Pengantin Pesanan
01 – Resmi Jadi Duda
“Selamat Dan, sudah resmi jadi duda.”
Evan, pengacara perceraian yang mewakilinya, menyerahkan amplop cokelat pada Danesh, dia menyeringai dengan senyum penuh arti pada teman sekampusnya dulu.
Danesh menerimanya dengan ekspresi campur aduk. Di dalam amplop itu ada selembar Kutipan Akta Perceraian; bukti bahwa dia sudah resmi mengakhiri hubungannya dengan Andini, mantan istrinya.
“Thanks, man.” Tanpa memeriksa isinya, Danesh memasukkan amplop itu ke dalam tas kerjanya. Dia yakin bahwa Evan melakukan tugasnya dengan baik, dia dibayar mahal untuk itu.
“So, what’s next?” tanya Evan sambil menyandar ke kursi di café salah satu Mall tempat mereka janjian untuk bertemu. Dia menyilangkan kedua tangannya di depan dada sambil memerhatikan Danesh.
“Kerja.” balas Danesh sekenanya, dia menyesap kopi hitamnya – gelas kedua hari ini.
Evan tertawa, “Enggak ada pesta perceraian gitu?” godanya, “gue udah siap-siap ngambil cuti dua hari untuk ngerayain pergantian status lo jadi duda.”
“Hahaha…” Danesh tertawa tanpa humor, “kerjaan gue banyak banget. Enggak bisa minggu ini.”
Evan menghela napasnya, “Tapi kalau untuk futsal masih ada waktu, ‘kan?”
Selalu ada waktu. Danesh selalu menyempatkan melakukan hobinya setiap minggu “Pasti, dong. Kaya biasa di tempat biasa, ‘kan?”
“Ho-oh. Si Rafi baru aja ngasih kabar kalau dia udah booking tempatnya.”
“O’ya, apa kabarnya tuh anak?”
“Oh, lagi meroket tuh bajingan satu. Proyeknya banyak.”
Danesh tersenyum mendengar nada iri yang berusaha ditutupi oleh Evan namun terbaca olehnya “Ya baguslah kalau usahanya lancar…”
Evan tertawa, dia hendak melanjutkan ketika seseorang menghampiri meja mereka.
“Bos.”
Lelaki yang dikenalnya sebagai asisten Danesh sekaligus paralegalnya, menyodorkan ponsel ke arah Danesh, “Telepon penting, Bos.”
Danesh menerima ponsel dari Ucok dan beranjak dari duduknya “Sorry gue harus terima ini.”
“Sure, Bro. Gue juga harus balik kantor. Sampai ketemu lagi!” Evan tau kapan harus pergi, dia membereskan barang-barangnya dan pamit.
Danesh hanya melambai pada Evan kemudian menyapa orang yang meneleponnya, “Halo.”
“DAN!”
Pucuk dicinta ulam tiba. Baru saja namanya jadi topik pembicaraan ternyata Rafi meneleponnya.
“Hey, what’s up, man?” sapa Danesh santainya, dia masih menyeruput kopinya.
“GAWAT! Lo harus ke sini sekarang juga!”
“Kenapa?” tanya Danesh, mendadak saja dia duduk tegak begitu mendengar temannya berteriak. Dia melayangkan pandang awas pada Ucok, paralegalnya yang terlihat serius.
“Pokoknya lo ke sini aja, gue jelasinnya nanti…”
Alis Danesh yang tebal berkerut, “Gue masih ad—”
“Ke sini sekarang, Dan. URGENT!”
Danesh mendengus, “OK, this is better be good or—”
“Percaya deh, lo harus segera ke sini!”
*
Daneshwara terkenal sebagai pengacara bajingan.
Kebanyakan kasusnya adalah membela koruptor. Lingkaran pertemanannya high-class; terdiri dari orang-orang berpengaruh, terkenal atau penuh skandal.
Makanya tidak heran kalau kemana-mana Danesh dijaga oleh bodyguard dan seorang asisten yang merangkap paralegalnya, supirnya, kacungnya, kaki-tangannya.
Mereka bertiga bagaikan lem super; tak bisa lepas dan susah untuk dipisahkan.
“Antar ke alamat ini.” Danesh menyerahkan ponsel pada Ucok yang juga bertugas jadi sopirnya.
Ucok membaca sekilas koordinat yang dikirimkan Rafi padanya dan mengangguk, “Siap, Bos.”
Bromo, bodyguard-nya yang seorang mantan tentara bergegas membukakan pintu sebuah van yang telah dimodifikasi. Van berlapis baja itu anti peluru dengan segala keperluan kantor yang bisa mengakomodir kebutuhan seorang Pengacara Litigasi yang hobinya bermigrasi dari satu kota ke kota yang lainnya, tergantung dimana koruptor atau pejabat kena OTT.
Tak heran mantan istrinya berselingkuh dengan sahabatnya sendiri. Danesh terlalu sibuk mondar-mandir mengurusi hidup orang lain hingga lupa mengurus hidupnya sendiri.
Lelaki blasteran Indonesia-Australia itu duduk di bagian belakang van yang sudah disulap menjadi seperti kantor dengan meja kerja, lemari, dapur kecil, sofa dan toilet yang seringkali ngadat. Dia membuka tabletnya dan kembali memeriksa berkas kasus yang sedang ditanganinya.
Van meluncur mulus mengarungi jalanan kota Jakarta yang tidak bersahabat.
Ucok, yang kemampuan menyetirnya level dewa, bisa dengan mudah mencari jalan tercepat menuju tujuan. Sepertinya GPS sudah tertanam di otaknya hingga dia bisa memperkirakan waktu perjalanan dan kecepatan van agar tidak ditilang polisi.
Kurang dari satu jam, mereka sudah sampai tujuan.
Danesh turun dari van sambil membetulkan letak kacamatanya. Matanya menyipit ketika sinar matahari yang condong ke Barat terasa terik. Refleks, dia menudungkan tangannya di atas alis. Mereka berada di sebuah perumahan di dekat Teluk Jakarta, tempat rumah-rumah mewah yang mempunyai yacht yang terparkir di garasi yang menghadap teluk.
“Bos, sebelah sini.” Ucok keluar dari van dan membawa Danesh menuju sebuah rumah paling besar yang ada di sana.
Danesh mendengus, dia menyelipkan kedua tangannya di saku celana dan berjalan santai diikuti oleh Bromo, yang menjulang tinggi besar bagai gunung di belakangnya.
Rumah yang mereka datangi dilengkapi oleh sistem keamanan yang canggih. Ucok diperiksa oleh beberapa petugas keamanan yang menyita Taser Gun yang selalu dia bawa kemana saja. Namun Ucok ngotot, dia menarik kembali Taser Gun-nya dan menyelipkannya kembali di saku celananya.
Jangan macam-macam dengan Ucok, walau badannya kecil namun lincah dan punya kemampuan bela diri yang mumpuni.
“Cok.” Panggil Danesh ketika hampir saja terjadi adu mulut antara asistennya dan petugas keamanan.
Hanya dengan sekali lirikan mata, Ucok paham maksud Danesh, dia akhirnya melemparkan Taser Gun kesayangannya ke sebuah keranjang.
“Tuh! Puas?!” serunya sebal.
Bromo yang belajar dari pengalaman Ucok mengosongkan kantongnya. Isinya beragam; sebuah Taser Gun, Pisau Swiss, sepucuk Glock Meyer 22 dan sekotak peluru.
Dia tidak pernah keluar rumah tanpa membawa perlengkapan perangnya, seolah kapan saja bisa terjadi perang sipil di tengah kota.
Sementara itu, di kantong Danesh hanya ada dompet, dua ponsel, sebungkus rokok, korek api dan semprotan merica yang sudah kadaluwarsa, dia lupa membuangnya.
Salah satu petugas mengumpulkan semuanya dan menyilakan rombongan itu masuk ke sebuah ruangan.
Mereka berjalan di lorong melewati beberapa pintu sampai akhirnya keluar melalui pintu Perancis yang membawa mereka ke halaman.
“SURPRISE…!”
Duaaarrr! Preeettt…! Preeettt…! Dhuaarrrr…!
Danesh yang baru saja menginjakkan kaki di atas rumput yang dipangkas rapi, sontak melonjak kaget ketika disambut oleh teriakan, tiupan terompet mainan dan konfeti berwarna-warni.
“CONGRATS, MAN. AKHIRNYA RESMI JADI DUDA…!”
Tawa Danesh akhirnya lepas ketika melihat Rafi, Evan dan teman-temannya datang menghampiri dengan senyuman lebar di wajah mereka.
“Damn! Gue pikir ada apaan!”
*
Author’s Note: Halo! Ketemu lagi dengan saya.
Kali ini datang membawa Pengacara Duda Ganteng! Siap-siap bucin, hahaha…!
Terima kasih atas dukungan kalian pada Suami Warisan, pada Akang Narendra, Rengganis (dan Mahesa!)
Mari kita lanjutkan petualangan ini bersama dengan Danesh dan Katya!! Woohoo…!
Pengantin Pesanan02 – Tawaran Sekali Seumur HidupPesta berlangsung meriah.Lingkaran koneksi Danesh yang kecil, namun terdiri dari para crazy rich dan orang yang punya jabatan mentereng itu berkumpul untuk merayakan status terbaru dari Pengacara andalan mereka.“Dan, tenang aja …. Biarpun itu stempel masih basah, udah banyak cewek yang ngantri kepengen dikawin sama lo.” Pak Ridwan, lelaki setengah baya yang pernah tersangkut kasus penggelapan itu tertawa sambil memegang gelas Scotch, dia mengedipkan matanya pada Danesh.Ah, si tua bangka yang doyan perempuan itu ternyata diundang kemari.Danesh tertawa garing, “Belum kepikiran mau nikah lagi, Pak. Terlalu banyak kerjaan.”“Alaaahh …. Kerjaan gampang diatur, yang penting kebutuhan lo aja dulu. Kalau memang ogah sama urusan punya bini, lo bisa jadi Daddy buat anak-anak kuliah yang kepingin ngehedon tapi males ker
PENGANTIN PESANAN03 – Pengantin Pesanan“Dunia ini enggak seluas daun kelor, Dan. Lo harus buka diri lo untuk kesempatan yang datang. Eksplor, man.” Rafi memulai presentasinya.Danesh berusaha mendengarkan Rafi, namun perhatiannya teralihkan oleh tangan-tangan halus yang menggerayangi dadanya. Harum parfum yang dikenakan perempuan-perempuan itu mulai membuat kepalanya terasa ringan. Efek memabukkan dari alkohol dan sentuhan perempuan-perempuan cantik membuat Danesh kehilangan konsentrasinya.“Hmmm…” dia hanya mengangguk-angguk. Pengacara ganteng itu duduk di atas sebuah sofa di sebuah kamar. Tiga dari perempuan tercantik pilihan Mami duduk di pangkuan dan kanan-kirinya.Saat ini dia merasa layaknya Raja yang dikelilingi oleh selir-selirnya.Seorang perempuan yang duduk di pangkuannya melepaskan kancing kemeja Danesh dan membelai bulu-bulu halus di dadanya. Danesh mengembuskan napasnya ketik
PENGANTIN PESANAN04 – Kedatangan Pengantin-3 BULAN KEMUDIAN-“Bos, pesawatnya sebentar lagi landing.”Ponsel Danesh yang disetel dalam mode senyap menampilkan notifikasi di layar. Nama Ucok, asisten pribadinya, muncul dengan pesan yang membuat jantungnya berdebar tidak karuan.Ah, setelah penantian dan proses yang panjang, akhirnya mereka akan bertemu juga ….Danesh menyentuh layar ponselnya dan kembali memusatkan perhatian pada Jaksa yang sedang membaca dakwaan.“Dan… lu yakin ya kalau gue bakal bebas sebentar lagi?” bisik Rafi yang duduk disebelahnya di kursi pesakitan.Banyak yang terjadi dalam tiga bulan ini; selain Danesh yang sibuk memilih calon pengantinnya melalui website ‘Deep Web’, Rafi juga tertangkap tangan menyuap aparatur negara agar mendapatkan tender proyek pembangunan jalan.Karir Rafi yang tadinya semulus jala
PENGANTIN PESANAN05 – Monster SesungguhnyaAkhirnya Katya terpilih juga.Perempuan itu tercengang tak percaya ketika diberitahu bahwa ada seseorang yang tertarik padanya.“Sayangnya bukan dari Amerika atau Inggris seperti yang kita harapkan. Dia orang Indonesia.”Katya tidak tau apapun mengenai Indonesia, namun dia tidak peduli, yang penting dia ingin segera pergi dari lubang neraka ini.“Besok mereka akan datang menjemputmu. Bersiaplah.” Anna, kepala agensi menatapnya dari atas sampai bawah, memeriksa penampilan Katya, “cuci rambut dan bersihkan tubuhmu. Apa kamu sudah menstruasi bulan ini?”Katya menelan ludahnya kemudian mengangguk, kepalanya tertunduk dalam-dalam, tidak berani menatap bola mata abu-abu dingin milik Anna. Perempuan setengah baya berwajah masam yang sering memukulinya dengan tongkat kayu.“Kalau begitu, pergi ke klinik. Kamu harus mempersiapkan di
PENGANTIN PESANAN06 – Pertemuan Pertama“Ha-hai, welcome… home. This is your home now.” Katya bisa merasakan lelaki yang berdiri di hadapannya ini gugup. Suaranya sedikit bergetar dan dia menghindari kontak mata.Lelaki yang bernama Daneshwara – ah, namanya sungguh terdengar menggoda dan eksotis.Pertama kali membaca namanya, Katya sudah penasaran seperti apa pribadinya. Dilihat dari foto yang ditunjukkan agensi, Daneshwara terlihat tampan dalam balutan jas resmi. Dia terlihat gagah dan berwibawa, terutama dengan kacamatanya.Katya menyukai lelaki yang percaya diri, kelihatan tangguh dan cerdas.Kacamata menambah kesan cerdas dari seorang pengacara Indonesia ini.Namun ternyata, Daneshwara kelihatan grogi bertemu dengannya. Mungkin lelaki ini tidak terbiasa dengan kehadiran perempuan?Ah, tapi tidak mungkin. Kalau dia tidak terbiasa dengan perempuan, bagaimana mungk
PENGANTIN PESANAN 07 – Wine and DineJarum jam menunjukkan pukul 18.30 WIB ketika mobil yang ditumpangi Danesh memasuki halaman rumah. Ucok yang sedang ngaso di teras sontak bergegas mematikan rokok yang diisapnya sedari tadi, kemudian berdiri menyambut majikannya. “Bos.” Wajah Danesh kelihatan suntuk, dia menyerahkan tas kerjanya pada Ucok dan bertanya, “Gimana?”“Beres, Bos. Meja dan makanan udah siap. Nona Rusia juga udah siap dari tadi.” Ucok nyengir, misinya akan usai begitu Danesh duduk di ruang makan. “OK. Gue mandi dulu.” Danesh mengendurkan dasinya. Dia menyelinap masuk ke rumah tanpa suara. Matanya mengedarkan pandang, berjaga-jaga jika Katya melihatnya datang. Namun, Katya tidak ada di mana-mana, sepertinya gadis itu masih betah di kamarnya. Danesh masuk ke kamarnya, mengunci pintu dan buru-buru masuk kamar mandi. Setelah terkena air hangat di sekujur tubuhnya
PENGANTIN PESANAN08 – Pilihan HatiDanesh bersyukur dia tidak pelit pada dirinya sendiri.Seperti yang dikatakan Rafi yang sedang mendekam di penjara, ratusan ribu dollar bukan apa-apa ketika yang datang adalah Katya.Perempuan dari Ukraina itu sungguh memesona.Di detik pertama Danesh melihat fotonya, ada yang berdesir dalam dadanya. Seketika itu juga, hatinya sudah menjatuhkan pilihan.Orang bilang, cinta dari mata turun ke hati. Itulah yang terjadi pada Daneshwara ketika melihat gambar Katya.Love at first sight. Pertama kali gambar Katya muncul di layarnya, Danesh membelalak tidak percaya. Bisakah perempuan secantik ini nyata?Dia sempat berpikir bahwa foto-foto itu dimanipulasi; pakai photoshop dan filter-filter yang sering digunakan anak-anak zaman sekarang di media sosial. Namun, ketika Mami meyakinkannya bahwa foto itu asli, Danesh langsung yakin kalau dia memang suka dengan Katya.
PENGANTIN PESANAN09 – Bayangan GairahAnna, atau yang akrab dipanggil Mamushka oleh gadis-gadis di agensi, sangat cermat dalam hal menyiapkan para gadis sebelum dikirim ke negara sang pengantin pria.Gadis-gadis cantik yang dipilih adalah komoditas utama agensi, jadi Anna fokus mengajarkan banyak hal pada mereka. Mulai dari cara menjadi istri yang baik; memasak, membereskan rumah, berkebun, menyetir mobil, berenang, berkuda dan sederet keahlian lainnya.Namun satu hal yang pasti, Anna mengajarkan seks.Kelas seks adalah hal pertama yang harus diikuti para gadis begitu mereka masuk ke dalam agensi.“Tujuan utama para lelaki ini adalah seks. Mereka bukan hanya mencari perempuan, namun juga seks. Itu sudah sepaket. Jadi artinya, ketika mereka memilih kalian, mereka mempunyai ketertarikan seks pada kalian.”Kali ini pengajar kelas seks mereka adalah Vilen dan Zhanna, sepasang lelaki dan perempuan
PENGANTIN PESANAN13 – Ponsel Pertama“Kamu mau yang warna apa?”Katya mendongak pada Danesh, mengalihkan pandangannya dari dua buah ponsel berwarna-warni di tangan lelaki itu.“Yang putih atau yang emas?” tanya Danesh lagi, di tangan kanan dan kirinya terdapat ponsel keluaran terbaru dengan logo apel digigit berwarna emas dan putih.“Sepertinya untuk Mbak Bule-nya cocok warna emas deh, Pak.” Seorang pramuniaga yang kelihatan andal mengenai produknya tersenyum pada Danesh, “tapi kalau mau warna yang lain, saya bisa ambilkan yang warna Sierra Blue.”Pramuniaga perempuan itu hendak masuk ke dalam gudang ketika tangan Katya menahannya, dia bergumam sambil menunjuk warna emas, “This.”Pramuniaga itu menoleh pada Danesh.“Bungkus yang ini, ya.” Danesh mengangkat ponsel berwarna emas di tangannya.“Siap, Pak.” Pramu
PENGANTIN PESANAN12 – Kencan Pertama“Udah bisa hubungi Mami?” pertanyaan itu datang dari kursi belakang van yang ditumpangi Tiga Serangkai; Danesh, Ucok dan Bromo.Ucok menoleh sekilas dan menyahut, “Belum, Bos. Nomornya enggak aktif, emailnya enggak dibalas.”Alis Danesh berkerut mendengarnya, “Lacak keberadaannya.”“Siap.”Bromo yang tidak banyak omong, mendadak saja bertanya, “Ada apa, Bos?”Belum sempat Danesh menyahut, Ucok sudah menyambar, “Hahaha…! Pasti soal Nona Rusia itu, ya?”Ucok yang duduk di kursi depan tidak menyadari tatapan mematikan yang Danesh layangkan padanya. Pengacara yang otaknya encer itu kemudian hanya menghela napasnya sambil kembali menekuni berkas yang berada di tangannya. Sesekali Danesh mendorong kacamatanya ke pangkal hidung, bibirnya sedikit berkerut setiap kali dia berkonsentrasi, sebelah tangan
PENGANTIN PESANAN11 – Pengacara AndalDanesh tidak merasa kalau dia mempunyai disfungsi ereksi sampai malam dia bertemu dengan Katya.“Lah, kenapa lu enggak jadi ngacengnya?” tanya Rafi heran.Dia yang sejak tadi mendengarkan cerita Danesh terheran-heran. Sesi pertemuan antara Pengacara dengan klien-nya di salah satu ruang Kepala Lapas malah jadi sesi curhat antar teman.Danesh mengembuskan napasnya, tanpa sengaja matanya melirik ke arah selangkangannya, dia memelototi organ seksual miliknya itu dengan sebal “Enggak tau. Kemarin waktu sama anak buahnya Mami gue lancar-lancar aja ….”“Tapi waktu itu lu enggak masukin ke dalem, ‘kan? Lu bilang mereka cuma ngisep punya lu aja.”Danesh mengangguk, “Iya, soalnya waktunya mepet, lagian gue harus segera pergi ….”Rafi teringat hari itu, setelah mengakui ingin memesan pengantin, Danesh langsung per
PENGANTIN PESANAN10 – Pengkhianatan Mantan Istri“Sayang, kamu mantep banget hari ini. Aku sampe kewalahan …. Kok enak banget ya main sama kamu? Beda sama istriku sendiri ….”“Jelas, kamu cintanya sama aku. Bukan sama istri kamu yang gembrot, bau ikan asin itu.”“Hahaha… iya, bener. Heran, kenapa si Danesh ini jarang main sama kamu. Padahal jepitan kamu nikmat banget.”“Halah, Danesh orgasmenya di ruang sidang, bukan di ranjang. Dia itu cepet lemes, baru juga aku pegang dan lenguh-lenguh dikit, dia suka muncrat duluan. Payah!”“Ah, serius?!”“Ya, enggak tau kenapa. Udah tanya ke dokter, katanya enggak ada masalah sama penisnya, tapi masalahnya ada di otaknya.”“Kenapa otaknya? Ada sekrup yang lepas di sana?”“Hahaha…. Enggak tau, deh. Bodo amat lah. Aku udah capek maklumin dia terus.&
PENGANTIN PESANAN09 – Bayangan GairahAnna, atau yang akrab dipanggil Mamushka oleh gadis-gadis di agensi, sangat cermat dalam hal menyiapkan para gadis sebelum dikirim ke negara sang pengantin pria.Gadis-gadis cantik yang dipilih adalah komoditas utama agensi, jadi Anna fokus mengajarkan banyak hal pada mereka. Mulai dari cara menjadi istri yang baik; memasak, membereskan rumah, berkebun, menyetir mobil, berenang, berkuda dan sederet keahlian lainnya.Namun satu hal yang pasti, Anna mengajarkan seks.Kelas seks adalah hal pertama yang harus diikuti para gadis begitu mereka masuk ke dalam agensi.“Tujuan utama para lelaki ini adalah seks. Mereka bukan hanya mencari perempuan, namun juga seks. Itu sudah sepaket. Jadi artinya, ketika mereka memilih kalian, mereka mempunyai ketertarikan seks pada kalian.”Kali ini pengajar kelas seks mereka adalah Vilen dan Zhanna, sepasang lelaki dan perempuan
PENGANTIN PESANAN08 – Pilihan HatiDanesh bersyukur dia tidak pelit pada dirinya sendiri.Seperti yang dikatakan Rafi yang sedang mendekam di penjara, ratusan ribu dollar bukan apa-apa ketika yang datang adalah Katya.Perempuan dari Ukraina itu sungguh memesona.Di detik pertama Danesh melihat fotonya, ada yang berdesir dalam dadanya. Seketika itu juga, hatinya sudah menjatuhkan pilihan.Orang bilang, cinta dari mata turun ke hati. Itulah yang terjadi pada Daneshwara ketika melihat gambar Katya.Love at first sight. Pertama kali gambar Katya muncul di layarnya, Danesh membelalak tidak percaya. Bisakah perempuan secantik ini nyata?Dia sempat berpikir bahwa foto-foto itu dimanipulasi; pakai photoshop dan filter-filter yang sering digunakan anak-anak zaman sekarang di media sosial. Namun, ketika Mami meyakinkannya bahwa foto itu asli, Danesh langsung yakin kalau dia memang suka dengan Katya.
PENGANTIN PESANAN 07 – Wine and DineJarum jam menunjukkan pukul 18.30 WIB ketika mobil yang ditumpangi Danesh memasuki halaman rumah. Ucok yang sedang ngaso di teras sontak bergegas mematikan rokok yang diisapnya sedari tadi, kemudian berdiri menyambut majikannya. “Bos.” Wajah Danesh kelihatan suntuk, dia menyerahkan tas kerjanya pada Ucok dan bertanya, “Gimana?”“Beres, Bos. Meja dan makanan udah siap. Nona Rusia juga udah siap dari tadi.” Ucok nyengir, misinya akan usai begitu Danesh duduk di ruang makan. “OK. Gue mandi dulu.” Danesh mengendurkan dasinya. Dia menyelinap masuk ke rumah tanpa suara. Matanya mengedarkan pandang, berjaga-jaga jika Katya melihatnya datang. Namun, Katya tidak ada di mana-mana, sepertinya gadis itu masih betah di kamarnya. Danesh masuk ke kamarnya, mengunci pintu dan buru-buru masuk kamar mandi. Setelah terkena air hangat di sekujur tubuhnya
PENGANTIN PESANAN06 – Pertemuan Pertama“Ha-hai, welcome… home. This is your home now.” Katya bisa merasakan lelaki yang berdiri di hadapannya ini gugup. Suaranya sedikit bergetar dan dia menghindari kontak mata.Lelaki yang bernama Daneshwara – ah, namanya sungguh terdengar menggoda dan eksotis.Pertama kali membaca namanya, Katya sudah penasaran seperti apa pribadinya. Dilihat dari foto yang ditunjukkan agensi, Daneshwara terlihat tampan dalam balutan jas resmi. Dia terlihat gagah dan berwibawa, terutama dengan kacamatanya.Katya menyukai lelaki yang percaya diri, kelihatan tangguh dan cerdas.Kacamata menambah kesan cerdas dari seorang pengacara Indonesia ini.Namun ternyata, Daneshwara kelihatan grogi bertemu dengannya. Mungkin lelaki ini tidak terbiasa dengan kehadiran perempuan?Ah, tapi tidak mungkin. Kalau dia tidak terbiasa dengan perempuan, bagaimana mungk
PENGANTIN PESANAN05 – Monster SesungguhnyaAkhirnya Katya terpilih juga.Perempuan itu tercengang tak percaya ketika diberitahu bahwa ada seseorang yang tertarik padanya.“Sayangnya bukan dari Amerika atau Inggris seperti yang kita harapkan. Dia orang Indonesia.”Katya tidak tau apapun mengenai Indonesia, namun dia tidak peduli, yang penting dia ingin segera pergi dari lubang neraka ini.“Besok mereka akan datang menjemputmu. Bersiaplah.” Anna, kepala agensi menatapnya dari atas sampai bawah, memeriksa penampilan Katya, “cuci rambut dan bersihkan tubuhmu. Apa kamu sudah menstruasi bulan ini?”Katya menelan ludahnya kemudian mengangguk, kepalanya tertunduk dalam-dalam, tidak berani menatap bola mata abu-abu dingin milik Anna. Perempuan setengah baya berwajah masam yang sering memukulinya dengan tongkat kayu.“Kalau begitu, pergi ke klinik. Kamu harus mempersiapkan di