Rayyan berjalan keluar dari ruang makan untuk menuju pintu utama, diikuti oleh Evelyn dibelakangnya.Sebelum masuk ke dalam mobil Rayyan terlebih dahulu mengenakan jas yang sejak tadi digantung pada tangganya,Rayyan merasa ada yang tidak beres dengan tatapan Evelyn, namun saat dia melirik jam tangannya dia tahu bahwa dia sudah tidak punya waktu lagi.Tapi baru saja Rayyan berjalan beberapa langkah, dia merasakan ada sesuatu yang menahannya, saat dia menoleh dia melihat jari-jemari ramping yang putih itu mencengkeram lengan bajunya dan begitu dia mendongak dia melihat wajah Evelyn.Evelyn sendiri terlihat begitu cemas, otaknya berputar cepat. ‘Aku harus bagaimana?’Pria ini adalah sahabat kakaknya. Jika sesuatu terjadi padanya, kakaknya pasti akan sedih. Apalagi, dia masih suami pura-puranya, jika pria ini benar-benar mati bukankah dia akan menjadi janda? Dan neneknya pasti jadi semakin khawatir.‘Tidak, tidak! Aku harus menolongnya.’Rayyan menyerngitkan dahi sambil menatapnya curiga
Sebetulnya ada keraguan di hati perawat itu, namun melihatnya tampak lebih tenang daripada pria brengsek berbaju coklat yang saat ini terlihat memasang wajah jutek itu, akhirnya perawat dengan yakin menyerahkan obat dan kapas padanya.“Jika ada masalah, silahkan tekan bel yang ada di atas kepala ranjang itu untuk menghubungi kami.” Ucap perawat sambil jarinya menunjuk ke arah yang dimaksudRayyan mengangguk samar, sambil duduk di samping tempat tidur. Dia menyeka luka di dahi Evelyn menggunakan obat dan kapas dengan lembut.Evelyn tertegun saat matanya menatap wajah tampan yang ada di hadapannya. Kulit pria itu begitu halus sampai tidak terlihat pori-porinya. Alisnya seperti pedang dan matanya berkilau terlihat tajam namun memancarkan keteduhan. Dua bibir tipis kemerahan di bawah pangkal hidung yang mancung. Lalu jakunnya… Seksi dan menggairahkan…Terutama aroma maskulin yang menguar dari tubuhnya, yang seakan saja sangkin harumnya bisa mengalahkan aroma bau obat yang menyengat di dal
Arka tampak lebih tenang setelah mendengar kata-kata itu.“Sepertinya, aku bisa melihat jika adikku sangat senang tinggal di villa mu, tapi ingat kamu jangan berbangga hati, sebab aku tidak akan berterima kasih kepadamu. Bagaimanapun juga aku sudah bekerja keras untukmu setiap hari. Jadi untuk hal ini aku rasa kita adil bukan?”Rayyan menutup bibirnya tanpa bicara.Saat Arka hendak pergi tiba-tiba dia terpikir sesuatu, dia pun berbalik lagi dan menunjuk ke arah Rayyan.“Satu lagi, aku peringatkan kamu! Jangan permainkan adikku. Kamu harus sadar jika usiamu terpaut sepuluh tahun lebih tua darinya, kamu lebih pantas menjadi pamannya!”Pembuluh darah di dahi Rayyan sedikit berkedut, “Sembilan tahun, hanya lebih sedikit.”Dalam hati dia sempat berpikir, Kenapa semua orang menyerang umurnya akhir-akhir ini?“Apa kamu tahu artinya pembulatan? Sepuluh tahun jika dibulatkan!” Arka mengangkat dagunya, ketika dia memikirkan sesuatu tiba-tiba dia mengubah nada suaranya“Eh, sebenarnya tidak apa-
Mobil mereka telah sampai di gerbang Villa bunga mawar. Rayyan tidak langsung turun dari mobil, dia masih memperhatikan kepala pelayan yang membantu Evelyn masuk ke dalam villa. Setelah itu, dia memalingkan wajah dengan mata yang berkilat dingin.“Bagaimana pemeriksaannya?”Robi menoleh ke belakang, lalu dia menjawab,“Penyelidikan mengatakan, jika latar belakang sopir truk itu sangat bersih dan tidak ada yang salah sedikit pun. Sepertinya ini memang kecelakaan.”Rayyan menarik senyuman sinis. ‘Sudah berapa banyak kecelakaan yang terjadi dalam beberapa tahun terakhir?’Robi yang sepertinya tahu apa yang sedang dipikirkan oleh Rayyan kemudian berkata lagi, “Mungkin saja bukan orang itu, tetapi kali ini adalah perbuatan pihak lain,” Sebelum dia selesai bicara, Rayyan sudah memotongnya.“Suruh Roy untuk melindungi Evelyn.”Roy adalah sopir Evelyn tadi, dia bukan hanya memiliki keterampilan dalam mengemudi yang baik, tapi juga hebat dalam hal lainnya.Robi sedikit bingung memikirkannya, k
Sudah satu Minggu ini Evelyn beristirahat di rumah. Sepertinya luka bekas kecelakaan kemarin juga sudah terlihat sembuh, hanya meninggalkan sedikit bekas goresan tipis saja pada keningnya. Jadi dia tidak perlu lagi memakai plester untuk menutupinya.Evelyn hanya perlu sedikit merapikan poninya saja, supaya bekas luka itu bisa tertutup dari pandangan mata, terutama dari Mia, sahabatnya itu pasti akan sangat heboh bertanya kepadanya, jika sampai dia tau jika luka gores itu lah yang menjadi penyebab utama Evelyn selama satu Minggu ini cuti dari kuliahnya.Setelah Mereka selesai sarapan pagi bersama, baik Evelyn ataupun Rayyan keduanya tampak bersiap untuk melanjutkan aktivitas masing-masing, Rayyan bersiap untuk berangkat kerja dan Evelyn bersiap untuk berangkat ke kampus.Keduanya berjalan keluar, tepat di depan pintu utama Villa bunga Mawar mata Evelyn sedikit mengerjap saat melihat sebuah mobil sport mewah berwarna orange yang telah terparkir di sana.Arka terlihat duduk santai menikm
Setengah jam kemudian mobil sport orange itu pun berhenti tepat di depan gerbang kampus, kehadiran mobil itu berhasil menarik perhatian banyak orang untuk berhenti dan melihatnya.Evelyn merasa malu setengah mati, setelah hampir semua mata yang berada disana menatap ke arah mereka, seketika saja dia bergegas turun dari mobil dan berkata, “Sampai jumpa Kak!”Kemudian terlihat dengan langkah yang sedikit tergesa-gesa, Evelyn melangkah masuk ke dalam halaman kampus.“Eh, kenapa lari?” Arka turun dari mobil dengan tas. “Apa kamu tidak mau membawa tas kamu?”“Eh,” Evelyn terbalik dan langsung menyambar tasnya.“Oke, belajar yang baik. Aku akan menjemputmu setelah kelasmu berakhir.”Evelyn langsung menjawab, “Tidak perlu!”Kening Arka berkerut, baru saja akan memberi pelajaran pada sang adik, tiba-tiba saja suara seseorang terdengar dari sisi lainnya,“Hei, apa kamu baru saja dari merampok bank, ya?”Arka melirik ke arah sumber suara yang terdengar, ternyata yang sedang menyanyaoanya adala
Masuk!”Suara renyah terdengar dari dalam ruangan.Rayyan mendorong pintu, dan melihat Evelyn yang sedang duduk di sofa memegang iPad dan pena digital.“Sudah malam, kenapa kamu belum tidur?”Evelyn meletakkan iPadnya di atas meja lalu menjawab, “Aku belum mengantuk, jadi aku menggambar sebentar.”Rayyan melirik iPad itu, dia melihat karakter animasi yang tampak familiar baginya.Melihat Rayyan menatap iPad-nya, Evelyn pun hanya memegang pena digitalnya dengan gugup tanpa mengeluarkan sepatah apapun.Rayyan kembali menatap Evelyn.”Apa tadi kamu mencariku?”Evelyn menjawab dengan anggukan, mata jernihnya menatap Rayyan. Gadis itu menggigit bibirnya, malu untuk bicara.Rayyan berjalan menghampiri Evelyn dan mengambil posisi duduk persis disampingnya. “Apa yang ingin kamu bicarakan?”“Tahun baru akan datang beberapa hari lagi. Keluarga kami biasanya akan mengadakan makan malam bersama di hari itu. Apa kamu mau menemani aku pulang?”Dia berpikir, karena ini sudah menjadi kebiasaan di kelu
Di siang hari setelah makan siang, nyonya besar Limanto kembali ke kamarnya untuk beristirahat meninggalkan Bu Laras dan Evelyn untuk mengobrol bersama. Wanita paruh baya itu kemudian mengeluarkan sebuah kartu dari dalam tasnya lalu menyerahkan pada Sang Putri.“Evelyn, Ibu tidak tahu harus membelikan apa untukmu di tahun baru ini. Ada sejumlah uang di dalam kartu ini kamu bisa membeli apapun yang kamu mau. Di usia ibu yang sekarang, Ibu tidak tahu apa yang disukai oleh gadis-gadis muda zaman sekarang.”Evelyn tertegun, dia memandang kartu bank berwarna emas yang diserahkan padanya itu lalu menggeleng. “Bu, aku sudah punya uang. Ibu tidak perlu memberi kartu lagi.”Sebelumnya, orang tuanya akan selalu memberinya amplop atau mentransfer uang untuknya setiap hari perayaan juga setiap bulannya. Dia juga tidak berbelanja banyak hal selain peralatan untuk melukis, jadi Evelyn memiliki banyak tabungan di rekeningnya sendiri.Bu Laras meletakkan kartu tersebut di telapak tangannya lalu mengg
Kemudian terdengar Rayyan berdehem kecil dan membuka suara untuk memecah keheningan yang ada diantara mereka. Dia belum kepada intinya melainkan terlebih dahulu bertanya pada Evelyn dan Neneknya, karena dari sepintas mata memandang sepertinya semua orang yang ada di sana merasakan penasaran akan kisah bagaimana awal mulai pertemuan Nenek dan Evelyn bisa terjadi.“Ini tadi ceritanya bagaimana? Kalian sudah saling mengenal, begitu?” Pertanyaan Rayyan tentu tertuju pada Neneknya sekaligus untuk Evelyn.Dua orang yang ditanya itu saling menatap dan kemudian mengulas senyuman. Wulan menjawab dengan bangga, menceritakan tentang pertemuan mereka. Waktu itu ada Azura, tetapi dia tidak sempat melihat siapa gadis yang sudah menolong ibunya. Tapi dia membenarkan omongan Wulan.Evelyn juga mengangguk, mengingatkan pada Rayyan saat dia menanyakan memar yang ada di dahinya tempo lalu.“Ooh…” Rayyan mengangguk-angguk. Waktu itu dia sempat marah pada Evelyn yang ceroboh, yang telah mengabaikan kesela
Di Tengah-tengah penantian kedatangan keluarga Brahmana itu, yang disertai rasa berdebar di hati mereka tiba-tiba ponsel yang ada di saku Evelyn bergetar. Ia melihat ternyata itu isi pesan chat dari Rayyan.[Kami sudah meluncur ke rumahmu. Ada Kakek, Nenek, Paman, Bibi dan juga Ibuku.]“Astaga ibu! Bagaimana ini? Mereka benar-benar akan datang. Sekarang sudah ada di jalan menuju kemari!” Evelyn langsung berteriak pada Ibunya.“Aduh, bagaimana ini? Ibu kok jadi tegang sekali ini, Evelyn? Dada Ibu jeduk-jeduk nggak karuan rasanya.” Laras sangat gugup, sampai dia mengambil tangan Evelyn dan menaruhnya di dadanya. Evelyn bisa merasakan jika jantung Ibunya memang berdebar kencang.“Sebenarnya bukan hanya Ibu, aku juga iya.” Evelyn pun mengambil tangan Laras dan meletakkan di dadanya.Dua orang itu sama-sama berdebar jantungnya. Berbeda sekali dengan Nenek Limanto yang duduk dengan manis dan penuh senyum kebahagiaan karena menanti kedatangan keluarga Brahmana.Evelyn melirik Neneknya, ada r
Sofyan, sebetulnya sudah mendengar kabar tentang hal itu. Meskipun kabar di internet yang dulu tidak menjelaskan tentang siapa status istri dari Presiden Rayyan, tetapi Sofyan sudah tahu jika yang dimaksud istri Presiden Rayan tentunya adalah putrinya.“Baiklah, mendengar ucapan kamu ini ibu sedikit merasa lega.”“Kalau begitu lebih baik kita sama-sama berdoa dan lihat saja nanti malam, bagaimana reaksi dari keluarga Brahmana, apakah mereka benar-benar akan menerima kita atau justru …,” Sofyan menggantung kalimatnya.Namun dari ucapan itu Evelyn tahu apa yang dikhawatirkan oleh Ayah dan Ibunyakemudian dia memberi jawaban untuk menenangkan mereka. “Ayah dan Ibu, jangan khawatir. Kita harus percaya kepada kak Rayyan. Aku yakin jika keluarga besar nya adalah keluarga yang baik dan ramah juga. Jadi tidak mungkin mereka tidak akan menerima kita. Apalagi aku dan Rayyan sudah sejauh ini menjalin hubungan pernikahan.”Kedua orang tuanya mengangguk kemudian saling menggandeng tangan Evelyn da
Bisnis keluarga Brahmana bukanlah bisnis dari orang sembarangan, Sofyan tidak ingin jika nanti putranya ini akan membuat kesalahan. Apalagi dia masih merasa khawatir jika Arka ini masih memiliki emosi yang tidak labil dan pemikiran yang belum cukup dewasa, rasanya jika harus memegang sebuah perusahaan besar seperti ini Sofyan betul-betul merasa ragu.“Bukankah Ayah dari Nak Rayyan sudah berada di sana? Kenapa kini mesti Arka yang menangani?” Biar bagaimanapun juga Sofyan perlu bertanya masalah ini karena dia tetap merasa khawatir memikirkannya.Rayyan mengangkat pandangannya untuk menatap Ayah mertuanya, kemudian dia menunduk kembali dan berkata dengan sopan. “Sebetulnya Ayah sudah memintaku berulang kali untuk mengambil alih perusahaan itu. Tetapi aku belum mendapatkan orang yang bisa dipercaya. Sekarang aku sudah mempercayakan semuanya pada Arka oleh karena itu aku menyuruhnya untuk pergi ke sana, sekaligus menitipkan adikku yang juga akan tinggal di sana untuk berobat.”“Oh ... Jad
Barulah sampai di sini Evelyn tersadar dan paham akan semuanya. Rasa takutnya tiba-tiba sirna, akhirnya dia senyum-senyum sendiri tidak jelas sambil mandi.Ketika dia keluar dari kamar mandi, dia sudah melihat Rayyan juga bersiap untuk mandi. Evelyn sedikit menggeser tubuhnya supaya Rayyan bisa masuk ke dalam kamar mandi. Tidak butuh waktu lama Rayyan sudah terlihat keluar dari kamar mandi.“Apa kamu membawa baju ganti?” Evelyn bertanya, hanya untuk mengusir rasa malu dan canggung sebenarnya.“Tadi aku yang meminta Robi untuk mengantarkan baju kesini. Setelah itu Bibi Leni yang mengantarkannya ke kamar ini”“Ohh …!” hanya begitu saja jawab Evelyn. Dia segera memilih baju dan berganti dengan cepat saat memastikan Rayyan sudah berganti dengan baju ala kantornya. Dan kini terlihat sedang sibuk dengan ponselnya.Ketukan pintu terdengar memecah kesunyian yang ada, suara Bibi Leni memanggil dengan lembut dari luar kamar, mengajak mereka berdua untuk segera turun sarapan karena keluarga besa
Evelyn kembali menatap ke arah Rayyan terlihat pria itu kembali tersenyum menatapnya, Evelyn terlihat seperti orang linglung.Evelyn kembali menoleh padanya dan bertanya, "Kak Rayyan apa semalam kamu tidur disini?" Sambil mengencangkan selimut untuk menyembunyikan tubuh polosnya.Rayyan menarik ujung bibirnya dengan senyum merekah, "Kamu bertanya padaku? Aku yang seharusnya bertanya padamu Evelyn Limanto, eh salah, Nyonya Miga Brahmana, apa semalam kamu melupakan sesuatu?” Nada bicara Rayyan seperti sedang kecewa.Tentu saja ia akan merasa sangat kecewa, jika Evelyn benar-benar melupakan kejadian indah tadi malam. Padahal pagi ini Rayyan berencana ingin merasa kembali kehangatan indah yang tidak akan dilupakan seumur hidup mereka itu, yaitu malam pertama penyatuan jiwa raga dan cinta mereka.Evelyn masih penuh kebingungan, dengan hati-hati kemudian dia berusaha untuk mengingat semua kejadian tadi malam.Semalam ia mengingat jika dia memang pergi bersama kakaknya Arka dan minum dua gel
Sofyan dan Laras membukakan pintu, ketika dia melihat yang datang adalah Rayyan sambil menggendong Evelyn. Mereka pun terkejut.Laras langsung bertanya dengan cemas, “Apa yang sudah terjadi pada Evelyn, nak Rayyan?”Sebelumnya Rayyan tersenyum dahulu pada mereka, kemudian menjawab. “Tidak perlu khawatir Ibu mertua, tidak ada yang serius terjadi pada Evelyn. Tadi saat aku datang, aku melihat Evelyn sedang mabuk, jadi aku mengantarnya pulang saja.”Dua orang itu langsung saling menatap, mata keduanya membulat sempurna dari tatapan mata keduanya, seakan-akan saja saling memberi isyarat jika yang ada dalam pikiran mereka adalah sama.Sofyan kemudian berkata dengan marah. “Dasar Arka, memang dia anak kurang ajar! Bisa-bisanya dia membiarkan Adiknya mabuk sampai seperti ini?”Sedangkan Laras hanya menggelengkan kepala, saat menyadari kelakuan putranya itu. Laras kemudian langsung mempersilahkan Rayyan untuk masuk dan membimbingnya ke kamar Evelyn. Rayyan kemudian melangkah masuk ke dalam k
Untuk membuang rasa canggung yang ada kemudian Arka berkata, “Apa Rayyan belum datang?” tanya Arka.“Belum, katanya dia akan sedikit terlambat. Ayo lebih baik kita duduk dulu.”Arka menyuruh Evelyn untuk duduk di meja lain, “Kamu duduk di sini dulu ya? Tunggu Rayyan datang sebentar lagi. Kamu boleh pesan apapun. Kakak akan mengobrol sebentar dengan Ethan.”Kemudian dua pria itu menyisih, di meja yang bersebelahan dengan meja tempat Evelyn duduk. Mereka berdua sedang membicarakan tentang kepergian Arka besok ke luar negeri. Sebab perusahaan milik grup Brahmana di sana itu masih ada hubungannya dengan Ethan, jadi tentu saja harus ada pembicaraan terlebih dahulu mengenai hal-hal rumit dan lumayan penting diantara mereka berdua.Ketika mereka sedang serius mengobrol, pelayan datang menyuguhkan anggur Merah pada Evelyn. Evelyn terkejut melihat botol anggur merah di depannya. Dia seketika mendongak, dia ingin mengatakan Jika dia tidak minum anggur merah, tapi ingin memesan jus saja. Tetapi
Mendengar gumaman Ibunya, Sofyan langsung berkata, “Ibu, kita tidak boleh berharap seperti itu. Meskipun sekarang kita ini adalah besan dengan grup Brahmana, tetapi kita harus tahu diri siapa kita. Jika dibanding dengan keluarga Brahmana, kita ini diibaratkan cuma seujung kukunya saja dari Brahmana grup. Evelyn dipilih oleh Tuan Rayyan untuk menjadi istrinya saja, itu sudah merupakan sebuah kebanggaan yang tidak bisa dimiliki oleh orang lain. Jadi aku harap kita jangan bermimpi terlalu tinggi untuk mendapatkan jantung, jika saat ini kita sudah dikasih mereka hati.”Nenek Limanto tertawa kecil, “Iya, kamu benar. Lagi pula perkataan ibu tadi tidak terlalu serius.”Seharian ini Evelyn melewati waktu di rumah keluarganya ini. Dia mulai merasa suntuk dan bosan. Dia merindukan Rayyan, ingin menelepon tetapi dia takut mengganggu kesibukan Rayyan. Jadi pada akhirnya dia hanya bisa menahan diri.Hingga malam telah tiba, dia melihat kakaknya sudah pulang dari kantor nya. Dia segera menghampiri