Pengantin Pesanan
02 – Tawaran Sekali Seumur Hidup
Pesta berlangsung meriah.
Lingkaran koneksi Danesh yang kecil, namun terdiri dari para crazy rich dan orang yang punya jabatan mentereng itu berkumpul untuk merayakan status terbaru dari Pengacara andalan mereka.
“Dan, tenang aja …. Biarpun itu stempel masih basah, udah banyak cewek yang ngantri kepengen dikawin sama lo.” Pak Ridwan, lelaki setengah baya yang pernah tersangkut kasus penggelapan itu tertawa sambil memegang gelas Scotch, dia mengedipkan matanya pada Danesh.
Ah, si tua bangka yang doyan perempuan itu ternyata diundang kemari.
Danesh tertawa garing, “Belum kepikiran mau nikah lagi, Pak. Terlalu banyak kerjaan.”
“Alaaahh …. Kerjaan gampang diatur, yang penting kebutuhan lo aja dulu. Kalau memang ogah sama urusan punya bini, lo bisa jadi Daddy buat anak-anak kuliah yang kepingin ngehedon tapi males kerja.”
Evan terbahak mendengar komentar Pak Ridwan “Gimana tuh Pak biar jadi Daddy anak orang, tapi enggak ketahuan?” tanyanya jahil.
Pak Ridwan memang terkenal punya beberapa ‘anak angkat’ yang diasuhnya dengan telaten “Ya… yang penting lo atur jadwalnya aja. Kalau yang satu lo kasih apartemen, yang lainnya juga lo kasih sesuatu lah. Biar mereka senang. Kalau mereka senang, otomatis lo minta apa aja ke mereka pasti bakal dikasih.”
“Maksudnya minta apa aja, Pak?” Evan memang iseng, dia tersenyum lebar dengan wajah memerah efek alkohol yang diminumnya.
“Kaya lo enggak tau aja.” Pak Ridwan mengangkat alisnya sambil melayangkan pandangan penuh arti pada Evan, dia menyesap minumannya dan bertanya lagi pada Evan, “Eh, Van… lo enggak ada niatan buat nambah bini gitu?”
Evan tersedak dengan minumannya.
Pak Ridwan dan Danesh terbahak-bahak melihat tingkah Evan yang sering diledek oleh teman-temannya karena menikah lewat perjodohan.
“Gue rasa ortu lo seneng-seneng aja kalau lo nambah bini, Van …. Bukannya bokap lo poligami?” tanya Pak Ridwan lagi. Beliau memang tidak punya filter di mulutnya, termasuk ketika berada di pengadilan. Lelaki ini sempat membuat Danesh kelimpungan dengan statement-statement yang diluar skenario.
Telinga Evan memerah mendengar kalimat Pak Ridwan, dia menelan minumannya dan berdeham, berusaha bertahan di tengah gempuran bullying dari koleganya sendiri “Bini gue lagi hamil, Pak. Gila aja kalau gue kawin lagi pas bini lagi hamil gede!”
“Halah, alasan lu!”
Tawa membahana mengiringi komentar Pak Ridwan, sedangkan Evan hanya meringis sambil terkekeh pelan. Sialan ….
“Bapak sendiri kenapa enggak poligami aja?” tanya Danesh yang berusaha meringankan penderitaan Evan.
Pak Ridwan tersentak mendapatkan pertanyaan langsung ke target itu, dia memandang Danesh sejenak kemudian terkekeh, “Gue suka lupa kalau lu itu pengacara, Dan. Tapi berkat mulut dan otak licik lu, gue bisa dapet putusan ringan, hehehe ….”
Danesh nyengir dan mengangkat gelasnya, “Setiap orang berhak untuk dibela, Pak. Kalau bukan saya, siapa lagi?”
“Oooohh, banyak, Dan. Cuma enggak ada yang seberani lo.”
“Termasuk bapak yang enggak berani untuk poligami?” sasar Danesh yang tidak memberikan kesempatan bagi Pak Ridwan lolos begitu saja.
Pak Ridwan tertawa canggung, dia merangkul bahu Evan dan menepuk-nepuknya, “Poligami itu enggak semudah yang orang pikir, Van. Gue hormati keputusan lo untuk setia sama perempuan yang dijodohkan sama ortu lo.”
Evan hanya mengangguk-angguk, dia melayangkan pandang berterima kasih pada Danesh yang lagi-lagi menyelamatkan wajahnya di depan teman-temannya.
“Hey, siapa tuh?” Danesh mengalihkan perhatian pada hal yang lainnya. Dia mengangguk ke arah rombongan perempuan yang baru saja datang.
Seorang wanita setengah baya yang memakai kacamata hitam berbingkai hampir menutupi setengah wajahnya itu, berjalan masuk ke halaman. Makeup-nya menor, penampilannya heboh, kilauan emas dan berlian menghiasi tangan dan lehernya. Pinggulnya berlenggak-lenggok di atas sepatu hak tinggi sementara bibirnya tersenyum penuh misteri.
Di belakang sang wanita, beberapa perempuan berpakaian mini mengekor bagaikan anak bebek mengikuti induknya.
Kedatangan mereka menarik perhatian semua orang. Para lelaki yang mempunyai radar yang berbunyi ketika ada perempuan cantik dalam radius lima meter, sontak menoleh.
Mata-mata mereka yang haus akan keindahan serentak menemukan objeknya.
Apalagi bagi Danesh yang baru saja jadi duda.
Kedatangan para wanita muda itu tentu saja bagaikan oase bagi hari-harinya yang selama ini gersang. Setiap hari ketemunya Ucok, Bromo atau Evan, pantas saja kalau Danesh menginginkan suasana baru.
Sudah terlalu banyak testosteron dalam hari-harinya.
Danesh melihat Rafi menyambut kedatangan rombongan perempuan itu. Temannya yang terkenal paling buaya di antara geng mereka itu tersenyum dan memeluk wanita setengah baya yang baru datang. Keduanya cium pipi kiri-kanan seakan kawan lama.
Evan menyenggol Danesh, memberinya kode ketika Rafi terlihat berjalan menghampiri mereka. Kedua lelaki dewasa yang sudah berumah tangga itu mendadak saja jadi salah tingkah ketika menyadari para perempuan itu berjalan menuju mereka.
Apalagi Pak Ridwan yang doyan dengan daun muda. Matanya langsung bergerilya memeriksa mana perempuan paling cantik di rombongan itu.
“Gila, men. Cantik-cantik bener.” Evan memalingkan wajahnya dan berbisik pada Danesh.
Danesh tidak sempat menjawab karena Rafi yang setengah mabuk berseru padanya, “Danny Boy! Ini hadiah gue buat lo, men!” serunya sambil menunjuk bangga para perempuan cantik itu.
Dalam hati Danesh kaget, namun dengan cepat dia bisa mengendalikan dirinya. Dipakainya lagi wajah pengacara yang keren dan terlihat serius. Instingtif, dia mendorong kacamatanya ke pangkal hidung.
“Hey, handsome ….” Wanita itu menghampirinya sambil menyunggingkan senyum menggoda pada Danesh, Evan dan Pak Ridwan, namun memilih untuk merangkul Danesh kemudian mendaratkan kecupan basah di pipi “selamat ya, katanya baru jadi duda!”
Rafi sialan.
Danesh hanya tersenyum dan bergumam, “Thanks.”
“Panggil aku Mami. Ini anak-anakku, cantik-cantik ‘kan?” ujarnya bangga.
Mata Danesh menyapu wajah-wajah perempuan yang dibawa oleh Mami. Dari lima orang perempuan, tiga diantaranya bule. Kulit putih pucat, berambut pirang stroberi, hidung mancung dan tubuh tinggi langsing khas wanita Eropa Timur.
Semuanya kelihatan cantik sampai-sampai Evan yang punya asma, sesak napas, dia mengeluarkan inhalernya.
Ssssrrrrooottt…!
My God. Bisakah hari ini tidak lebih aneh lagi?
Danesh menoleh pada Evan dan bertanya pelan, “OK, man?”
Evan mengangguk-angguk, dia mengacungkan jempolnya sambil mengatur napasnya. Penyakitnya sering kambuh jika dia terlalu bersemangat atau kaget.
Pak Ridwan tidak sempat menggoda Evan, lelaki yang sudah bangkotan itu mendadak saja merasa celananya jadi lebih sesak. Dia berdeham dan menghampiri Mami, “Halo.”
“Hai.” Balas Mami dengan nada menggoda, perempuan itu tersipu ketika Pak Ridwan meraih tangannya dan mengecup punggung tangannya lembut “Hmmm …. A gentleman, I like it ….”
“Boleh kenalan sama anak-anaknya, Mam?” tanya Pak Ridwan yang jago banget soal rayu-merayu.
“Oh, tentu… tentu …. Tapi sebelumnya, silakan pilih mau yang mana Danesh?”
HA?!
Danesh yang sedang mengagumi kecantikan para perempuan yang berdiri berombongan bagaikan kandidat Miss Universe itu, menoleh kaget “Saya?” tanyanya sambil menunjuk dirinya sendiri.
“Hm, saya sengaja bawa anak-anak terbaik saya untuk kamu. Rafi bilang kamu kebanyakan kerja dan kesepian, jadi kita datang untuk nemenin kamu.”
Danesh melayangkan pandang pada Rafi yang tergelak. Entah dia harus tersinggung atau berterima kasih pada bajingan itu.
“Tenang, Danny Boy. Semuanya udah diatur. Lo nikmatin aja… anggap aja ini sample. Ya ‘kan Mami?” Rafi mengedip pada Mami.
“Ya.” Mami meraih sebuah gelas dari pelayan yang membawa nampan.
Danesh kelihatan serba salah, dia memandang rombongan perempuan cantik yang diperuntukkan baginya, kemudian beralih pada sahabatnya, Pak Ridwan dan terakhir …. Mami.
Wanita paruh baya itu mengulum senyumnya, dia mendekat pada Danesh dan berbisik, “Saya juga penawaran khusus buat kamu, Danesh…”
Bulu kuduk Danesh mendadak berdiri mendengarnya. Instingnya mengatakan bahwa penawaran yang disebutkan itu bukan penawaran biasa.
“Penawaran macam apa?” tanya Danesh setengah berbisik, berusaha tetap menampilkan sosok karismatik Pengacara andalannya.
Mami tersenyum misterius, wanita itu membalas dengan percaya diri “Hm, yang jelas …. Penawaran seumur hidup. Penawaran yang sayang untuk kamu lewatkan. Penawaran yang akan mengubah hidup seorang Daneshwara.”
*
PENGANTIN PESANAN03 – Pengantin Pesanan“Dunia ini enggak seluas daun kelor, Dan. Lo harus buka diri lo untuk kesempatan yang datang. Eksplor, man.” Rafi memulai presentasinya.Danesh berusaha mendengarkan Rafi, namun perhatiannya teralihkan oleh tangan-tangan halus yang menggerayangi dadanya. Harum parfum yang dikenakan perempuan-perempuan itu mulai membuat kepalanya terasa ringan. Efek memabukkan dari alkohol dan sentuhan perempuan-perempuan cantik membuat Danesh kehilangan konsentrasinya.“Hmmm…” dia hanya mengangguk-angguk. Pengacara ganteng itu duduk di atas sebuah sofa di sebuah kamar. Tiga dari perempuan tercantik pilihan Mami duduk di pangkuan dan kanan-kirinya.Saat ini dia merasa layaknya Raja yang dikelilingi oleh selir-selirnya.Seorang perempuan yang duduk di pangkuannya melepaskan kancing kemeja Danesh dan membelai bulu-bulu halus di dadanya. Danesh mengembuskan napasnya ketik
PENGANTIN PESANAN04 – Kedatangan Pengantin-3 BULAN KEMUDIAN-“Bos, pesawatnya sebentar lagi landing.”Ponsel Danesh yang disetel dalam mode senyap menampilkan notifikasi di layar. Nama Ucok, asisten pribadinya, muncul dengan pesan yang membuat jantungnya berdebar tidak karuan.Ah, setelah penantian dan proses yang panjang, akhirnya mereka akan bertemu juga ….Danesh menyentuh layar ponselnya dan kembali memusatkan perhatian pada Jaksa yang sedang membaca dakwaan.“Dan… lu yakin ya kalau gue bakal bebas sebentar lagi?” bisik Rafi yang duduk disebelahnya di kursi pesakitan.Banyak yang terjadi dalam tiga bulan ini; selain Danesh yang sibuk memilih calon pengantinnya melalui website ‘Deep Web’, Rafi juga tertangkap tangan menyuap aparatur negara agar mendapatkan tender proyek pembangunan jalan.Karir Rafi yang tadinya semulus jala
PENGANTIN PESANAN05 – Monster SesungguhnyaAkhirnya Katya terpilih juga.Perempuan itu tercengang tak percaya ketika diberitahu bahwa ada seseorang yang tertarik padanya.“Sayangnya bukan dari Amerika atau Inggris seperti yang kita harapkan. Dia orang Indonesia.”Katya tidak tau apapun mengenai Indonesia, namun dia tidak peduli, yang penting dia ingin segera pergi dari lubang neraka ini.“Besok mereka akan datang menjemputmu. Bersiaplah.” Anna, kepala agensi menatapnya dari atas sampai bawah, memeriksa penampilan Katya, “cuci rambut dan bersihkan tubuhmu. Apa kamu sudah menstruasi bulan ini?”Katya menelan ludahnya kemudian mengangguk, kepalanya tertunduk dalam-dalam, tidak berani menatap bola mata abu-abu dingin milik Anna. Perempuan setengah baya berwajah masam yang sering memukulinya dengan tongkat kayu.“Kalau begitu, pergi ke klinik. Kamu harus mempersiapkan di
PENGANTIN PESANAN06 – Pertemuan Pertama“Ha-hai, welcome… home. This is your home now.” Katya bisa merasakan lelaki yang berdiri di hadapannya ini gugup. Suaranya sedikit bergetar dan dia menghindari kontak mata.Lelaki yang bernama Daneshwara – ah, namanya sungguh terdengar menggoda dan eksotis.Pertama kali membaca namanya, Katya sudah penasaran seperti apa pribadinya. Dilihat dari foto yang ditunjukkan agensi, Daneshwara terlihat tampan dalam balutan jas resmi. Dia terlihat gagah dan berwibawa, terutama dengan kacamatanya.Katya menyukai lelaki yang percaya diri, kelihatan tangguh dan cerdas.Kacamata menambah kesan cerdas dari seorang pengacara Indonesia ini.Namun ternyata, Daneshwara kelihatan grogi bertemu dengannya. Mungkin lelaki ini tidak terbiasa dengan kehadiran perempuan?Ah, tapi tidak mungkin. Kalau dia tidak terbiasa dengan perempuan, bagaimana mungk
PENGANTIN PESANAN 07 – Wine and DineJarum jam menunjukkan pukul 18.30 WIB ketika mobil yang ditumpangi Danesh memasuki halaman rumah. Ucok yang sedang ngaso di teras sontak bergegas mematikan rokok yang diisapnya sedari tadi, kemudian berdiri menyambut majikannya. “Bos.” Wajah Danesh kelihatan suntuk, dia menyerahkan tas kerjanya pada Ucok dan bertanya, “Gimana?”“Beres, Bos. Meja dan makanan udah siap. Nona Rusia juga udah siap dari tadi.” Ucok nyengir, misinya akan usai begitu Danesh duduk di ruang makan. “OK. Gue mandi dulu.” Danesh mengendurkan dasinya. Dia menyelinap masuk ke rumah tanpa suara. Matanya mengedarkan pandang, berjaga-jaga jika Katya melihatnya datang. Namun, Katya tidak ada di mana-mana, sepertinya gadis itu masih betah di kamarnya. Danesh masuk ke kamarnya, mengunci pintu dan buru-buru masuk kamar mandi. Setelah terkena air hangat di sekujur tubuhnya
PENGANTIN PESANAN08 – Pilihan HatiDanesh bersyukur dia tidak pelit pada dirinya sendiri.Seperti yang dikatakan Rafi yang sedang mendekam di penjara, ratusan ribu dollar bukan apa-apa ketika yang datang adalah Katya.Perempuan dari Ukraina itu sungguh memesona.Di detik pertama Danesh melihat fotonya, ada yang berdesir dalam dadanya. Seketika itu juga, hatinya sudah menjatuhkan pilihan.Orang bilang, cinta dari mata turun ke hati. Itulah yang terjadi pada Daneshwara ketika melihat gambar Katya.Love at first sight. Pertama kali gambar Katya muncul di layarnya, Danesh membelalak tidak percaya. Bisakah perempuan secantik ini nyata?Dia sempat berpikir bahwa foto-foto itu dimanipulasi; pakai photoshop dan filter-filter yang sering digunakan anak-anak zaman sekarang di media sosial. Namun, ketika Mami meyakinkannya bahwa foto itu asli, Danesh langsung yakin kalau dia memang suka dengan Katya.
PENGANTIN PESANAN09 – Bayangan GairahAnna, atau yang akrab dipanggil Mamushka oleh gadis-gadis di agensi, sangat cermat dalam hal menyiapkan para gadis sebelum dikirim ke negara sang pengantin pria.Gadis-gadis cantik yang dipilih adalah komoditas utama agensi, jadi Anna fokus mengajarkan banyak hal pada mereka. Mulai dari cara menjadi istri yang baik; memasak, membereskan rumah, berkebun, menyetir mobil, berenang, berkuda dan sederet keahlian lainnya.Namun satu hal yang pasti, Anna mengajarkan seks.Kelas seks adalah hal pertama yang harus diikuti para gadis begitu mereka masuk ke dalam agensi.“Tujuan utama para lelaki ini adalah seks. Mereka bukan hanya mencari perempuan, namun juga seks. Itu sudah sepaket. Jadi artinya, ketika mereka memilih kalian, mereka mempunyai ketertarikan seks pada kalian.”Kali ini pengajar kelas seks mereka adalah Vilen dan Zhanna, sepasang lelaki dan perempuan
PENGANTIN PESANAN10 – Pengkhianatan Mantan Istri“Sayang, kamu mantep banget hari ini. Aku sampe kewalahan …. Kok enak banget ya main sama kamu? Beda sama istriku sendiri ….”“Jelas, kamu cintanya sama aku. Bukan sama istri kamu yang gembrot, bau ikan asin itu.”“Hahaha… iya, bener. Heran, kenapa si Danesh ini jarang main sama kamu. Padahal jepitan kamu nikmat banget.”“Halah, Danesh orgasmenya di ruang sidang, bukan di ranjang. Dia itu cepet lemes, baru juga aku pegang dan lenguh-lenguh dikit, dia suka muncrat duluan. Payah!”“Ah, serius?!”“Ya, enggak tau kenapa. Udah tanya ke dokter, katanya enggak ada masalah sama penisnya, tapi masalahnya ada di otaknya.”“Kenapa otaknya? Ada sekrup yang lepas di sana?”“Hahaha…. Enggak tau, deh. Bodo amat lah. Aku udah capek maklumin dia terus.&
PENGANTIN PESANAN13 – Ponsel Pertama“Kamu mau yang warna apa?”Katya mendongak pada Danesh, mengalihkan pandangannya dari dua buah ponsel berwarna-warni di tangan lelaki itu.“Yang putih atau yang emas?” tanya Danesh lagi, di tangan kanan dan kirinya terdapat ponsel keluaran terbaru dengan logo apel digigit berwarna emas dan putih.“Sepertinya untuk Mbak Bule-nya cocok warna emas deh, Pak.” Seorang pramuniaga yang kelihatan andal mengenai produknya tersenyum pada Danesh, “tapi kalau mau warna yang lain, saya bisa ambilkan yang warna Sierra Blue.”Pramuniaga perempuan itu hendak masuk ke dalam gudang ketika tangan Katya menahannya, dia bergumam sambil menunjuk warna emas, “This.”Pramuniaga itu menoleh pada Danesh.“Bungkus yang ini, ya.” Danesh mengangkat ponsel berwarna emas di tangannya.“Siap, Pak.” Pramu
PENGANTIN PESANAN12 – Kencan Pertama“Udah bisa hubungi Mami?” pertanyaan itu datang dari kursi belakang van yang ditumpangi Tiga Serangkai; Danesh, Ucok dan Bromo.Ucok menoleh sekilas dan menyahut, “Belum, Bos. Nomornya enggak aktif, emailnya enggak dibalas.”Alis Danesh berkerut mendengarnya, “Lacak keberadaannya.”“Siap.”Bromo yang tidak banyak omong, mendadak saja bertanya, “Ada apa, Bos?”Belum sempat Danesh menyahut, Ucok sudah menyambar, “Hahaha…! Pasti soal Nona Rusia itu, ya?”Ucok yang duduk di kursi depan tidak menyadari tatapan mematikan yang Danesh layangkan padanya. Pengacara yang otaknya encer itu kemudian hanya menghela napasnya sambil kembali menekuni berkas yang berada di tangannya. Sesekali Danesh mendorong kacamatanya ke pangkal hidung, bibirnya sedikit berkerut setiap kali dia berkonsentrasi, sebelah tangan
PENGANTIN PESANAN11 – Pengacara AndalDanesh tidak merasa kalau dia mempunyai disfungsi ereksi sampai malam dia bertemu dengan Katya.“Lah, kenapa lu enggak jadi ngacengnya?” tanya Rafi heran.Dia yang sejak tadi mendengarkan cerita Danesh terheran-heran. Sesi pertemuan antara Pengacara dengan klien-nya di salah satu ruang Kepala Lapas malah jadi sesi curhat antar teman.Danesh mengembuskan napasnya, tanpa sengaja matanya melirik ke arah selangkangannya, dia memelototi organ seksual miliknya itu dengan sebal “Enggak tau. Kemarin waktu sama anak buahnya Mami gue lancar-lancar aja ….”“Tapi waktu itu lu enggak masukin ke dalem, ‘kan? Lu bilang mereka cuma ngisep punya lu aja.”Danesh mengangguk, “Iya, soalnya waktunya mepet, lagian gue harus segera pergi ….”Rafi teringat hari itu, setelah mengakui ingin memesan pengantin, Danesh langsung per
PENGANTIN PESANAN10 – Pengkhianatan Mantan Istri“Sayang, kamu mantep banget hari ini. Aku sampe kewalahan …. Kok enak banget ya main sama kamu? Beda sama istriku sendiri ….”“Jelas, kamu cintanya sama aku. Bukan sama istri kamu yang gembrot, bau ikan asin itu.”“Hahaha… iya, bener. Heran, kenapa si Danesh ini jarang main sama kamu. Padahal jepitan kamu nikmat banget.”“Halah, Danesh orgasmenya di ruang sidang, bukan di ranjang. Dia itu cepet lemes, baru juga aku pegang dan lenguh-lenguh dikit, dia suka muncrat duluan. Payah!”“Ah, serius?!”“Ya, enggak tau kenapa. Udah tanya ke dokter, katanya enggak ada masalah sama penisnya, tapi masalahnya ada di otaknya.”“Kenapa otaknya? Ada sekrup yang lepas di sana?”“Hahaha…. Enggak tau, deh. Bodo amat lah. Aku udah capek maklumin dia terus.&
PENGANTIN PESANAN09 – Bayangan GairahAnna, atau yang akrab dipanggil Mamushka oleh gadis-gadis di agensi, sangat cermat dalam hal menyiapkan para gadis sebelum dikirim ke negara sang pengantin pria.Gadis-gadis cantik yang dipilih adalah komoditas utama agensi, jadi Anna fokus mengajarkan banyak hal pada mereka. Mulai dari cara menjadi istri yang baik; memasak, membereskan rumah, berkebun, menyetir mobil, berenang, berkuda dan sederet keahlian lainnya.Namun satu hal yang pasti, Anna mengajarkan seks.Kelas seks adalah hal pertama yang harus diikuti para gadis begitu mereka masuk ke dalam agensi.“Tujuan utama para lelaki ini adalah seks. Mereka bukan hanya mencari perempuan, namun juga seks. Itu sudah sepaket. Jadi artinya, ketika mereka memilih kalian, mereka mempunyai ketertarikan seks pada kalian.”Kali ini pengajar kelas seks mereka adalah Vilen dan Zhanna, sepasang lelaki dan perempuan
PENGANTIN PESANAN08 – Pilihan HatiDanesh bersyukur dia tidak pelit pada dirinya sendiri.Seperti yang dikatakan Rafi yang sedang mendekam di penjara, ratusan ribu dollar bukan apa-apa ketika yang datang adalah Katya.Perempuan dari Ukraina itu sungguh memesona.Di detik pertama Danesh melihat fotonya, ada yang berdesir dalam dadanya. Seketika itu juga, hatinya sudah menjatuhkan pilihan.Orang bilang, cinta dari mata turun ke hati. Itulah yang terjadi pada Daneshwara ketika melihat gambar Katya.Love at first sight. Pertama kali gambar Katya muncul di layarnya, Danesh membelalak tidak percaya. Bisakah perempuan secantik ini nyata?Dia sempat berpikir bahwa foto-foto itu dimanipulasi; pakai photoshop dan filter-filter yang sering digunakan anak-anak zaman sekarang di media sosial. Namun, ketika Mami meyakinkannya bahwa foto itu asli, Danesh langsung yakin kalau dia memang suka dengan Katya.
PENGANTIN PESANAN 07 – Wine and DineJarum jam menunjukkan pukul 18.30 WIB ketika mobil yang ditumpangi Danesh memasuki halaman rumah. Ucok yang sedang ngaso di teras sontak bergegas mematikan rokok yang diisapnya sedari tadi, kemudian berdiri menyambut majikannya. “Bos.” Wajah Danesh kelihatan suntuk, dia menyerahkan tas kerjanya pada Ucok dan bertanya, “Gimana?”“Beres, Bos. Meja dan makanan udah siap. Nona Rusia juga udah siap dari tadi.” Ucok nyengir, misinya akan usai begitu Danesh duduk di ruang makan. “OK. Gue mandi dulu.” Danesh mengendurkan dasinya. Dia menyelinap masuk ke rumah tanpa suara. Matanya mengedarkan pandang, berjaga-jaga jika Katya melihatnya datang. Namun, Katya tidak ada di mana-mana, sepertinya gadis itu masih betah di kamarnya. Danesh masuk ke kamarnya, mengunci pintu dan buru-buru masuk kamar mandi. Setelah terkena air hangat di sekujur tubuhnya
PENGANTIN PESANAN06 – Pertemuan Pertama“Ha-hai, welcome… home. This is your home now.” Katya bisa merasakan lelaki yang berdiri di hadapannya ini gugup. Suaranya sedikit bergetar dan dia menghindari kontak mata.Lelaki yang bernama Daneshwara – ah, namanya sungguh terdengar menggoda dan eksotis.Pertama kali membaca namanya, Katya sudah penasaran seperti apa pribadinya. Dilihat dari foto yang ditunjukkan agensi, Daneshwara terlihat tampan dalam balutan jas resmi. Dia terlihat gagah dan berwibawa, terutama dengan kacamatanya.Katya menyukai lelaki yang percaya diri, kelihatan tangguh dan cerdas.Kacamata menambah kesan cerdas dari seorang pengacara Indonesia ini.Namun ternyata, Daneshwara kelihatan grogi bertemu dengannya. Mungkin lelaki ini tidak terbiasa dengan kehadiran perempuan?Ah, tapi tidak mungkin. Kalau dia tidak terbiasa dengan perempuan, bagaimana mungk
PENGANTIN PESANAN05 – Monster SesungguhnyaAkhirnya Katya terpilih juga.Perempuan itu tercengang tak percaya ketika diberitahu bahwa ada seseorang yang tertarik padanya.“Sayangnya bukan dari Amerika atau Inggris seperti yang kita harapkan. Dia orang Indonesia.”Katya tidak tau apapun mengenai Indonesia, namun dia tidak peduli, yang penting dia ingin segera pergi dari lubang neraka ini.“Besok mereka akan datang menjemputmu. Bersiaplah.” Anna, kepala agensi menatapnya dari atas sampai bawah, memeriksa penampilan Katya, “cuci rambut dan bersihkan tubuhmu. Apa kamu sudah menstruasi bulan ini?”Katya menelan ludahnya kemudian mengangguk, kepalanya tertunduk dalam-dalam, tidak berani menatap bola mata abu-abu dingin milik Anna. Perempuan setengah baya berwajah masam yang sering memukulinya dengan tongkat kayu.“Kalau begitu, pergi ke klinik. Kamu harus mempersiapkan di