Beranda / Romansa / Pengantin Pesanan / 04 - Kedatangan Pengantin

Share

04 - Kedatangan Pengantin

Penulis: Serafina
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

PENGANTIN PESANAN

04 – Kedatangan Pengantin

-3 BULAN KEMUDIAN-

“Bos, pesawatnya sebentar lagi landing.”

Ponsel Danesh yang disetel dalam mode senyap menampilkan notifikasi di layar. Nama Ucok, asisten pribadinya, muncul dengan pesan yang membuat jantungnya berdebar tidak karuan.

Ah, setelah penantian dan proses yang panjang, akhirnya mereka akan bertemu juga ….

Danesh menyentuh layar ponselnya dan kembali memusatkan perhatian pada Jaksa yang sedang membaca dakwaan.

“Dan… lu yakin ya kalau gue bakal bebas sebentar lagi?” bisik Rafi yang duduk disebelahnya di kursi pesakitan.

Banyak yang terjadi dalam tiga bulan ini; selain Danesh yang sibuk memilih calon pengantinnya melalui website ‘Deep Web’, Rafi juga tertangkap tangan menyuap aparatur negara agar mendapatkan tender proyek pembangunan jalan.

Karir Rafi yang tadinya semulus jalan tol kini terpaksa harus masuk pit stop.

Danesh hanya tersenyum simpul dan balas berbisik, “Asal lo ikutin semua yang gue instruksikan, enggak usah kebawa emosi. Stay cool, man. We got this.”

Rafi, pengusaha muda yang kebetulan satu SMA dengannya itu mengangguk patuh. Dia menarik-narik kerah baju tahanan yang dipakainya, berkali-kali dia bergerak gelisah di kursinya. Tawanya yang khas kini berganti dengan ekspresi kosong.

Apalagi ketika Jaksa berbicara, pikiran Rafi langsung kemana-mana. Dia tidak ingin berada di sini, Pengadilan tidak pernah ada dalam daftar tempat yang ingin dikunjunginya.

Sementara itu Danesh, seorang Pengacara ternama yang punya track-record tak terkalahkan dalam tiga tahun terakhir itu terlihat tenang dan santai. Dia duduk dengan kedua tangan saling mengait di atas meja, mendengarkan dakwaan yang sudah dia hapal luar kepala.

Matanya melirik Hakim yang berada di atas mimbar. Tanpa sengaja pandangan mereka bersirobok. Dalam beberapa detik saling tatap itu, Danesh tau bahwa Hakim Ketua sudah berada di pihaknya.

Dia mengembuskan napas bersamaan dengan Jaksa yang selesai membacakan dakwaan.

Hakim Ketua berdeham dan beralih pihak Terdakwa, “Saudara Terdakwa, sudah jelas dengan isi dan maksud Surat Dakwaan yang tadi dibacakan oleh Panitera?”

Danesh menyenggol Rafi, menariknya kembali dari lamunannya.

Rafi tergeragap dan buru-buru menjawab seperti yang sudah dilatih oleh Danesh, “Sudah, Yang Mulia.”

Hakim kini menatap Danesh, “Penasihat Hukum, apakah keberatan dengan Surat Dakwaan tersebut?”

“Ya, Yang Mulia. Kami sedang menyiapkan Nota Keberatan.”

Rafi menoleh pada Danesh dan mengembuskan napasnya. Apapun yang dilakukan Danesh sebagai pengacaranya, Rafi akan menurut saja. Dia memercayai Danesh sepenuh hatinya.

“Baik, sidang ditunda sampai minggu depan untuk pembacaan Eksepsi dari pihak Penasihat Hukum Terdakwa.”

Tok! Hakim Ketua mengetuk palu kemudian beranjak dari mimbar Majelis Hakim untuk pergi meninggalkan ruang sidang.

Semua orang berdiri untuk menghormati para hakim yang berjalan ke belakang mimbar dan menghilang dari balik pintu.

Danesh berdiri dan menoleh pada Rafi yang sekarang jadi kliennya, “Tenang, man. You’re in the good hands. Tim gue lagi nyiapin semuanya. Lo enggak usah banyak gaya di dalam sana, ikuti saja alurnya, OK?”

Rafi hanya mengangguk, “Gue kangen bini gue, Dan…”

Danesh tersenyum penuh simpati melihat ekspresi kusut dari temannya itu. Dia merangkul Rafi sejenak dan berbisik, “Dalam beberapa bulan lo bisa pulang ke rumah dan ketemu sama bini lo lagi.”

“Gimana sama ‘bini’ lo? Udah nyampe?” tanya Rafi sambil berbisik. Berbicara mengenai hal-hal ringan sedikit membuatnya tertarik lagi pada kehidupan.

Semenjak masuk penjara, sepertinya depresi mulai melanda.

Danesh tidak menjawab, dia hanya menepuk bahu Rafi dan bergumam, “Sampai ketemu lusa, jadwal kunjungan ke lapas udah disetujui.”

“Thanks, man. Salamin buat keluarga gue, ya.”

“Lo mau nitip apa? Gue bisa bawain nanti.”

Rafi tercenung sebentar, namun kemudian menggeleng, “Ehm …. Kalau bisa …. Gue kepingin makan cake buatan nyokap gue, Dan. Cake cokelat yang biasa dia bikinin buat gue setiap ulang tahun.”

Danesh tertegun mendengar permintaan Rafi yang tidak biasa.

Namun, sikap orang yang masuk penjara tidak pernah ada yang biasa.

“OK. Nanti gue sampaikan ke nyokap lo, Raf. Jaga diri di dalam sana.”

Rafi mengangguk kecil kemudian mengulurkan tangannya untuk diborgol oleh petugas sebelum digiring kembali ke mobil tahanan.

*

Danesh keluar dari ruang sidang langsung disambut oleh gerombolan kuli tinta yang mengejar berita. Bromo, bodyguard-nya yang tinggi besar berhasil menghalau jurnalis yang mengerubungi mobil pengacara terkenal itu.

“Pak Danesh, boleh satu-dua kata?!”

“Pengacara, tanggapannya mengenai sidang hari ini?”

“Danesh, yakin menang persidangan kali ini?”

Danesh sudah terbiasa dengan serbuan pertanyaan yang dilontarkan oleh para wartawan yang mengejar berita. Dia hanya melemparkan senyum tipis misterius, melambai dan masuk ke dalam mobilnya yang berkaca gelap.

Danesh mengembuskan napasnya sembari melonggarkan dasinya. Embusan dinginnya AC sejenak menyejukkan kepalanya yang mulai panas.

Bromo duduk di kursi depan dan bertanya dengan suara berat, “Pulang, Bos?”

“Ucok udah ngabarin?”

“Sudah, Bos. Mereka dalam perjalanan ke rumah.”

“OK, mampir dulu ke toko bunga.”

“Baik, Bos.”

Bagaikan Nabi Musa yang membelah Laut Merah, sedan hitam mewah itu menerobos kerumunan jurnalis yang masih mengerubungi mobil pengacara kondang, berharap mendapatkan secuil informasi untuk dijadikan berita.

Namun, Danesh bukan pengacara yang sering mengobral kata. Dia terkenal pelit memberikan info pada wartawan. Dia lebih senang menggebrak sidang dengan fakta-fakta dan bersilat lidah melawan Jaksa. Dia akan berbicara pada jurnalis jika sudah yakin akan menang.

Dalam kasus ini, Danesh memilih bungkam, lagipula dia sedang tidak berselera untuk wawancara. Ada yang lebih penting daripada membuat berita ….

*

Awalnya Danesh memang berminat dengan perempuan Rusia, namun ketika membuka website dan melihat katalog para wanita yang mendaftarkan diri untuk dijadikan kekasih atau istri, Danesh kecantol dengan seorang perempuan Ukraina.

Namanya Katya Boshena.

Hijau matanya memesona Danesh, dia terpana melihat foto sang gadis Ukraina. Tanpa pikir panjang, Danesh menjatuhkan pilihannya pada Katya.

“Wah, selera kamu bagus juga, Dan.” Komentar Mami ketika mereka bertemu untuk melanjutkan transaksi. Jarinya yang lentik dengan kuku panjang yang dipulas warna merah menyentuh layar tablet, senyum tersungging di bibirnya yang tebal “kamu yakin mau sama yang ini?”

Danesh mengangguk “Ya.”

Mami tidak bertanya kenapa walaupun wanita itu penasaran. Beliau mengeluarkan ponselnya dan mengetik sesuatu di sana, kemudian menyodorkannya pada Danesh, “Segini, Dan. Deal?”

Danesh melongok pada layar ponsel Mami yang menunjukkan angka sejumlah uang yang harus dibayarnya. Alisnya naik sebelah, lelaki itu memandang Mami dan tersenyum, “Damn, mahal juga…”

Mami tertawa, “Ini udah termasuk biaya transport, akomodasi, visa, pajak …. Kamu enggak perlu pusing mikirin yang lainnya. All in!”

Danesh mengangguk-angguk, otaknya sibuk berpikir dan mengkalkulasi, “Sistem bayarnya gimana, Mi?”

“DP dulu sini ….” Mami menggoyangkan tangannya dengan sikap meminta pada Danesh, “setelah DP, boleh bayar tahap pertama, tiga bulan kemudian baru lunasi.”

“Oh, jadi kalau saya enggak puas dengan ‘service’ atau ‘barang’nya bisa ditukar atau diretur?” tanya Danesh dengan nada menggoda.

Mami tertawa dengan guyonan Danesh, “Ya, bisa dibilang begitu. Karena dalam tiga bulan itu pasti ada banyak hal yang terjadi. Mungkin aja kamu enggak suka dia tidurnya ngorok atau suka nendang-nendang, atau kamu enggak suka dia ternyata enggak bisa masak, padahal di CV-nya dia bilang jago masak. Yah, hal-hal kaya gitu sering terjadi.”

“Hmmm…” Danesh mengusap-usap dagunya.

“Baru aja kemarin kita kembaliin satu cewek ke Rusia karena dia enggak lolos ujian menyetir mobil, sedangkan suaminya ingin mereka road trip keliling Amerika. Jadi dia perlu perempuan yang bisa nyetir mobil.”

Danesh membelalak, “Ada yang kaya gitu, Mam?”

“Hm-hm. Oh, kalau kamu tau apa aja keinginan para lelaki ini …. Demi Tuhan, kalian para pria bilang kalau kami, para wanita ini rewel, kalian enggak lihat teman sesama lelaki… apalagi lelaki yang punya duit dan punya preferensi tersendiri. Belum lagi yang punya fetish ….”

Danesh mengulum senyumnya mendengar keluhan wanita yang sampai sekarang tidak diketahui nama aslinya. Mami dan bisnisnya begitu terselubung.

“Saya enggak banyak maunya, Mam. Saya hanya mau Katya.”

Mata Mami berkilat mendengar kalimat Danesh, “Jadi deal harganya segini, ya?”

“DEAL!”

*

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Herni Widjaya
DEAL...Katya Boshena...Jan bilang kamu masi sodaraan sm yg punya taksi Bosowa...... masi ada ga itu taksi...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Pengantin Pesanan   05 - Monster Sesungguhnya

    PENGANTIN PESANAN05 – Monster SesungguhnyaAkhirnya Katya terpilih juga.Perempuan itu tercengang tak percaya ketika diberitahu bahwa ada seseorang yang tertarik padanya.“Sayangnya bukan dari Amerika atau Inggris seperti yang kita harapkan. Dia orang Indonesia.”Katya tidak tau apapun mengenai Indonesia, namun dia tidak peduli, yang penting dia ingin segera pergi dari lubang neraka ini.“Besok mereka akan datang menjemputmu. Bersiaplah.” Anna, kepala agensi menatapnya dari atas sampai bawah, memeriksa penampilan Katya, “cuci rambut dan bersihkan tubuhmu. Apa kamu sudah menstruasi bulan ini?”Katya menelan ludahnya kemudian mengangguk, kepalanya tertunduk dalam-dalam, tidak berani menatap bola mata abu-abu dingin milik Anna. Perempuan setengah baya berwajah masam yang sering memukulinya dengan tongkat kayu.“Kalau begitu, pergi ke klinik. Kamu harus mempersiapkan di

  • Pengantin Pesanan   06 - Pertemuan Pertama

    PENGANTIN PESANAN06 – Pertemuan Pertama“Ha-hai, welcome… home. This is your home now.” Katya bisa merasakan lelaki yang berdiri di hadapannya ini gugup. Suaranya sedikit bergetar dan dia menghindari kontak mata.Lelaki yang bernama Daneshwara – ah, namanya sungguh terdengar menggoda dan eksotis.Pertama kali membaca namanya, Katya sudah penasaran seperti apa pribadinya. Dilihat dari foto yang ditunjukkan agensi, Daneshwara terlihat tampan dalam balutan jas resmi. Dia terlihat gagah dan berwibawa, terutama dengan kacamatanya.Katya menyukai lelaki yang percaya diri, kelihatan tangguh dan cerdas.Kacamata menambah kesan cerdas dari seorang pengacara Indonesia ini.Namun ternyata, Daneshwara kelihatan grogi bertemu dengannya. Mungkin lelaki ini tidak terbiasa dengan kehadiran perempuan?Ah, tapi tidak mungkin. Kalau dia tidak terbiasa dengan perempuan, bagaimana mungk

  • Pengantin Pesanan   07 - Wine and Dine

    PENGANTIN PESANAN 07 – Wine and DineJarum jam menunjukkan pukul 18.30 WIB ketika mobil yang ditumpangi Danesh memasuki halaman rumah. Ucok yang sedang ngaso di teras sontak bergegas mematikan rokok yang diisapnya sedari tadi, kemudian berdiri menyambut majikannya. “Bos.” Wajah Danesh kelihatan suntuk, dia menyerahkan tas kerjanya pada Ucok dan bertanya, “Gimana?”“Beres, Bos. Meja dan makanan udah siap. Nona Rusia juga udah siap dari tadi.” Ucok nyengir, misinya akan usai begitu Danesh duduk di ruang makan. “OK. Gue mandi dulu.” Danesh mengendurkan dasinya. Dia menyelinap masuk ke rumah tanpa suara. Matanya mengedarkan pandang, berjaga-jaga jika Katya melihatnya datang. Namun, Katya tidak ada di mana-mana, sepertinya gadis itu masih betah di kamarnya. Danesh masuk ke kamarnya, mengunci pintu dan buru-buru masuk kamar mandi. Setelah terkena air hangat di sekujur tubuhnya

  • Pengantin Pesanan   08 - Pilihan Hati

    PENGANTIN PESANAN08 – Pilihan HatiDanesh bersyukur dia tidak pelit pada dirinya sendiri.Seperti yang dikatakan Rafi yang sedang mendekam di penjara, ratusan ribu dollar bukan apa-apa ketika yang datang adalah Katya.Perempuan dari Ukraina itu sungguh memesona.Di detik pertama Danesh melihat fotonya, ada yang berdesir dalam dadanya. Seketika itu juga, hatinya sudah menjatuhkan pilihan.Orang bilang, cinta dari mata turun ke hati. Itulah yang terjadi pada Daneshwara ketika melihat gambar Katya.Love at first sight. Pertama kali gambar Katya muncul di layarnya, Danesh membelalak tidak percaya. Bisakah perempuan secantik ini nyata?Dia sempat berpikir bahwa foto-foto itu dimanipulasi; pakai photoshop dan filter-filter yang sering digunakan anak-anak zaman sekarang di media sosial. Namun, ketika Mami meyakinkannya bahwa foto itu asli, Danesh langsung yakin kalau dia memang suka dengan Katya.

  • Pengantin Pesanan   09 - Bayangan Gairah

    PENGANTIN PESANAN09 – Bayangan GairahAnna, atau yang akrab dipanggil Mamushka oleh gadis-gadis di agensi, sangat cermat dalam hal menyiapkan para gadis sebelum dikirim ke negara sang pengantin pria.Gadis-gadis cantik yang dipilih adalah komoditas utama agensi, jadi Anna fokus mengajarkan banyak hal pada mereka. Mulai dari cara menjadi istri yang baik; memasak, membereskan rumah, berkebun, menyetir mobil, berenang, berkuda dan sederet keahlian lainnya.Namun satu hal yang pasti, Anna mengajarkan seks.Kelas seks adalah hal pertama yang harus diikuti para gadis begitu mereka masuk ke dalam agensi.“Tujuan utama para lelaki ini adalah seks. Mereka bukan hanya mencari perempuan, namun juga seks. Itu sudah sepaket. Jadi artinya, ketika mereka memilih kalian, mereka mempunyai ketertarikan seks pada kalian.”Kali ini pengajar kelas seks mereka adalah Vilen dan Zhanna, sepasang lelaki dan perempuan

  • Pengantin Pesanan   10 - Pengkhianatan Mantan Istri

    PENGANTIN PESANAN10 – Pengkhianatan Mantan Istri“Sayang, kamu mantep banget hari ini. Aku sampe kewalahan …. Kok enak banget ya main sama kamu? Beda sama istriku sendiri ….”“Jelas, kamu cintanya sama aku. Bukan sama istri kamu yang gembrot, bau ikan asin itu.”“Hahaha… iya, bener. Heran, kenapa si Danesh ini jarang main sama kamu. Padahal jepitan kamu nikmat banget.”“Halah, Danesh orgasmenya di ruang sidang, bukan di ranjang. Dia itu cepet lemes, baru juga aku pegang dan lenguh-lenguh dikit, dia suka muncrat duluan. Payah!”“Ah, serius?!”“Ya, enggak tau kenapa. Udah tanya ke dokter, katanya enggak ada masalah sama penisnya, tapi masalahnya ada di otaknya.”“Kenapa otaknya? Ada sekrup yang lepas di sana?”“Hahaha…. Enggak tau, deh. Bodo amat lah. Aku udah capek maklumin dia terus.&

  • Pengantin Pesanan   11 - Pengacara Andal

    PENGANTIN PESANAN11 – Pengacara AndalDanesh tidak merasa kalau dia mempunyai disfungsi ereksi sampai malam dia bertemu dengan Katya.“Lah, kenapa lu enggak jadi ngacengnya?” tanya Rafi heran.Dia yang sejak tadi mendengarkan cerita Danesh terheran-heran. Sesi pertemuan antara Pengacara dengan klien-nya di salah satu ruang Kepala Lapas malah jadi sesi curhat antar teman.Danesh mengembuskan napasnya, tanpa sengaja matanya melirik ke arah selangkangannya, dia memelototi organ seksual miliknya itu dengan sebal “Enggak tau. Kemarin waktu sama anak buahnya Mami gue lancar-lancar aja ….”“Tapi waktu itu lu enggak masukin ke dalem, ‘kan? Lu bilang mereka cuma ngisep punya lu aja.”Danesh mengangguk, “Iya, soalnya waktunya mepet, lagian gue harus segera pergi ….”Rafi teringat hari itu, setelah mengakui ingin memesan pengantin, Danesh langsung per

  • Pengantin Pesanan   12 - Kencan Pertama

    PENGANTIN PESANAN12 – Kencan Pertama“Udah bisa hubungi Mami?” pertanyaan itu datang dari kursi belakang van yang ditumpangi Tiga Serangkai; Danesh, Ucok dan Bromo.Ucok menoleh sekilas dan menyahut, “Belum, Bos. Nomornya enggak aktif, emailnya enggak dibalas.”Alis Danesh berkerut mendengarnya, “Lacak keberadaannya.”“Siap.”Bromo yang tidak banyak omong, mendadak saja bertanya, “Ada apa, Bos?”Belum sempat Danesh menyahut, Ucok sudah menyambar, “Hahaha…! Pasti soal Nona Rusia itu, ya?”Ucok yang duduk di kursi depan tidak menyadari tatapan mematikan yang Danesh layangkan padanya. Pengacara yang otaknya encer itu kemudian hanya menghela napasnya sambil kembali menekuni berkas yang berada di tangannya. Sesekali Danesh mendorong kacamatanya ke pangkal hidung, bibirnya sedikit berkerut setiap kali dia berkonsentrasi, sebelah tangan

Bab terbaru

  • Pengantin Pesanan   Ponsel Pertama

    PENGANTIN PESANAN13 – Ponsel Pertama“Kamu mau yang warna apa?”Katya mendongak pada Danesh, mengalihkan pandangannya dari dua buah ponsel berwarna-warni di tangan lelaki itu.“Yang putih atau yang emas?” tanya Danesh lagi, di tangan kanan dan kirinya terdapat ponsel keluaran terbaru dengan logo apel digigit berwarna emas dan putih.“Sepertinya untuk Mbak Bule-nya cocok warna emas deh, Pak.” Seorang pramuniaga yang kelihatan andal mengenai produknya tersenyum pada Danesh, “tapi kalau mau warna yang lain, saya bisa ambilkan yang warna Sierra Blue.”Pramuniaga perempuan itu hendak masuk ke dalam gudang ketika tangan Katya menahannya, dia bergumam sambil menunjuk warna emas, “This.”Pramuniaga itu menoleh pada Danesh.“Bungkus yang ini, ya.” Danesh mengangkat ponsel berwarna emas di tangannya.“Siap, Pak.” Pramu

  • Pengantin Pesanan   12 - Kencan Pertama

    PENGANTIN PESANAN12 – Kencan Pertama“Udah bisa hubungi Mami?” pertanyaan itu datang dari kursi belakang van yang ditumpangi Tiga Serangkai; Danesh, Ucok dan Bromo.Ucok menoleh sekilas dan menyahut, “Belum, Bos. Nomornya enggak aktif, emailnya enggak dibalas.”Alis Danesh berkerut mendengarnya, “Lacak keberadaannya.”“Siap.”Bromo yang tidak banyak omong, mendadak saja bertanya, “Ada apa, Bos?”Belum sempat Danesh menyahut, Ucok sudah menyambar, “Hahaha…! Pasti soal Nona Rusia itu, ya?”Ucok yang duduk di kursi depan tidak menyadari tatapan mematikan yang Danesh layangkan padanya. Pengacara yang otaknya encer itu kemudian hanya menghela napasnya sambil kembali menekuni berkas yang berada di tangannya. Sesekali Danesh mendorong kacamatanya ke pangkal hidung, bibirnya sedikit berkerut setiap kali dia berkonsentrasi, sebelah tangan

  • Pengantin Pesanan   11 - Pengacara Andal

    PENGANTIN PESANAN11 – Pengacara AndalDanesh tidak merasa kalau dia mempunyai disfungsi ereksi sampai malam dia bertemu dengan Katya.“Lah, kenapa lu enggak jadi ngacengnya?” tanya Rafi heran.Dia yang sejak tadi mendengarkan cerita Danesh terheran-heran. Sesi pertemuan antara Pengacara dengan klien-nya di salah satu ruang Kepala Lapas malah jadi sesi curhat antar teman.Danesh mengembuskan napasnya, tanpa sengaja matanya melirik ke arah selangkangannya, dia memelototi organ seksual miliknya itu dengan sebal “Enggak tau. Kemarin waktu sama anak buahnya Mami gue lancar-lancar aja ….”“Tapi waktu itu lu enggak masukin ke dalem, ‘kan? Lu bilang mereka cuma ngisep punya lu aja.”Danesh mengangguk, “Iya, soalnya waktunya mepet, lagian gue harus segera pergi ….”Rafi teringat hari itu, setelah mengakui ingin memesan pengantin, Danesh langsung per

  • Pengantin Pesanan   10 - Pengkhianatan Mantan Istri

    PENGANTIN PESANAN10 – Pengkhianatan Mantan Istri“Sayang, kamu mantep banget hari ini. Aku sampe kewalahan …. Kok enak banget ya main sama kamu? Beda sama istriku sendiri ….”“Jelas, kamu cintanya sama aku. Bukan sama istri kamu yang gembrot, bau ikan asin itu.”“Hahaha… iya, bener. Heran, kenapa si Danesh ini jarang main sama kamu. Padahal jepitan kamu nikmat banget.”“Halah, Danesh orgasmenya di ruang sidang, bukan di ranjang. Dia itu cepet lemes, baru juga aku pegang dan lenguh-lenguh dikit, dia suka muncrat duluan. Payah!”“Ah, serius?!”“Ya, enggak tau kenapa. Udah tanya ke dokter, katanya enggak ada masalah sama penisnya, tapi masalahnya ada di otaknya.”“Kenapa otaknya? Ada sekrup yang lepas di sana?”“Hahaha…. Enggak tau, deh. Bodo amat lah. Aku udah capek maklumin dia terus.&

  • Pengantin Pesanan   09 - Bayangan Gairah

    PENGANTIN PESANAN09 – Bayangan GairahAnna, atau yang akrab dipanggil Mamushka oleh gadis-gadis di agensi, sangat cermat dalam hal menyiapkan para gadis sebelum dikirim ke negara sang pengantin pria.Gadis-gadis cantik yang dipilih adalah komoditas utama agensi, jadi Anna fokus mengajarkan banyak hal pada mereka. Mulai dari cara menjadi istri yang baik; memasak, membereskan rumah, berkebun, menyetir mobil, berenang, berkuda dan sederet keahlian lainnya.Namun satu hal yang pasti, Anna mengajarkan seks.Kelas seks adalah hal pertama yang harus diikuti para gadis begitu mereka masuk ke dalam agensi.“Tujuan utama para lelaki ini adalah seks. Mereka bukan hanya mencari perempuan, namun juga seks. Itu sudah sepaket. Jadi artinya, ketika mereka memilih kalian, mereka mempunyai ketertarikan seks pada kalian.”Kali ini pengajar kelas seks mereka adalah Vilen dan Zhanna, sepasang lelaki dan perempuan

  • Pengantin Pesanan   08 - Pilihan Hati

    PENGANTIN PESANAN08 – Pilihan HatiDanesh bersyukur dia tidak pelit pada dirinya sendiri.Seperti yang dikatakan Rafi yang sedang mendekam di penjara, ratusan ribu dollar bukan apa-apa ketika yang datang adalah Katya.Perempuan dari Ukraina itu sungguh memesona.Di detik pertama Danesh melihat fotonya, ada yang berdesir dalam dadanya. Seketika itu juga, hatinya sudah menjatuhkan pilihan.Orang bilang, cinta dari mata turun ke hati. Itulah yang terjadi pada Daneshwara ketika melihat gambar Katya.Love at first sight. Pertama kali gambar Katya muncul di layarnya, Danesh membelalak tidak percaya. Bisakah perempuan secantik ini nyata?Dia sempat berpikir bahwa foto-foto itu dimanipulasi; pakai photoshop dan filter-filter yang sering digunakan anak-anak zaman sekarang di media sosial. Namun, ketika Mami meyakinkannya bahwa foto itu asli, Danesh langsung yakin kalau dia memang suka dengan Katya.

  • Pengantin Pesanan   07 - Wine and Dine

    PENGANTIN PESANAN 07 – Wine and DineJarum jam menunjukkan pukul 18.30 WIB ketika mobil yang ditumpangi Danesh memasuki halaman rumah. Ucok yang sedang ngaso di teras sontak bergegas mematikan rokok yang diisapnya sedari tadi, kemudian berdiri menyambut majikannya. “Bos.” Wajah Danesh kelihatan suntuk, dia menyerahkan tas kerjanya pada Ucok dan bertanya, “Gimana?”“Beres, Bos. Meja dan makanan udah siap. Nona Rusia juga udah siap dari tadi.” Ucok nyengir, misinya akan usai begitu Danesh duduk di ruang makan. “OK. Gue mandi dulu.” Danesh mengendurkan dasinya. Dia menyelinap masuk ke rumah tanpa suara. Matanya mengedarkan pandang, berjaga-jaga jika Katya melihatnya datang. Namun, Katya tidak ada di mana-mana, sepertinya gadis itu masih betah di kamarnya. Danesh masuk ke kamarnya, mengunci pintu dan buru-buru masuk kamar mandi. Setelah terkena air hangat di sekujur tubuhnya

  • Pengantin Pesanan   06 - Pertemuan Pertama

    PENGANTIN PESANAN06 – Pertemuan Pertama“Ha-hai, welcome… home. This is your home now.” Katya bisa merasakan lelaki yang berdiri di hadapannya ini gugup. Suaranya sedikit bergetar dan dia menghindari kontak mata.Lelaki yang bernama Daneshwara – ah, namanya sungguh terdengar menggoda dan eksotis.Pertama kali membaca namanya, Katya sudah penasaran seperti apa pribadinya. Dilihat dari foto yang ditunjukkan agensi, Daneshwara terlihat tampan dalam balutan jas resmi. Dia terlihat gagah dan berwibawa, terutama dengan kacamatanya.Katya menyukai lelaki yang percaya diri, kelihatan tangguh dan cerdas.Kacamata menambah kesan cerdas dari seorang pengacara Indonesia ini.Namun ternyata, Daneshwara kelihatan grogi bertemu dengannya. Mungkin lelaki ini tidak terbiasa dengan kehadiran perempuan?Ah, tapi tidak mungkin. Kalau dia tidak terbiasa dengan perempuan, bagaimana mungk

  • Pengantin Pesanan   05 - Monster Sesungguhnya

    PENGANTIN PESANAN05 – Monster SesungguhnyaAkhirnya Katya terpilih juga.Perempuan itu tercengang tak percaya ketika diberitahu bahwa ada seseorang yang tertarik padanya.“Sayangnya bukan dari Amerika atau Inggris seperti yang kita harapkan. Dia orang Indonesia.”Katya tidak tau apapun mengenai Indonesia, namun dia tidak peduli, yang penting dia ingin segera pergi dari lubang neraka ini.“Besok mereka akan datang menjemputmu. Bersiaplah.” Anna, kepala agensi menatapnya dari atas sampai bawah, memeriksa penampilan Katya, “cuci rambut dan bersihkan tubuhmu. Apa kamu sudah menstruasi bulan ini?”Katya menelan ludahnya kemudian mengangguk, kepalanya tertunduk dalam-dalam, tidak berani menatap bola mata abu-abu dingin milik Anna. Perempuan setengah baya berwajah masam yang sering memukulinya dengan tongkat kayu.“Kalau begitu, pergi ke klinik. Kamu harus mempersiapkan di

DMCA.com Protection Status