya.Desainer mulai memperkenalkan koleksi gaun yang dibawanya hari ini.“Gaun ini dirancang secara pribadi oleh desainer domestik terkenal. Desainnya sangat bagus dan cocok untuk Nyonya Miga. Jadi Nyonya tidak perlu khawatir sama sekali.”Evelyn mengangguk, gaun yang dikatakan oleh desainer itu me
Tidak ingin sampai terjadi kesalahpahaman, Evelyn kemudian bersuara.“Tentu saja dia ingin membelikan apa saja yang aku inginkan, akan tetapi aku sengaja menolaknya. Apalagi setelah mendengar ada undian ini, aku sengaja ingin menguji keberuntunganku. Lagian juga aku berpikir, jika aku ikut merasakan sensasi jantung yang berdebar serta berharap dalam doa untuk mendapatkan undian itu hal yang sangat istimewa bukan?”Dian merasa begitu kagum akan sikap Evelyn, “Untuk hal itu pastinya tidak diragukan lagi, bahkan jika Nyonya Miga menginginkan bulan di langit sekalipun, aku rasa hal yang wajar dan itu tidak akan berlebihan. Karena Tuan Rayyan pasti akan mengabulkan. Aku pikir betul sekali apa yang Nyonya Miga katakan, ada kesenangan tersendiri saat panitia mulai mengocok nomor undian, dan berdoa dalam hati nomor undian milik siapa yang akan keluar dan mendapatkan sebuah hadiah,” Evelyn hanya tertawa kecil menanggapi ucapan Dian. “Betul itu, kalau begitu mari kita sama-sama berdoa,”Keduan
Amara tersenyum menatap Evelyn, yang saat ini terlihat sedikit bingung.“Oh ya, aku pikir kak Evelyn tidak perlu memasukan kata-kata kedua wanita tadi di dalam hati, kakak tidak perlu khawatir jika perlu nanti aku akan menyuruh kak Rayyan untuk memecat mereka.”“Eh, jangan! Tidak perlu seperti itu. Aku pikir mereka berbicara seperti tadi hanya karena mereka belum tahu saja. Kasihan jika dipecat, mereka akan kehilangan pekerjaan.”“Mereka itu tidak tahu malu, bisa-bisanya membicarakan kakak dan kakak iparku di belakangnya.”“Sudah tidak apa-apa, aku tidak mengambil hati.”“Ehm, kakak ipar, kira-kira kapan kamu akan datang ke rumah kami dan berkenalan dengan keluarga besar kami? Mereka semua sangat penasaran lho... Terkadang aku juga merasa heran mengapa Rayyan belum mau memperkenalkan kakak ipar dengan keluarga besar kami. Jujur saja ya kak, kami itu sering pusing dengan sikap aneh kak Rayyan ini,”Evelyn terdiam, dia juga tidak tahu kenapa Rayyan belum juga mengenalkan dirinya dengan
Mendengar gumaman Ibunya, Sofyan langsung berkata, “Ibu, kita tidak boleh berharap seperti itu. Meskipun sekarang kita ini adalah besan dengan grup Brahmana, tetapi kita harus tahu diri siapa kita. Jika dibanding dengan keluarga Brahmana, kita ini diibaratkan cuma seujung kukunya saja dari Brahmana grup. Evelyn dipilih oleh Tuan Rayyan untuk menjadi istrinya saja, itu sudah merupakan sebuah kebanggaan yang tidak bisa dimiliki oleh orang lain. Jadi aku harap kita jangan bermimpi terlalu tinggi untuk mendapatkan jantung, jika saat ini kita sudah dikasih mereka hati.”Nenek Limanto tertawa kecil, “Iya, kamu benar. Lagi pula perkataan ibu tadi tidak terlalu serius.”Seharian ini Evelyn melewati waktu di rumah keluarganya ini. Dia mulai merasa suntuk dan bosan. Dia merindukan Rayyan, ingin menelepon tetapi dia takut mengganggu kesibukan Rayyan. Jadi pada akhirnya dia hanya bisa menahan diri.Hingga malam telah tiba, dia melihat kakaknya sudah pulang dari kantor nya. Dia segera menghampiri
Laras terdiam sejenak, kemudian dia berpikir jika apa yang dikatakan suaminya ini adalah benar. Bukankah kemarin-kemarin suaminya sudah menceritakan kepada dirinya tentang siapa sosok dari Rayyan ini.Pada akhirnya dia menatap Rayyan dan Evelyn secara bergantian, kemudian dia mengangguk. “Baiklah, terima kasih sekali. Ibu dengan sangat senang hati akan menerima hadiah ini. Sungguh ini adalah hadiah termewah yang pernah kumiliki dan pernah ibu terima. Sekali lagi, terima kasih ya, Tuan Rayyan.”Rayyan mengangguk kemudian dia berkata dengan lembut, “Ah iya, sama-sama Ibu mertua, kalau begitu, apa boleh aku meminta satu permintaan darimu Ibu?”Mendengar penuturan Rayyan semuanya menatap penuh rasa penasaran.“Bo-boleh apa itu Tuan, katakan saja?” tutur Laras penuh rasa heran dan binggung.“Apakah bisa jika mulai sekarang, Ibu jangan lagi memanggilku dengan sebutan Tuan?”Belum sempat semua orang menjawab tiba-tiba Arka berkata , “Ibu, seharusnya Ibu memang tidak boleh memanggilnya Tuan l
Dari melihat hadiah-hadiah yang di bawah oleh Rayyan saja, hati Laras sudah bergetar. Ditambah lagi saat pemuda yang begitu tetpandang dikota mereka yang saat ini berstatus sebagai suami dari putrinya, berjabatan tangan dengan dirinya dan mencium pucuk telapak tangannya dengan begitu hormat.Laras sampai gugup dan kemudian menjawab, “Iya, terima kasih, Tuan Rayyan. Terima kasih. Tapi kenapa mesti repot-repot membawa hadiah segala, dan sebanyak itu?”Rayyan melepaskan jabatan tangannya dengan lembut, kemudian mengangkat pandangannya sejenak. Sebelum akhirnya dia menatap orang-orang yang di sekelilingnya. Terakhir kali tatapannya terpatri pada Evelyn selama beberapa saat, kemudian dia tersenyum dengan hangat. “Mana mungkin merepotkan? Aku adalah menantu keluarga ini, memberi hadiah untuk Ibu mertua yang sedang berulang tahun itu adalah hal yang sangat wajar. Bukankah demikian sayang?” dia bertanya demikian kepada Evelyn.“Eh iya, itu benar ibu. Bukankah kak Rayyan ini menantumu? Jadi
Sebetulnya sejak kedatangan keluarga Lewis dikediaman Keluarga Limanto, perasaan Laras sudah tidak menentu. Terlihat mulutnya bersungut-sungut, antara menghina, kesal dan juga marah.“Dasar keluarga Lewis itu benar-benar tidak tahu malu. Tidak ibunya, tidak anak laki-lakinya dan juga anak perempuannya, semua sama saja tidak ada yang baik. Aku betul-betul merasa sangat beruntung jika hari itu putriku ditinggalkan di hari pernikahannya. Benar-benar sebuah anugerah bagi Evelyn tidak jadi masuk dalam keluarga yang tidak tahu malu itu.”Sofyan yang mendengar istrinya menggerutu langsung menarik lengannya, memberi isyarat agar dia diam sambil melirik Ibunya.Laras langsung diam, dia merasa bersalah telah mengumpat keluarga Lewis di depan Ibu mertuanya. Karena biar bagaimanapun juga Nyonya besar Lewis adalah sahabat Ibu mertuanya. Tidak seharusnya dia memaki mereka di depan Ibu mertuanya. Karena merasa tidak enak hati kepada ibu mertuanya itu, kemudian dia berinisiatif untuk meminta maaf,
Tetapi dia berusaha untuk menahannya. Pandangannya kini beralih pada sebuah lukisan yang bersandar di ujung dinding sana, ya Revan ingat jika itu adalah lukisan dirinya.Kemudian dengan ragu-ragu dia bertanya, “Ternyata, kamu masih menyimpan lukisan itu?”Evelyn menoleh sebentar, kemudian ikut menatap ke arah tatapan mata Revan. Sebentar kemudian dia kembali mengalihkan pandangannya pada lukisan yang ada di depannya sambil berkata,“Waktu aku membawa lukisan itu untuk hadiah ulang tahunmu, tapi kamu menolaknya. Kamu mengatakan jika tidak ada tempat untuk menyimpannya di rumahmu, jadi aku membawanya pulang dan menaruhnya di ujung sana. Sampai aku lupa kalau ternyata masih ada lukisan itu.”Revan tertegun, dia baru teringat jika dulu Evelyn pernah mengatakan jika dia sudah menghabiskan waktu hampir dua minggu hanya untuk menyelesaikan lukisan itu, tetapi dengan gampangnya dia justru menolak hadiah yang dibawa Evelyn itu di hari ulang tahunnya.Sekarang dia benar-benar merasa sangat meny
Nenek Limanto kemudian menambahkan, “Cuaca masih sangat dingin, jadi Evelyn tidak diperbolehkan untuk keluar kamar kecuali hanya makan. Tahu sendiri bagaimana fisik Evelyn yang memang kurang sehat dari dulu.”Bu Linda kemudian menoleh pada Anesa yang duduk di sampingnya, wajah gadis itu terlihat cemberut dan kesal. Sebenarnya dia benar-benar sangat malas untuk datang ke sini, tetapi ibu dan Ayahnya lah yang sudah mendesak begitu juga dengan kakaknya Revan. Bahkan dia diancam oleh Tomi, jika dia tidak mau datang dan meminta maaf dengan sungguh-sungguh kepada Evelyn maka bukan hanya dia yang akan bermasalah tetapi keluarganya juga yang akan menanggung akibatnya.Bu Linda yang melihat ekspresi wajah Anesa pun akhirnya menyenggol pinggangnya dengan sikunya.Anesa melirik sebentar kemudian dengan terpaksa dia bersuara sambil berlutut dan meraih kedua tangan Nenek Limanto.“Nenek, Tante Laras dan Om Sofyan, jadi sebenarnya kedatangan aku kesini ingin meminta maaf kepada kalian semua terutam
Sejenak hati Rayyan terasa seperti kosong. Ketika dia memasuki villa pun, rasanya villa itu menjadi sepi dan hening. Padahal baru beberapa menit Evelyn meninggalkan villa ini. Rayyan langsung merasa tidak betah berada di sini.Dia mendengus kasar. Kehadiran Evelyn di dalam villa ini benar-benar seperti atmosfer yang memenuhi ruangan ini. Ketika dia pergi maka langsung seperti sebuah ruangan tanpa udara. Dadanya pun terasa langsung sesak.Rayyan menyadari jika dia benar-benar sudah sangat mencintai gadis kecil itu dengan teramat sangat. Rasanya dia sudah tidak sabar untuk membawa keluarganya datang ke keluarga Limanto. Tetapi dia harus sabar menunggu tunggu dulu dia harus mengirim Arka pergi dulu dari negara ini, agar semua langkahnya lebih bebas.Meskipun waktu itu Arka sudah pernah menitipkan Evelyn padanya, tetapi Rayyan bukan orang yang gampang percaya dengan mudah. Apalagi Arka menjadi seorang yang plin-plan sekarang. Di depannya kadang begini, kadang tiba-tiba begitu lagi.Rayyan
Arka menarik nafas panjang, dia berusaha menenangkan kegugupannya kemudian dia mengubah topik pembicaraan.“Evelyn, aku datang kemari untuk menjemputmu. Ibu yang menyuruhku untuk membawamu pulang hari ini.”Evelyn mengangguk, dia sudah paham. Kemudian dia duduk di samping Rayyan dan berkata padanya, “Kak Rayyan, apa kamu mengijinkan aku untuk pulang? Besok adalah hari ulang tahun Ibuku, tadi Ayah juga sudah menelpon dan memintaku untuk pulang ke rumah.”Rayyan mengangkat kedua alisnya, dia betul-betul tidak tahu jika besok adalah hari ulang tahun Ibu mertuanya. Perasaan di hatinya mendadak jadi serba salah, Sedangkan untuk dua hari kedepan dia masih punya banyak urusan di kantor.Tidak lama kemudian dia mengangguk, “Pulang lah kalau begitu. Maafkan aku jika belum bisa mengantarmu atau datang ke sana. Tapi nanti aku pasti akan kesana setelah urusanku selesai. Kamu tidak akan marah kan?”Evelyn tentu saja mengerti, Rayyan punya banyak kesibukan. Apalagi dia mungkin harus mengurus kebera
“Oh, ya ampun! Ayah, aku lupa hari ini adalah ulang tahun Ibu kan? Ah, bukan hari ini, maksudnya besok adalah hari ulang tahun Ibu.”Di sana Sofyan tersenyum meskipun Evelyn tidak melihatnya, tapi dia sangat senang karena putrinya ternyata mengingat hari ulang tahun ibunya.“Kamu benar sekali. Jadi bagaimana, apakah hari ini kamu bisa pulang? Besok malam kita akan merayakan ulang tahun Ibu bersama-sama di rumah. Sederhana saja, asalkan dia senang.”“Iya, ayah. Aku pasti akan pulang.”“Ah, baiklah Evelyn. Terima kasih kalau begitu. Ayah akan tutup teleponnya ya?”“Iya ayah, sampai jumpa ya?”Evelyn menutup panggilan, setiap kali dia berbicara dengan ibu atau ayahnya sebenarnya hatinya selalu bergetar. Bukannya apa, dia sebenarnya tahu jika kedua orang tuanya itu sangat mencintainya dengan sepenuh hati.Hanya saja dulu memang ada sesuatu yang mengharuskan mereka untuk membuang dirinya. Bukan karena mereka tidak menginginkan dirinya. Bahkan sekarang setelah dia sudah berkumpul dengan mer