Beranda / Romansa / Pengantin Pesanan / 03 - Pengantin Pesanan

Share

03 - Pengantin Pesanan

Penulis: Serafina
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

PENGANTIN PESANAN

03 – Pengantin Pesanan

“Dunia ini enggak seluas daun kelor, Dan. Lo harus buka diri lo untuk kesempatan yang datang. Eksplor, man.” Rafi memulai presentasinya.

Danesh berusaha mendengarkan Rafi, namun perhatiannya teralihkan oleh tangan-tangan halus yang menggerayangi dadanya. Harum parfum yang dikenakan perempuan-perempuan itu mulai membuat kepalanya terasa ringan. Efek memabukkan dari alkohol dan sentuhan perempuan-perempuan cantik membuat Danesh kehilangan konsentrasinya.

“Hmmm…” dia hanya mengangguk-angguk. Pengacara ganteng itu duduk di atas sebuah sofa di sebuah kamar. Tiga dari perempuan tercantik pilihan Mami duduk di pangkuan dan kanan-kirinya.

Saat ini dia merasa layaknya Raja yang dikelilingi oleh selir-selirnya.

Seorang perempuan yang duduk di pangkuannya melepaskan kancing kemeja Danesh dan membelai bulu-bulu halus di dadanya. Danesh mengembuskan napasnya ketika perempuan itu mulai mendaratkan kecupan-kecupan kecil di tubuhnya.

Kalau tau jadi duda bakal menyenangkan seperti ini, dia tidak akan buang waktu untuk menggugat cerai istri yang selingkuh darinya.

Sekarang, institusi pernikahan kehilangan kesakralannya; setiap orang dengan mudah menikah, buat anak dan bercerai.

Rafi nyengir lebar melihat temannya yang mulai mengendurkan pertahanannya. Danesh yang selalu memasang tampang serius itu kelihatan lebih rileks. Seakan beban yang selama ini berada di pundaknya, gugur begitu saja.

“Lo pernah denger Mail-Order Bride, man?” tanya Rafi lagi.

Danesh yang sedang dikerubungi oleh perempuan-perempuan itu menyahut, “Ha?”

Mami dan Rafi saling melemparkan pandang, ternyata pengacara kita ini belum familiar dengan konsep Mail-Order Bride.

“Mi, jelasin dulu, Mi…” pinta Rafi yang menyilakan Mami untuk bicara.

Mami mengambil sepotong cokelat dari piring saji dan berjalan dengan anggun menuju Daneshwara, beliau bergumam, “Buka mulutnya, Danesh.”

Heran namun penasaran, Danesh menuruti wanita yang baru saja ditemuinya ini. Dia membuka mulutnya dan sepotong cokelat itu jatuh di mulutnya, meleleh di atas permukaan lidahnya yang panas.

“Gimana rasanya?” tanya Mami.

“Mmmm…” Danesh mengangguk-angguk, merasakan aroma pekat dan rasa manis meledak dalam rongga mulutnya.

Mami merunduk di dekat telinganya dan berbisik, “Bayangkan kalau kamu menikmati cokelat itu di atas tubuh perempuan yang baru saja jadi kamu nikahi.”

Danesh hampir saja tersedak oleh cokelatnya, dia meringis dan menggeleng. Tangannya melambai pada Mami, dia membalas, “Saya baru saja menduda, Mami. Saya rasa saya sudah muak dengan institusi yang bernama pernikahan…”

“Oh, kamu belum move on rupanya…?”

“Maaf?” Danesh mengerutkan keningnya, “saya membutuhkan lanjutan dari kalimat itu. Tolong jangan membuat asumsi yang tidak berdasar—”

“Wow, ternyata kamu memang Pengacara, ya?” Mami terlihat takjub, “bahkan ketika kamu dikelilingi perempuan cantik ini, kamu masih bisa bersikap defensif.”

Danesh menatap Mami sambil mengerutkan sudut matanya, dia menyadari bahwa wanita ini bukan wanita biasa. Ada otak yang bekerja di balik kepalanya yang ditumbuhi rambut beraroma hairspray yang menyengat.

“Mohon maaf, sikap defensif dan offensive sudah menjadi bagian dari hidup saya.” Danesh dengan lihai mengubah suasana yang sempat menegang kembali mencair. Apalagi ketika dia tersenyum, siapapun akan langsung melunak melihat senyuman mautnya.

Bahkan hakim saja sering terpana melihat penampilannya.

“Saya banyak mendengar cerita mengenai kamu, Danesh. Tidak menyangka bahwa kamu sama persis dengan omongan orang!” Mata Mami berbinar-binar, tangannya menangkup di dada, tidak menyangka bahwa akhirnya dia bisa berhadapan dengan Pengacara kondang yang wajahnya sering wara-wiri di televisi.

“Saya harap perkataan mereka hal-hal baik tentang saya.”

Mami tertawa tertahan; antara geli dan meremehkan, “Oh, lebih baik kamu enggak usah tau apa saja omongan orang di belakangmu. Mereka sama sekali tidak penting.”

Danesh hanya mencebikkan bibirnya. Itu yang dilakukannya selama ini. Satu prinsip yang dipakainya untuk bertahan hidup dalam dunianya yang keras.

“Baiklah, kembali pada fokus utama dari pertemuan ini …. Ehm, Mami.” Danesh masih canggung memanggil wanita yang tidak ada hubungan darah dengannya dengan sebutan ‘Mami’.

“Apa yang dimaksud ‘Mail-Order Bride’?”

Mami tersenyum dan melirik anak-anak asuhnya, “Mereka ini …. Perempuan-perempuan Eropa cantik yang berasal dari negara miskin bersedia untuk menikah dengan lelaki yang berada di luar negara mereka, demi mendapatkan kehidupan yang lebih baik; bagi dirinya dan keluarganya.”

“Semacam pernikahan kontrak?”

“Oh, enggak …. Enggak. Mereka bersedia dinikahi secara resmi, punya anak dan hidup berkeluarga. Konsepnya bukan pernikahan kontrak yang sering dilakukan para pria Arab yang berkunjung hanya selama musim panas saja. Para perempuan ini ingin mendapatkan kehidupan yang layak di negara lelaki yang akan menjadi suami mereka.”

“Green card, Dan! Bisa dibilang mereka ini pencari suaka!” seru Rafi dengan mulut setengah penuh cokelat.

Mendengar kata ‘Green Card’, istilah bagi sebuah kartu yang dikeluarkan Amerika bagi warga negara asing untuk tinggal, hidup dan bekerja secara legal di Amerika Serikat, membuat Danesh dalam posisi waspada.

Mami menjentikkan jarinya, “Nah, itu! Akh, kenapa susah banget ngejelasinnya, ya? Yah, pokoknya, mereka ini bersedia dinikahi oleh lelaki yang mencari seorang istri yang cantik, seksi dan keturunan Eropa!”

“Dan sebagai gantinya, mereka akan mendapatkan ‘Green Card’, begitu?”

“That’s right!” Mami tersenyum lebar, “it’s a win-win solution for everybody, right? Saya yakin mantan istri kamu pasti jealous berat tau kamu dapetin perempuan Eropa yang cantik.”

Mami merunduk lagi dan berbisik di dekat telinga Danesh, “Dan yang jelas, mereka jago di ranjang.”

Ada sesuatu yang menggeliat dalam diri Danesh, sudah cukup lama ranjangnya dingin.

Mami tersenyum puas melihat reaksi dari lelaki yang telah melalui proses panjang untuk mendapatkan status duda, “Sekarang, saya akan membiarkan kamu merasakan ‘sedikit’ rasa dari apa yang mereka tawarkan. Silakan menikmati waktumu dengan mereka, Danesh.”

Rafi berdiri dari duduknya bersamaan dengan Mami yang berjalan meninggalkan ruangan.

“Hey, tunggu, Raf.” Panggil Danesh sebelum Rafi keluar bersama dengan Mami.

“Ya?”

“Gue harus bayar mereka setelah ini?” tanya Danesh sedikit khawatir, dia enggan mengeluarkan uang untuk sesuatu yang katanya dihadiahkan untuknya.

Rafi terbahak, “Kalau Mami bilang ‘sampel’ ya ‘sampel’, man. Jangan nolak barang gratis, Danny Boy! Waktunya cuma satu jam. Gue yakin lo bisa memanfaatkan waktu sebaik-baiknya. So …. Yeah …. ENJOY!”

Brakk!

Rafi keluar dan menutup pintu. Masih terdengar tawanya yang membahana dari balik pintu.

Danesh mengerjapkan matanya tidak percaya apa yang baru saja terjadi. Kepalanya terlalu penuh untuk memproses informasi yang datang bersamaan. Kepala di atas lehernya dan kepala di selangkangannya sedang tidak kompak.

Salah satu perempuan yang duduk di pangkuannya merayap turun, bersimpuh di hadapannya. Tangannya menyentuh sesuatu yang mengeras di antara pahanya.

Danesh menarik napasnya dalam-dalam. Baiklah, tidak ada salahnya mencoba ‘barang gratis’ dari Mami. Tangannya menurunkan ritsleting celananya dan mengeluarkan kejantanannya yang setengah berdiri, “Suck it.” perintahnya pada perempuan itu.

*

Matahari mulai meredupkan sinarnya ketika Danesh keluar dari ruangan. Rambutnya acak-acakan, bekas-bekas lipstick bertebaran di wajahnya sementara dia nyengir lebar.

“Baru liat lagi senyum goblok lu, man.” Rafi berkomentar ketika Danesh menghampirinya.

“Kemana orang-orang?” tanya Danesh yang heran jumlah tamu undangan sudah menurun drastis.

“Pulang, pergi ke hotel, molor, muntah di kamar mandi …. Bodo amatlah.” Gerutu Rafi, dia meraih botol alkohol yang ada di atas meja “yang jelas, hari ini lo puas, man! Gila, gue emang jenius banget!”

Danesh terkekeh, dia menghempaskan dirinya di sebelah Rafi dan bertanya, “Di mana Mami?”

“Kenapa?” tanya Rafi.

Danesh tidak langsung menjawab, dia tercenung sebentar sebelum bergumam, “Mail-Order Bride itu …. Menarik.”

Rafi tergelak, “Oh, yeah. Range harga mereka sekitar seratus ribu sampai lima ratus ribu dollar. US. Ceteklah buat lo, yeah?”

“Hm.” Danesh terlihat berpikir.

“Man, lo jangan pelit ke diri sendiri!” seru Rafi sambil menepuk bahu Danesh, “seratus ribu dollar bukan apa-apa dibanding pengkhianatan dari mantan lo itu. Fuck lah sama cewek-cewek yang sok jago, sok mandiri dan anggap kita ini …. Apa? Keset? Tukang angkat galon? Benerin genteng? Lelaki macam lo, perlu perempuan yang nurut. Ngemong. Siap kapan aja lo butuh pelukan, kehangatan, tempat untuk melepas lelah. Ya ‘kan?”

Danesh memandang Rafi takjub, “Gue enggak nyangka lo bisa brilian juga, Raf!”

Rafi menepuk dadanya, “Gue ngerti banget, Dan. Lo udah mati-matian kerja buat keluarga kecil lo. Memenuhi kebutuhan istri lo. Beli rumah, mobil, tas mahal, berlian di sekujur badannya, liburan mewah di luar negeri, tapi apa balasannya? She fucked your friend, man! That bitch!”

Mengingat kembali pengkhianatan mantan istrinya membuat Danesh ingin muntah. Dia buru-buru bertanya pada Rafi, “Gimana caranya gue mesen pengantin dari Rusia ini?”

“Oh, lo tertarik sama yang Rusia?”

“Yeah, teknik lidahnya mantep banget!”

Rafi ngakak berat, sampai-sampai alkohol tumpah di atas bajunya. Namun, dia tidak peduli. Rafi meraih ponselnya dan berseru, “MAM! DANESH MAU PESEN PENGANTEN DARI RUSIA!”

*

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Herni Widjaya
Mammm...ada pesenan nihhhhhh...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Pengantin Pesanan   04 - Kedatangan Pengantin

    PENGANTIN PESANAN04 – Kedatangan Pengantin-3 BULAN KEMUDIAN-“Bos, pesawatnya sebentar lagi landing.”Ponsel Danesh yang disetel dalam mode senyap menampilkan notifikasi di layar. Nama Ucok, asisten pribadinya, muncul dengan pesan yang membuat jantungnya berdebar tidak karuan.Ah, setelah penantian dan proses yang panjang, akhirnya mereka akan bertemu juga ….Danesh menyentuh layar ponselnya dan kembali memusatkan perhatian pada Jaksa yang sedang membaca dakwaan.“Dan… lu yakin ya kalau gue bakal bebas sebentar lagi?” bisik Rafi yang duduk disebelahnya di kursi pesakitan.Banyak yang terjadi dalam tiga bulan ini; selain Danesh yang sibuk memilih calon pengantinnya melalui website ‘Deep Web’, Rafi juga tertangkap tangan menyuap aparatur negara agar mendapatkan tender proyek pembangunan jalan.Karir Rafi yang tadinya semulus jala

  • Pengantin Pesanan   05 - Monster Sesungguhnya

    PENGANTIN PESANAN05 – Monster SesungguhnyaAkhirnya Katya terpilih juga.Perempuan itu tercengang tak percaya ketika diberitahu bahwa ada seseorang yang tertarik padanya.“Sayangnya bukan dari Amerika atau Inggris seperti yang kita harapkan. Dia orang Indonesia.”Katya tidak tau apapun mengenai Indonesia, namun dia tidak peduli, yang penting dia ingin segera pergi dari lubang neraka ini.“Besok mereka akan datang menjemputmu. Bersiaplah.” Anna, kepala agensi menatapnya dari atas sampai bawah, memeriksa penampilan Katya, “cuci rambut dan bersihkan tubuhmu. Apa kamu sudah menstruasi bulan ini?”Katya menelan ludahnya kemudian mengangguk, kepalanya tertunduk dalam-dalam, tidak berani menatap bola mata abu-abu dingin milik Anna. Perempuan setengah baya berwajah masam yang sering memukulinya dengan tongkat kayu.“Kalau begitu, pergi ke klinik. Kamu harus mempersiapkan di

  • Pengantin Pesanan   06 - Pertemuan Pertama

    PENGANTIN PESANAN06 – Pertemuan Pertama“Ha-hai, welcome… home. This is your home now.” Katya bisa merasakan lelaki yang berdiri di hadapannya ini gugup. Suaranya sedikit bergetar dan dia menghindari kontak mata.Lelaki yang bernama Daneshwara – ah, namanya sungguh terdengar menggoda dan eksotis.Pertama kali membaca namanya, Katya sudah penasaran seperti apa pribadinya. Dilihat dari foto yang ditunjukkan agensi, Daneshwara terlihat tampan dalam balutan jas resmi. Dia terlihat gagah dan berwibawa, terutama dengan kacamatanya.Katya menyukai lelaki yang percaya diri, kelihatan tangguh dan cerdas.Kacamata menambah kesan cerdas dari seorang pengacara Indonesia ini.Namun ternyata, Daneshwara kelihatan grogi bertemu dengannya. Mungkin lelaki ini tidak terbiasa dengan kehadiran perempuan?Ah, tapi tidak mungkin. Kalau dia tidak terbiasa dengan perempuan, bagaimana mungk

  • Pengantin Pesanan   07 - Wine and Dine

    PENGANTIN PESANAN 07 – Wine and DineJarum jam menunjukkan pukul 18.30 WIB ketika mobil yang ditumpangi Danesh memasuki halaman rumah. Ucok yang sedang ngaso di teras sontak bergegas mematikan rokok yang diisapnya sedari tadi, kemudian berdiri menyambut majikannya. “Bos.” Wajah Danesh kelihatan suntuk, dia menyerahkan tas kerjanya pada Ucok dan bertanya, “Gimana?”“Beres, Bos. Meja dan makanan udah siap. Nona Rusia juga udah siap dari tadi.” Ucok nyengir, misinya akan usai begitu Danesh duduk di ruang makan. “OK. Gue mandi dulu.” Danesh mengendurkan dasinya. Dia menyelinap masuk ke rumah tanpa suara. Matanya mengedarkan pandang, berjaga-jaga jika Katya melihatnya datang. Namun, Katya tidak ada di mana-mana, sepertinya gadis itu masih betah di kamarnya. Danesh masuk ke kamarnya, mengunci pintu dan buru-buru masuk kamar mandi. Setelah terkena air hangat di sekujur tubuhnya

  • Pengantin Pesanan   08 - Pilihan Hati

    PENGANTIN PESANAN08 – Pilihan HatiDanesh bersyukur dia tidak pelit pada dirinya sendiri.Seperti yang dikatakan Rafi yang sedang mendekam di penjara, ratusan ribu dollar bukan apa-apa ketika yang datang adalah Katya.Perempuan dari Ukraina itu sungguh memesona.Di detik pertama Danesh melihat fotonya, ada yang berdesir dalam dadanya. Seketika itu juga, hatinya sudah menjatuhkan pilihan.Orang bilang, cinta dari mata turun ke hati. Itulah yang terjadi pada Daneshwara ketika melihat gambar Katya.Love at first sight. Pertama kali gambar Katya muncul di layarnya, Danesh membelalak tidak percaya. Bisakah perempuan secantik ini nyata?Dia sempat berpikir bahwa foto-foto itu dimanipulasi; pakai photoshop dan filter-filter yang sering digunakan anak-anak zaman sekarang di media sosial. Namun, ketika Mami meyakinkannya bahwa foto itu asli, Danesh langsung yakin kalau dia memang suka dengan Katya.

  • Pengantin Pesanan   09 - Bayangan Gairah

    PENGANTIN PESANAN09 – Bayangan GairahAnna, atau yang akrab dipanggil Mamushka oleh gadis-gadis di agensi, sangat cermat dalam hal menyiapkan para gadis sebelum dikirim ke negara sang pengantin pria.Gadis-gadis cantik yang dipilih adalah komoditas utama agensi, jadi Anna fokus mengajarkan banyak hal pada mereka. Mulai dari cara menjadi istri yang baik; memasak, membereskan rumah, berkebun, menyetir mobil, berenang, berkuda dan sederet keahlian lainnya.Namun satu hal yang pasti, Anna mengajarkan seks.Kelas seks adalah hal pertama yang harus diikuti para gadis begitu mereka masuk ke dalam agensi.“Tujuan utama para lelaki ini adalah seks. Mereka bukan hanya mencari perempuan, namun juga seks. Itu sudah sepaket. Jadi artinya, ketika mereka memilih kalian, mereka mempunyai ketertarikan seks pada kalian.”Kali ini pengajar kelas seks mereka adalah Vilen dan Zhanna, sepasang lelaki dan perempuan

  • Pengantin Pesanan   10 - Pengkhianatan Mantan Istri

    PENGANTIN PESANAN10 – Pengkhianatan Mantan Istri“Sayang, kamu mantep banget hari ini. Aku sampe kewalahan …. Kok enak banget ya main sama kamu? Beda sama istriku sendiri ….”“Jelas, kamu cintanya sama aku. Bukan sama istri kamu yang gembrot, bau ikan asin itu.”“Hahaha… iya, bener. Heran, kenapa si Danesh ini jarang main sama kamu. Padahal jepitan kamu nikmat banget.”“Halah, Danesh orgasmenya di ruang sidang, bukan di ranjang. Dia itu cepet lemes, baru juga aku pegang dan lenguh-lenguh dikit, dia suka muncrat duluan. Payah!”“Ah, serius?!”“Ya, enggak tau kenapa. Udah tanya ke dokter, katanya enggak ada masalah sama penisnya, tapi masalahnya ada di otaknya.”“Kenapa otaknya? Ada sekrup yang lepas di sana?”“Hahaha…. Enggak tau, deh. Bodo amat lah. Aku udah capek maklumin dia terus.&

  • Pengantin Pesanan   11 - Pengacara Andal

    PENGANTIN PESANAN11 – Pengacara AndalDanesh tidak merasa kalau dia mempunyai disfungsi ereksi sampai malam dia bertemu dengan Katya.“Lah, kenapa lu enggak jadi ngacengnya?” tanya Rafi heran.Dia yang sejak tadi mendengarkan cerita Danesh terheran-heran. Sesi pertemuan antara Pengacara dengan klien-nya di salah satu ruang Kepala Lapas malah jadi sesi curhat antar teman.Danesh mengembuskan napasnya, tanpa sengaja matanya melirik ke arah selangkangannya, dia memelototi organ seksual miliknya itu dengan sebal “Enggak tau. Kemarin waktu sama anak buahnya Mami gue lancar-lancar aja ….”“Tapi waktu itu lu enggak masukin ke dalem, ‘kan? Lu bilang mereka cuma ngisep punya lu aja.”Danesh mengangguk, “Iya, soalnya waktunya mepet, lagian gue harus segera pergi ….”Rafi teringat hari itu, setelah mengakui ingin memesan pengantin, Danesh langsung per

Bab terbaru

  • Pengantin Pesanan   Ponsel Pertama

    PENGANTIN PESANAN13 – Ponsel Pertama“Kamu mau yang warna apa?”Katya mendongak pada Danesh, mengalihkan pandangannya dari dua buah ponsel berwarna-warni di tangan lelaki itu.“Yang putih atau yang emas?” tanya Danesh lagi, di tangan kanan dan kirinya terdapat ponsel keluaran terbaru dengan logo apel digigit berwarna emas dan putih.“Sepertinya untuk Mbak Bule-nya cocok warna emas deh, Pak.” Seorang pramuniaga yang kelihatan andal mengenai produknya tersenyum pada Danesh, “tapi kalau mau warna yang lain, saya bisa ambilkan yang warna Sierra Blue.”Pramuniaga perempuan itu hendak masuk ke dalam gudang ketika tangan Katya menahannya, dia bergumam sambil menunjuk warna emas, “This.”Pramuniaga itu menoleh pada Danesh.“Bungkus yang ini, ya.” Danesh mengangkat ponsel berwarna emas di tangannya.“Siap, Pak.” Pramu

  • Pengantin Pesanan   12 - Kencan Pertama

    PENGANTIN PESANAN12 – Kencan Pertama“Udah bisa hubungi Mami?” pertanyaan itu datang dari kursi belakang van yang ditumpangi Tiga Serangkai; Danesh, Ucok dan Bromo.Ucok menoleh sekilas dan menyahut, “Belum, Bos. Nomornya enggak aktif, emailnya enggak dibalas.”Alis Danesh berkerut mendengarnya, “Lacak keberadaannya.”“Siap.”Bromo yang tidak banyak omong, mendadak saja bertanya, “Ada apa, Bos?”Belum sempat Danesh menyahut, Ucok sudah menyambar, “Hahaha…! Pasti soal Nona Rusia itu, ya?”Ucok yang duduk di kursi depan tidak menyadari tatapan mematikan yang Danesh layangkan padanya. Pengacara yang otaknya encer itu kemudian hanya menghela napasnya sambil kembali menekuni berkas yang berada di tangannya. Sesekali Danesh mendorong kacamatanya ke pangkal hidung, bibirnya sedikit berkerut setiap kali dia berkonsentrasi, sebelah tangan

  • Pengantin Pesanan   11 - Pengacara Andal

    PENGANTIN PESANAN11 – Pengacara AndalDanesh tidak merasa kalau dia mempunyai disfungsi ereksi sampai malam dia bertemu dengan Katya.“Lah, kenapa lu enggak jadi ngacengnya?” tanya Rafi heran.Dia yang sejak tadi mendengarkan cerita Danesh terheran-heran. Sesi pertemuan antara Pengacara dengan klien-nya di salah satu ruang Kepala Lapas malah jadi sesi curhat antar teman.Danesh mengembuskan napasnya, tanpa sengaja matanya melirik ke arah selangkangannya, dia memelototi organ seksual miliknya itu dengan sebal “Enggak tau. Kemarin waktu sama anak buahnya Mami gue lancar-lancar aja ….”“Tapi waktu itu lu enggak masukin ke dalem, ‘kan? Lu bilang mereka cuma ngisep punya lu aja.”Danesh mengangguk, “Iya, soalnya waktunya mepet, lagian gue harus segera pergi ….”Rafi teringat hari itu, setelah mengakui ingin memesan pengantin, Danesh langsung per

  • Pengantin Pesanan   10 - Pengkhianatan Mantan Istri

    PENGANTIN PESANAN10 – Pengkhianatan Mantan Istri“Sayang, kamu mantep banget hari ini. Aku sampe kewalahan …. Kok enak banget ya main sama kamu? Beda sama istriku sendiri ….”“Jelas, kamu cintanya sama aku. Bukan sama istri kamu yang gembrot, bau ikan asin itu.”“Hahaha… iya, bener. Heran, kenapa si Danesh ini jarang main sama kamu. Padahal jepitan kamu nikmat banget.”“Halah, Danesh orgasmenya di ruang sidang, bukan di ranjang. Dia itu cepet lemes, baru juga aku pegang dan lenguh-lenguh dikit, dia suka muncrat duluan. Payah!”“Ah, serius?!”“Ya, enggak tau kenapa. Udah tanya ke dokter, katanya enggak ada masalah sama penisnya, tapi masalahnya ada di otaknya.”“Kenapa otaknya? Ada sekrup yang lepas di sana?”“Hahaha…. Enggak tau, deh. Bodo amat lah. Aku udah capek maklumin dia terus.&

  • Pengantin Pesanan   09 - Bayangan Gairah

    PENGANTIN PESANAN09 – Bayangan GairahAnna, atau yang akrab dipanggil Mamushka oleh gadis-gadis di agensi, sangat cermat dalam hal menyiapkan para gadis sebelum dikirim ke negara sang pengantin pria.Gadis-gadis cantik yang dipilih adalah komoditas utama agensi, jadi Anna fokus mengajarkan banyak hal pada mereka. Mulai dari cara menjadi istri yang baik; memasak, membereskan rumah, berkebun, menyetir mobil, berenang, berkuda dan sederet keahlian lainnya.Namun satu hal yang pasti, Anna mengajarkan seks.Kelas seks adalah hal pertama yang harus diikuti para gadis begitu mereka masuk ke dalam agensi.“Tujuan utama para lelaki ini adalah seks. Mereka bukan hanya mencari perempuan, namun juga seks. Itu sudah sepaket. Jadi artinya, ketika mereka memilih kalian, mereka mempunyai ketertarikan seks pada kalian.”Kali ini pengajar kelas seks mereka adalah Vilen dan Zhanna, sepasang lelaki dan perempuan

  • Pengantin Pesanan   08 - Pilihan Hati

    PENGANTIN PESANAN08 – Pilihan HatiDanesh bersyukur dia tidak pelit pada dirinya sendiri.Seperti yang dikatakan Rafi yang sedang mendekam di penjara, ratusan ribu dollar bukan apa-apa ketika yang datang adalah Katya.Perempuan dari Ukraina itu sungguh memesona.Di detik pertama Danesh melihat fotonya, ada yang berdesir dalam dadanya. Seketika itu juga, hatinya sudah menjatuhkan pilihan.Orang bilang, cinta dari mata turun ke hati. Itulah yang terjadi pada Daneshwara ketika melihat gambar Katya.Love at first sight. Pertama kali gambar Katya muncul di layarnya, Danesh membelalak tidak percaya. Bisakah perempuan secantik ini nyata?Dia sempat berpikir bahwa foto-foto itu dimanipulasi; pakai photoshop dan filter-filter yang sering digunakan anak-anak zaman sekarang di media sosial. Namun, ketika Mami meyakinkannya bahwa foto itu asli, Danesh langsung yakin kalau dia memang suka dengan Katya.

  • Pengantin Pesanan   07 - Wine and Dine

    PENGANTIN PESANAN 07 – Wine and DineJarum jam menunjukkan pukul 18.30 WIB ketika mobil yang ditumpangi Danesh memasuki halaman rumah. Ucok yang sedang ngaso di teras sontak bergegas mematikan rokok yang diisapnya sedari tadi, kemudian berdiri menyambut majikannya. “Bos.” Wajah Danesh kelihatan suntuk, dia menyerahkan tas kerjanya pada Ucok dan bertanya, “Gimana?”“Beres, Bos. Meja dan makanan udah siap. Nona Rusia juga udah siap dari tadi.” Ucok nyengir, misinya akan usai begitu Danesh duduk di ruang makan. “OK. Gue mandi dulu.” Danesh mengendurkan dasinya. Dia menyelinap masuk ke rumah tanpa suara. Matanya mengedarkan pandang, berjaga-jaga jika Katya melihatnya datang. Namun, Katya tidak ada di mana-mana, sepertinya gadis itu masih betah di kamarnya. Danesh masuk ke kamarnya, mengunci pintu dan buru-buru masuk kamar mandi. Setelah terkena air hangat di sekujur tubuhnya

  • Pengantin Pesanan   06 - Pertemuan Pertama

    PENGANTIN PESANAN06 – Pertemuan Pertama“Ha-hai, welcome… home. This is your home now.” Katya bisa merasakan lelaki yang berdiri di hadapannya ini gugup. Suaranya sedikit bergetar dan dia menghindari kontak mata.Lelaki yang bernama Daneshwara – ah, namanya sungguh terdengar menggoda dan eksotis.Pertama kali membaca namanya, Katya sudah penasaran seperti apa pribadinya. Dilihat dari foto yang ditunjukkan agensi, Daneshwara terlihat tampan dalam balutan jas resmi. Dia terlihat gagah dan berwibawa, terutama dengan kacamatanya.Katya menyukai lelaki yang percaya diri, kelihatan tangguh dan cerdas.Kacamata menambah kesan cerdas dari seorang pengacara Indonesia ini.Namun ternyata, Daneshwara kelihatan grogi bertemu dengannya. Mungkin lelaki ini tidak terbiasa dengan kehadiran perempuan?Ah, tapi tidak mungkin. Kalau dia tidak terbiasa dengan perempuan, bagaimana mungk

  • Pengantin Pesanan   05 - Monster Sesungguhnya

    PENGANTIN PESANAN05 – Monster SesungguhnyaAkhirnya Katya terpilih juga.Perempuan itu tercengang tak percaya ketika diberitahu bahwa ada seseorang yang tertarik padanya.“Sayangnya bukan dari Amerika atau Inggris seperti yang kita harapkan. Dia orang Indonesia.”Katya tidak tau apapun mengenai Indonesia, namun dia tidak peduli, yang penting dia ingin segera pergi dari lubang neraka ini.“Besok mereka akan datang menjemputmu. Bersiaplah.” Anna, kepala agensi menatapnya dari atas sampai bawah, memeriksa penampilan Katya, “cuci rambut dan bersihkan tubuhmu. Apa kamu sudah menstruasi bulan ini?”Katya menelan ludahnya kemudian mengangguk, kepalanya tertunduk dalam-dalam, tidak berani menatap bola mata abu-abu dingin milik Anna. Perempuan setengah baya berwajah masam yang sering memukulinya dengan tongkat kayu.“Kalau begitu, pergi ke klinik. Kamu harus mempersiapkan di

DMCA.com Protection Status