PENGANTIN PESANAN
05 – Monster Sesungguhnya
Akhirnya Katya terpilih juga.
Perempuan itu tercengang tak percaya ketika diberitahu bahwa ada seseorang yang tertarik padanya.
“Sayangnya bukan dari Amerika atau Inggris seperti yang kita harapkan. Dia orang Indonesia.”
Katya tidak tau apapun mengenai Indonesia, namun dia tidak peduli, yang penting dia ingin segera pergi dari lubang neraka ini.
“Besok mereka akan datang menjemputmu. Bersiaplah.” Anna, kepala agensi menatapnya dari atas sampai bawah, memeriksa penampilan Katya, “cuci rambut dan bersihkan tubuhmu. Apa kamu sudah menstruasi bulan ini?”
Katya menelan ludahnya kemudian mengangguk, kepalanya tertunduk dalam-dalam, tidak berani menatap bola mata abu-abu dingin milik Anna. Perempuan setengah baya berwajah masam yang sering memukulinya dengan tongkat kayu.
“Kalau begitu, pergi ke klinik. Kamu harus mempersiapkan diri.” suara Anna yang kecil namun membuat bulu roma setiap perempuan yang ada di sana meremang, mereka bergidik setiap kali Anna membuka mulutnya. Anna lebih banyak menghardik dari pada berbicara.
“Baik, Mamushka.” Katya bergegas mengganti sandal kamarnya dengan selop yang berada di bawah ranjangnya yang sederhana.
Anna hanya mengerling ketika Katya mengekorinya menyusuri koridor. Perempuan yang dipanggil Mamushka yang artinya Madam itu berjalan dengan kedua lengan berada di belakang punggungnya. Pakaiannya berupa gaun panjang menyentuh lantai, sangat tertutup dan selalu berwarna hitam atau warna-warna gelap lainnya. Rambutnya yang serupa dengan warna matanya dicepol di tengkuk. Anna tidak pernah memakai makeup atau perhiasan.
Tidak pernah menampakkan emosi kecuali marah. Bibirnya terkatup jarang tersenyum. Entah seperti apa hidupnya sebelum bekerja di agensi ini hingga dia layaknya robot, tak pernah menunjukkan perasaan.
Decit suara selop yang beradu dengan lantai batu membuat Anna menghentikan langkahnya, dia mengerling ke sampingnya, pada Katya yang berjalan dua langkah di belakangnya.
Sontak, Katya menghentikan langkahnya. Perempuan muda malang itu meremas-remas tangannya, terpaksa dia bertanya dengan suara bergetar, “A-ada apa, Ma—?”
“Ganti selopmu. Jangan bawa selop murahan itu ke Indonesia.” Bisiknya dengan suara tegas.
“Ba-baik.” Katya menunduk, dia memandang selopnya yang sudah aus. Sudah sejak lama dia ingin mengganti barang-barangnya yang sudah usang, namun mereka tidak akan mengganti barang kecuali benar-benar sudah rusak tidak layak pakai.
Anna mencibir, kemudian melanjutkan kembali perjalanan mereka.
Keduanya menyusuri koridor kemudian keluar dari gedung dormitory empat lantai yang dihuni ratusan gadis muda, menyeberangi lapangan luas yang sering digunakan untuk memberi pengumuman atau hukuman.
Selopnya yang setengah hancur itu melesak ke dalam tanah yang lembap bekas hujan semalam. Katya menggigit bibirnya ketika dia menarik kakinya yang berlumuran lumpur.
“Katya!” panggilan Anna yang menggelegar menyentak Katya, gadis itu bergegas menyusul kepala agensinya, mengabaikan lumpur yang menempel di kakinya.
Klinik yang didatangi mereka sepi. Namun bukan berarti Katya senang mendatanginya. Tubuhnya kembali bergetar ketika dia melangkah masuk ke dalam ruangan luas beraroma disinfektan.
Anna menyapa seorang suster yang berjaga sore itu. Mereka bercakap-cakap sebentar kemudian suster itu beralih pada Katya.
“Buka pakaianmu dan tunggu di ruangan sana. Dokter akan datang sebentar lagi.”
Tidak ada yang ramah di sini.
Katya hanya mengangguk. Dia menyibakkan tirai yang menutupi ruang pemeriksaan kemudian mulai melepaskan pakaiannya satu per satu.
Semua perempuan penghuni agensi ini tahu seperti apa cara kerjanya. Setiap beberapa bulan sekali, mereka akan menjalani pemeriksaan rutin; terutama pemeriksaan organ reproduksi mereka.
Katya berdiri telanjang di samping ranjang periksa. Kedua lengannya menutupi payudara dan bagian intimnya. Jantungnya berdegup kencang di rongga dadanya. Katya menarik napasnya dalam-dalam, sebentar lagi ….
Sebentar lagi dia akan mengalami penghinaan lagi.
Langkah-langkah kaki berat terdengar memasuki ruangan, disusul suara menggelegar yang menyapa Anna dengan keramahan yang memuakkan.
“Mamushka! Aku dengar ada yang mendapatkan suami baru? Siapa gadis beruntung itu?!” dr. Erik, dokter kepala dan satu-satunya dokter yang ada di agensi ini menghampiri Anna dengan senyum lebar.
Erik bertubuh tinggi besar, mantan tentara dan kabarnya pernah menjadi anggota KGB, CIA-nya Rusia. Tidak ada yang berani macam-macam dengannya, maka tidak heran kalau di balik wajah dan senyum ramahnya, dia adalah monster yang sesungguhnya.
“Halo, dokter Erik.” sapa Anna dingin, “Katya sudah menunggumu.”
“Ah.” Senyum dr. Erik pudar, “Katya perempuan yang beruntung itu?”
“Ya. Ada masalah?” tanya Anna, matanya yang setajam elang menyipit memandang dokter yang sudah bekerja selama agensi ini dibentuk.
“Tidak, tidak…” dr. Erik menggeleng. Matanya mengerling ke arah tirai putih yang menampilkan siluet tubuh molek Katya yang berdiri menunggunya.
“Jangan bilang kamu merasa sayang melepaskannya, Erik.” Nada Anna terdengar mengancam, “aku tau dia favoritmu, namun dia sudah dibeli. Nah, sekarang lakukan pemeriksaan, aku tidak ingin mengirim barang cacat pada klien.”
Erik mengangguk, “Kalau begitu, silakan keluar. Aku membutuhkan waktu memeriksa Katya dan mengucapkan selamat tinggal padanya.”
Katya ingin menjerit agar suster dan Anna tidak meninggalkannya berdua saja dengan dr. Erik. Dia lebih baik dirajam oleh Anna dari pada harus berada satu ruangan dengan monster itu. Namun, sekuat apa pun keinginannya, lidahnya kelu.
Langkah-langkah kaki disusul oleh pintu yang ditutup seakan jadi vonis bagi Katya. Dia gemetar di balik tirai. Dia menutup matanya, tidak sanggup menghadapi apa yang akan terjadi selanjutnya.
Suara tirai yang digeser menyentakkan dirinya.
“Hai, Katya.” dr. Erik berdiri di hadapannya, menyeringai bengis. Tatapan matanya menggerayangi sekujur tubuh Katya.
Seketika dia merasa kotor.
Suara gesper yang dilepas membawanya pada memori masa lalu, ketika pertama kali dia melakukan ‘pemeriksaan rutin’ dengan dr. Erik.
“Berbaringlah.” Suara dr. Erik mengundang mual, namun Katya tahu, dia harus menahan semuanya sekarang.
Perlahan, dia naik ke atas ranjang dan berbaring di atas kasur yang keras itu.
Celana panjang dr. Erik jatuh di atas pergelangan kakinya. Tanpa banyak waktu, dia naik ke atas ranjang. Mengangkangi Katya yang berbaring pasrah, gadis itu hanya menatap dokternya ketika lelaki yang seharusnya menjaga martabatnya, malah melecehkannya.
Tak berapa lama, ranjang periksa itu berderit-derit menahan beban dua orang itu.
*
“Miss, we have arrived.”
Katya terjaga dari lamunannya, ketika sentuhan lembut mendarat di atas bahunya. Seorang pramugari tersenyum padanya.
Di belakang punggung pramugari itu, orang-orang sibuk mengambil barang-barang mereka dari atas kompartemen. Katya baru sadar bahwa pesawat yang ditumpanginya sudah berhenti. Teman seperjalanannya yang duduk di sebelahnya pun sudah menghilang entah kemana, padahal Katya ingin mengucapkan terima kasih karena sudah meminjaminya buku berbahasa Indonesia yang ada di pangkuannya kini.
“Oh.” Dia berdiri kemudian tengok kanan-kiri, mencari-cari sosok perempuan muda pemilik buku novel yang dipegangnya.
“Welcome to Jakarta, Miss. Thank you for flying with us. Do you need a hand?” Pramugari itu tetap ramah hingga Katya kebingungan bagaimana cara merespons sikap itu.
Dia tidak pernah merasakan keramahan seperti ini sebelumnya.
“No, thanks.”
Habis sudah perbendaharaan kata miliknya. Katya memasukkan novel milik penumpang lain ke dalam tasnya kemudian mengambil koper kecil yang ada di atas kompartemen. Hanya itu yang dibawanya dari Rusia. Hartanya ternyata muat masuk ke dalam koper berukuran kecil.
Anna mengatakan bahwa dia akan terjamin sesampainya di Jakarta.
Tidak ada yang perlu dikhawatirkan, dia akan menjadi pengantin orang Indonesia.
Seorang pengacara.
Katya berharap, lelaki itu tidak akan kecewa ketika bertemu dengan dirinya.
PENGANTIN PESANAN06 – Pertemuan Pertama“Ha-hai, welcome… home. This is your home now.” Katya bisa merasakan lelaki yang berdiri di hadapannya ini gugup. Suaranya sedikit bergetar dan dia menghindari kontak mata.Lelaki yang bernama Daneshwara – ah, namanya sungguh terdengar menggoda dan eksotis.Pertama kali membaca namanya, Katya sudah penasaran seperti apa pribadinya. Dilihat dari foto yang ditunjukkan agensi, Daneshwara terlihat tampan dalam balutan jas resmi. Dia terlihat gagah dan berwibawa, terutama dengan kacamatanya.Katya menyukai lelaki yang percaya diri, kelihatan tangguh dan cerdas.Kacamata menambah kesan cerdas dari seorang pengacara Indonesia ini.Namun ternyata, Daneshwara kelihatan grogi bertemu dengannya. Mungkin lelaki ini tidak terbiasa dengan kehadiran perempuan?Ah, tapi tidak mungkin. Kalau dia tidak terbiasa dengan perempuan, bagaimana mungk
PENGANTIN PESANAN 07 – Wine and DineJarum jam menunjukkan pukul 18.30 WIB ketika mobil yang ditumpangi Danesh memasuki halaman rumah. Ucok yang sedang ngaso di teras sontak bergegas mematikan rokok yang diisapnya sedari tadi, kemudian berdiri menyambut majikannya. “Bos.” Wajah Danesh kelihatan suntuk, dia menyerahkan tas kerjanya pada Ucok dan bertanya, “Gimana?”“Beres, Bos. Meja dan makanan udah siap. Nona Rusia juga udah siap dari tadi.” Ucok nyengir, misinya akan usai begitu Danesh duduk di ruang makan. “OK. Gue mandi dulu.” Danesh mengendurkan dasinya. Dia menyelinap masuk ke rumah tanpa suara. Matanya mengedarkan pandang, berjaga-jaga jika Katya melihatnya datang. Namun, Katya tidak ada di mana-mana, sepertinya gadis itu masih betah di kamarnya. Danesh masuk ke kamarnya, mengunci pintu dan buru-buru masuk kamar mandi. Setelah terkena air hangat di sekujur tubuhnya
PENGANTIN PESANAN08 – Pilihan HatiDanesh bersyukur dia tidak pelit pada dirinya sendiri.Seperti yang dikatakan Rafi yang sedang mendekam di penjara, ratusan ribu dollar bukan apa-apa ketika yang datang adalah Katya.Perempuan dari Ukraina itu sungguh memesona.Di detik pertama Danesh melihat fotonya, ada yang berdesir dalam dadanya. Seketika itu juga, hatinya sudah menjatuhkan pilihan.Orang bilang, cinta dari mata turun ke hati. Itulah yang terjadi pada Daneshwara ketika melihat gambar Katya.Love at first sight. Pertama kali gambar Katya muncul di layarnya, Danesh membelalak tidak percaya. Bisakah perempuan secantik ini nyata?Dia sempat berpikir bahwa foto-foto itu dimanipulasi; pakai photoshop dan filter-filter yang sering digunakan anak-anak zaman sekarang di media sosial. Namun, ketika Mami meyakinkannya bahwa foto itu asli, Danesh langsung yakin kalau dia memang suka dengan Katya.
PENGANTIN PESANAN09 – Bayangan GairahAnna, atau yang akrab dipanggil Mamushka oleh gadis-gadis di agensi, sangat cermat dalam hal menyiapkan para gadis sebelum dikirim ke negara sang pengantin pria.Gadis-gadis cantik yang dipilih adalah komoditas utama agensi, jadi Anna fokus mengajarkan banyak hal pada mereka. Mulai dari cara menjadi istri yang baik; memasak, membereskan rumah, berkebun, menyetir mobil, berenang, berkuda dan sederet keahlian lainnya.Namun satu hal yang pasti, Anna mengajarkan seks.Kelas seks adalah hal pertama yang harus diikuti para gadis begitu mereka masuk ke dalam agensi.“Tujuan utama para lelaki ini adalah seks. Mereka bukan hanya mencari perempuan, namun juga seks. Itu sudah sepaket. Jadi artinya, ketika mereka memilih kalian, mereka mempunyai ketertarikan seks pada kalian.”Kali ini pengajar kelas seks mereka adalah Vilen dan Zhanna, sepasang lelaki dan perempuan
PENGANTIN PESANAN10 – Pengkhianatan Mantan Istri“Sayang, kamu mantep banget hari ini. Aku sampe kewalahan …. Kok enak banget ya main sama kamu? Beda sama istriku sendiri ….”“Jelas, kamu cintanya sama aku. Bukan sama istri kamu yang gembrot, bau ikan asin itu.”“Hahaha… iya, bener. Heran, kenapa si Danesh ini jarang main sama kamu. Padahal jepitan kamu nikmat banget.”“Halah, Danesh orgasmenya di ruang sidang, bukan di ranjang. Dia itu cepet lemes, baru juga aku pegang dan lenguh-lenguh dikit, dia suka muncrat duluan. Payah!”“Ah, serius?!”“Ya, enggak tau kenapa. Udah tanya ke dokter, katanya enggak ada masalah sama penisnya, tapi masalahnya ada di otaknya.”“Kenapa otaknya? Ada sekrup yang lepas di sana?”“Hahaha…. Enggak tau, deh. Bodo amat lah. Aku udah capek maklumin dia terus.&
PENGANTIN PESANAN11 – Pengacara AndalDanesh tidak merasa kalau dia mempunyai disfungsi ereksi sampai malam dia bertemu dengan Katya.“Lah, kenapa lu enggak jadi ngacengnya?” tanya Rafi heran.Dia yang sejak tadi mendengarkan cerita Danesh terheran-heran. Sesi pertemuan antara Pengacara dengan klien-nya di salah satu ruang Kepala Lapas malah jadi sesi curhat antar teman.Danesh mengembuskan napasnya, tanpa sengaja matanya melirik ke arah selangkangannya, dia memelototi organ seksual miliknya itu dengan sebal “Enggak tau. Kemarin waktu sama anak buahnya Mami gue lancar-lancar aja ….”“Tapi waktu itu lu enggak masukin ke dalem, ‘kan? Lu bilang mereka cuma ngisep punya lu aja.”Danesh mengangguk, “Iya, soalnya waktunya mepet, lagian gue harus segera pergi ….”Rafi teringat hari itu, setelah mengakui ingin memesan pengantin, Danesh langsung per
PENGANTIN PESANAN12 – Kencan Pertama“Udah bisa hubungi Mami?” pertanyaan itu datang dari kursi belakang van yang ditumpangi Tiga Serangkai; Danesh, Ucok dan Bromo.Ucok menoleh sekilas dan menyahut, “Belum, Bos. Nomornya enggak aktif, emailnya enggak dibalas.”Alis Danesh berkerut mendengarnya, “Lacak keberadaannya.”“Siap.”Bromo yang tidak banyak omong, mendadak saja bertanya, “Ada apa, Bos?”Belum sempat Danesh menyahut, Ucok sudah menyambar, “Hahaha…! Pasti soal Nona Rusia itu, ya?”Ucok yang duduk di kursi depan tidak menyadari tatapan mematikan yang Danesh layangkan padanya. Pengacara yang otaknya encer itu kemudian hanya menghela napasnya sambil kembali menekuni berkas yang berada di tangannya. Sesekali Danesh mendorong kacamatanya ke pangkal hidung, bibirnya sedikit berkerut setiap kali dia berkonsentrasi, sebelah tangan
PENGANTIN PESANAN13 – Ponsel Pertama“Kamu mau yang warna apa?”Katya mendongak pada Danesh, mengalihkan pandangannya dari dua buah ponsel berwarna-warni di tangan lelaki itu.“Yang putih atau yang emas?” tanya Danesh lagi, di tangan kanan dan kirinya terdapat ponsel keluaran terbaru dengan logo apel digigit berwarna emas dan putih.“Sepertinya untuk Mbak Bule-nya cocok warna emas deh, Pak.” Seorang pramuniaga yang kelihatan andal mengenai produknya tersenyum pada Danesh, “tapi kalau mau warna yang lain, saya bisa ambilkan yang warna Sierra Blue.”Pramuniaga perempuan itu hendak masuk ke dalam gudang ketika tangan Katya menahannya, dia bergumam sambil menunjuk warna emas, “This.”Pramuniaga itu menoleh pada Danesh.“Bungkus yang ini, ya.” Danesh mengangkat ponsel berwarna emas di tangannya.“Siap, Pak.” Pramu
PENGANTIN PESANAN13 – Ponsel Pertama“Kamu mau yang warna apa?”Katya mendongak pada Danesh, mengalihkan pandangannya dari dua buah ponsel berwarna-warni di tangan lelaki itu.“Yang putih atau yang emas?” tanya Danesh lagi, di tangan kanan dan kirinya terdapat ponsel keluaran terbaru dengan logo apel digigit berwarna emas dan putih.“Sepertinya untuk Mbak Bule-nya cocok warna emas deh, Pak.” Seorang pramuniaga yang kelihatan andal mengenai produknya tersenyum pada Danesh, “tapi kalau mau warna yang lain, saya bisa ambilkan yang warna Sierra Blue.”Pramuniaga perempuan itu hendak masuk ke dalam gudang ketika tangan Katya menahannya, dia bergumam sambil menunjuk warna emas, “This.”Pramuniaga itu menoleh pada Danesh.“Bungkus yang ini, ya.” Danesh mengangkat ponsel berwarna emas di tangannya.“Siap, Pak.” Pramu
PENGANTIN PESANAN12 – Kencan Pertama“Udah bisa hubungi Mami?” pertanyaan itu datang dari kursi belakang van yang ditumpangi Tiga Serangkai; Danesh, Ucok dan Bromo.Ucok menoleh sekilas dan menyahut, “Belum, Bos. Nomornya enggak aktif, emailnya enggak dibalas.”Alis Danesh berkerut mendengarnya, “Lacak keberadaannya.”“Siap.”Bromo yang tidak banyak omong, mendadak saja bertanya, “Ada apa, Bos?”Belum sempat Danesh menyahut, Ucok sudah menyambar, “Hahaha…! Pasti soal Nona Rusia itu, ya?”Ucok yang duduk di kursi depan tidak menyadari tatapan mematikan yang Danesh layangkan padanya. Pengacara yang otaknya encer itu kemudian hanya menghela napasnya sambil kembali menekuni berkas yang berada di tangannya. Sesekali Danesh mendorong kacamatanya ke pangkal hidung, bibirnya sedikit berkerut setiap kali dia berkonsentrasi, sebelah tangan
PENGANTIN PESANAN11 – Pengacara AndalDanesh tidak merasa kalau dia mempunyai disfungsi ereksi sampai malam dia bertemu dengan Katya.“Lah, kenapa lu enggak jadi ngacengnya?” tanya Rafi heran.Dia yang sejak tadi mendengarkan cerita Danesh terheran-heran. Sesi pertemuan antara Pengacara dengan klien-nya di salah satu ruang Kepala Lapas malah jadi sesi curhat antar teman.Danesh mengembuskan napasnya, tanpa sengaja matanya melirik ke arah selangkangannya, dia memelototi organ seksual miliknya itu dengan sebal “Enggak tau. Kemarin waktu sama anak buahnya Mami gue lancar-lancar aja ….”“Tapi waktu itu lu enggak masukin ke dalem, ‘kan? Lu bilang mereka cuma ngisep punya lu aja.”Danesh mengangguk, “Iya, soalnya waktunya mepet, lagian gue harus segera pergi ….”Rafi teringat hari itu, setelah mengakui ingin memesan pengantin, Danesh langsung per
PENGANTIN PESANAN10 – Pengkhianatan Mantan Istri“Sayang, kamu mantep banget hari ini. Aku sampe kewalahan …. Kok enak banget ya main sama kamu? Beda sama istriku sendiri ….”“Jelas, kamu cintanya sama aku. Bukan sama istri kamu yang gembrot, bau ikan asin itu.”“Hahaha… iya, bener. Heran, kenapa si Danesh ini jarang main sama kamu. Padahal jepitan kamu nikmat banget.”“Halah, Danesh orgasmenya di ruang sidang, bukan di ranjang. Dia itu cepet lemes, baru juga aku pegang dan lenguh-lenguh dikit, dia suka muncrat duluan. Payah!”“Ah, serius?!”“Ya, enggak tau kenapa. Udah tanya ke dokter, katanya enggak ada masalah sama penisnya, tapi masalahnya ada di otaknya.”“Kenapa otaknya? Ada sekrup yang lepas di sana?”“Hahaha…. Enggak tau, deh. Bodo amat lah. Aku udah capek maklumin dia terus.&
PENGANTIN PESANAN09 – Bayangan GairahAnna, atau yang akrab dipanggil Mamushka oleh gadis-gadis di agensi, sangat cermat dalam hal menyiapkan para gadis sebelum dikirim ke negara sang pengantin pria.Gadis-gadis cantik yang dipilih adalah komoditas utama agensi, jadi Anna fokus mengajarkan banyak hal pada mereka. Mulai dari cara menjadi istri yang baik; memasak, membereskan rumah, berkebun, menyetir mobil, berenang, berkuda dan sederet keahlian lainnya.Namun satu hal yang pasti, Anna mengajarkan seks.Kelas seks adalah hal pertama yang harus diikuti para gadis begitu mereka masuk ke dalam agensi.“Tujuan utama para lelaki ini adalah seks. Mereka bukan hanya mencari perempuan, namun juga seks. Itu sudah sepaket. Jadi artinya, ketika mereka memilih kalian, mereka mempunyai ketertarikan seks pada kalian.”Kali ini pengajar kelas seks mereka adalah Vilen dan Zhanna, sepasang lelaki dan perempuan
PENGANTIN PESANAN08 – Pilihan HatiDanesh bersyukur dia tidak pelit pada dirinya sendiri.Seperti yang dikatakan Rafi yang sedang mendekam di penjara, ratusan ribu dollar bukan apa-apa ketika yang datang adalah Katya.Perempuan dari Ukraina itu sungguh memesona.Di detik pertama Danesh melihat fotonya, ada yang berdesir dalam dadanya. Seketika itu juga, hatinya sudah menjatuhkan pilihan.Orang bilang, cinta dari mata turun ke hati. Itulah yang terjadi pada Daneshwara ketika melihat gambar Katya.Love at first sight. Pertama kali gambar Katya muncul di layarnya, Danesh membelalak tidak percaya. Bisakah perempuan secantik ini nyata?Dia sempat berpikir bahwa foto-foto itu dimanipulasi; pakai photoshop dan filter-filter yang sering digunakan anak-anak zaman sekarang di media sosial. Namun, ketika Mami meyakinkannya bahwa foto itu asli, Danesh langsung yakin kalau dia memang suka dengan Katya.
PENGANTIN PESANAN 07 – Wine and DineJarum jam menunjukkan pukul 18.30 WIB ketika mobil yang ditumpangi Danesh memasuki halaman rumah. Ucok yang sedang ngaso di teras sontak bergegas mematikan rokok yang diisapnya sedari tadi, kemudian berdiri menyambut majikannya. “Bos.” Wajah Danesh kelihatan suntuk, dia menyerahkan tas kerjanya pada Ucok dan bertanya, “Gimana?”“Beres, Bos. Meja dan makanan udah siap. Nona Rusia juga udah siap dari tadi.” Ucok nyengir, misinya akan usai begitu Danesh duduk di ruang makan. “OK. Gue mandi dulu.” Danesh mengendurkan dasinya. Dia menyelinap masuk ke rumah tanpa suara. Matanya mengedarkan pandang, berjaga-jaga jika Katya melihatnya datang. Namun, Katya tidak ada di mana-mana, sepertinya gadis itu masih betah di kamarnya. Danesh masuk ke kamarnya, mengunci pintu dan buru-buru masuk kamar mandi. Setelah terkena air hangat di sekujur tubuhnya
PENGANTIN PESANAN06 – Pertemuan Pertama“Ha-hai, welcome… home. This is your home now.” Katya bisa merasakan lelaki yang berdiri di hadapannya ini gugup. Suaranya sedikit bergetar dan dia menghindari kontak mata.Lelaki yang bernama Daneshwara – ah, namanya sungguh terdengar menggoda dan eksotis.Pertama kali membaca namanya, Katya sudah penasaran seperti apa pribadinya. Dilihat dari foto yang ditunjukkan agensi, Daneshwara terlihat tampan dalam balutan jas resmi. Dia terlihat gagah dan berwibawa, terutama dengan kacamatanya.Katya menyukai lelaki yang percaya diri, kelihatan tangguh dan cerdas.Kacamata menambah kesan cerdas dari seorang pengacara Indonesia ini.Namun ternyata, Daneshwara kelihatan grogi bertemu dengannya. Mungkin lelaki ini tidak terbiasa dengan kehadiran perempuan?Ah, tapi tidak mungkin. Kalau dia tidak terbiasa dengan perempuan, bagaimana mungk
PENGANTIN PESANAN05 – Monster SesungguhnyaAkhirnya Katya terpilih juga.Perempuan itu tercengang tak percaya ketika diberitahu bahwa ada seseorang yang tertarik padanya.“Sayangnya bukan dari Amerika atau Inggris seperti yang kita harapkan. Dia orang Indonesia.”Katya tidak tau apapun mengenai Indonesia, namun dia tidak peduli, yang penting dia ingin segera pergi dari lubang neraka ini.“Besok mereka akan datang menjemputmu. Bersiaplah.” Anna, kepala agensi menatapnya dari atas sampai bawah, memeriksa penampilan Katya, “cuci rambut dan bersihkan tubuhmu. Apa kamu sudah menstruasi bulan ini?”Katya menelan ludahnya kemudian mengangguk, kepalanya tertunduk dalam-dalam, tidak berani menatap bola mata abu-abu dingin milik Anna. Perempuan setengah baya berwajah masam yang sering memukulinya dengan tongkat kayu.“Kalau begitu, pergi ke klinik. Kamu harus mempersiapkan di