Luna merasa bebannya sedikit hilang kala kedua teman ekhm.. sahabatnya begitu peduli dengannya. Lupakan candaan Hana dan Kai soal mentraktir lagi atau membelanjakan mereka. Luna cukup tahu diri memakai uang dari kartu Aiden dengan bijak.Mereka kembali ke kantor setelah kenyang dan waktu istirahat telah berakhir. Namun belum berhasil duduk pada kursi kerjanya, Bu Mega bersuara."Luna, Pak Marcell mencarimu."Eh? apa ini soal kemarin? tapi Hana bilang laporan penjualan telah ter-handle dan berhasil masuk ke email Pak Marcell kemarin.Tapi Luna tetap menurut dan langsung kembali menegakkan diri. Ia segera berjalan ke arah ruangan Marcell.Pintu ruangan Marcell telah terbuka ketika sekretarisnya baru saja keluar dari ruangan. Jadi Luna dapat lebih leluasa untuk masuk ke dalam."Kau cukup buat gaduh Bellagas akhir-akhir ini." Kalimat pertama begitu mata Marcell mendapati karyawan bandelnya.Luna menutup pintu ruangan berikut menyengir ke arah Marcell. "Maafkan saya," ungkap Luna mendekat
Luna menaruh curiga pada Selena, tapi harusnya ia sadar bahwa siapapun pacar Selena itu bukan urusannya. Meski pikiran jelek mengganggu dirinya, mungkin figur belakang Mr. A hanya mirip dengan seseorang yang tadi dipikirannya.Seperginya mobil pacar Selena, sebuah mobil Bentley berwarna putih memasuki halaman kediaman Wilson. Mata Luna membulat kala tahu siapa pengemudinya.Gadis itu tidak langsung beranjak pergi keluar rumah, melainkan tetap menyaksikan Aiden yang masuk ke dalam rumah setelah dipersilahkan penjaga di luar.Seingatnya ia tidak membuat janji dengan Aiden, apalagi Luna pulang kerja lebih awal dari biasanya. Dan Luna tidak memberitahu Aiden kalau dirinya ada di rumah."Selamat siang kakek," ucap Aiden menyapa Arthur yang sedang menikmati teh di halaman belakang. Kedatangan Adien ke kediaman Wilson memang untuk bertemu Arthur. Apalagi jika bukan mengobrol tentang pernikahan yang ingin ia segerakan.Arthur tersenyum mendapati calon menantunya datang ke rumah. "Bagaimana ka
Saat itu juga Darren tak mampu bergerak. Calon suami?Mari hitung berapa lama ia memutuskan Luna. Benar, tidak sampai sebulan mungkin hanya 16 atau 17 hari?"Ayo kita pulang! Oh tunggu kita ke supermarket dulu untuk belanja." Bak tidak ada Darren, Aiden mengajak Luna untuk pergi."Sampai jumpa Darren, kita pergi dulu." Itulah yang Luna ucapkan untuk menghormati keberadaan Darren. Berikutnya Luna menggandeng Aiden untuk pergi. Persetan dengan asumsi Darren, Luna sudah terlalu banyak berpikir akhir-akhir ini. Jadi biarkan semua mengalir tanpa dipusingkan."Kau kenapa tiba-tiba ada di sekitar sini?" Tanya Luna begitu mereka telah masuk ke dalam mobil."Aku berniat ke apartemenmu. Tapi aku tak sengaja melihatmu tadi di sana dengan Darren." Aiden sibuk melajukan mobilnya. "Darren itu teman apa?""Teman kerja. Kita dulu-" APA! Astaga Luna keceplosan. Bukankah harusnya Luna terlahir fokus untuk mengejar pendidikan kedokterannya? Gadis itu lantas melirik Aiden yang masih belum menyadari ucapa
Keberuntungan ada dipihak Luna begitu seorang maid mengetuk pintu kamar Giselle. Setelah dipersilahkan masuk, maid tersebut membawa satu paperbag kecil dan memberikannya pada Luna."Ini obat yang telah anda pesan nona," kata maid tersebut membuat senyum merekah pada bibir Luna. Selena selalu siap dengan keburukan yang terjadi."Terima kasih," kata Luna menerima paperbag dari tangan maid. Kemudian membuka isinya, sudah tertuliskan aturan minum pada clip obatnya."Ini untuk Ibu, aku sudah menyiapkannya begitu Aiden mengatakan Ibu sedang tidak enak badan. Aturan minumnya juga sudah tertulis, tolong bantu Ibu mengingatkan Aiden." Luna menoleh pada Aiden yang berdiri di sampingnya."Tentu saja, terima kasih ya sayang sudah memeriksa Ibu dan memberinya obat."Semua telah terselesaikan. Sisanya Luna hanya perlu mengakrabkan diri pada Giselle. Membicarakan kebiasaan, kegiatan masing-masing, hal apa yang disukai dan pertanyaan apakah Luna bisa memasak?"Aku terlalu sibuk pada pendidikanku samp
Luna melebarkanya senyumnya, melihat Aiden yang kali ini sangat menginginkannya. Namun yang Luna lakukan hanyalah diam memeluk tubuh Aiden. Luna belum siap melakukan lebih. Tapi dirinya sangat nyaman mendekap tubuh tegap Aiden. Hangat. Dan Luna merasa aman. Tangan Luna mengelus-elus punggung laki-laki itu. Meredakan nafsu Aiden agar tidak terlalu berlebihan. Aiden bahkan sudah menutup matanya menikmati pelukan tanpa nafsu yang Luna ciptakan. "Aku suka dipeluk," kata Luna. Menyadari bahwa sendirian ternyata adalah hal buruk. Ingatannya berputar pada kejadian Ibunya yang telah tiada. Begitu juga Ayahnya yang telah pergi dengan selingkuhannya. Luna menjalani harinya seorang diri. Bekerja keras untuk menghidupi dirinya sendiri. Menutup diri, tidak terbuka dengan teman-temannya. Satu-satunya lelaki yang telah berhasil masuk adalah Darren Addison. Namun, ternyata tidak selama yang Luna kira. People come and go, termasuk Darren. Mungkin membuka hati tidak seburuk itu, bukankah semasa muda
Luna kalang kabut melihat sosok yang ia kenal ada di dalam ruang rapat. Bellagas sendiri mendesain ruang rapat dengan kaca sebagai pembatas dari luar.Jadi mau bagaimana lagi, Luna harus menutup wajahnya dengan map. Astaga pakaiannya akan mudah dikenali jika Aiden melirik ke arah luar. Luna segera pergi meninggalkan ruang rapat dan kembali masuk ke lift.Persetan dengan Bu Mega, Luna akan menyuruh Hana atau Kai yang mengantar saja. Demi keamanan dan kenyamanan keluarga Wilson Luna harus bersembunyi dari Aiden ketika di Bellagas.Di dalam lift Luna mengetik nama Perusahaan yang Kai sebutkan tadi pada ponsel. Ia perlu mencari informasi lebih terkait Perusahaan itu.Silk Splurge.Berdiri sejak 2019. Bergerak di bidang produksi kain. Perusahaan yang baru berjalan 5 tahun ini langsung melejit ketika konsumen mengetahui bahwa Silk Splurge adalah Perusahaan di bawah naungan Ellworth company. Tidak diherankan lagi jika Perusahaan yang didirikan keluarga Ellworth selalu berkembang dengan pesat
Aiden menunggu jawaban Luna meski gadis itu tidak segera menjawab. Detik berikutnya Luna mendengus dan beranjak dari pangkuan Aiden. "Apasih! katamu mau bercerita rahasia." Gadis itu jadi sebal sendiri. Kemudian mengambill duduk di samping Aiden dan memangku bantal sofa.Aiden terkekeh melihat tingkah Luna yang jadi kesal. Gadis itu lalu teralih pada paperbag di atas meja, tangannya meraih dan membuka isi di dalamnya. Masih ada kotak yang membungkus tas tersebut.Luna memangku kotak tersebut, meletakkan paperbagnya di bawah sofa. Sedang Aiden hanya perlu memperhatikan, ia menunggu raut wajah gadis itu menjadi bahagia."Waa," gumam Luna ketika membuka penutup kotaknya.Tetapi Luna tidak menunjukkan wajah bahagianya. Wajahnya tampak biasa saja dan datar. Aiden sepertinya melakukan kesalahan, tentu saja tas Celine gampak biasa di mata Luna. Gadis itu saja kemarin menenteng Birkin."Kau tidak suka?" Tanya Aiden, tubuhnya yang tadinya bersandar pada sofa jadi menegak mendekat pada Luna."A
Pesta berjalan dengan luar biasa meriah. Luna harus menahan diri untuk bersikap ramah di depan dua saudaranya yang tampak sarkas itu. Di depan keluarga Aiden, dan tentu di depan kolega bisnis dari kedua keluarga. Luna harus menceritakan bagaimana susahnya menempuh pendidikan kedokteran, menceritakan kejadian lucu pada pasien di rumah sakit, dan memberi saran tipis-tipis atas keluhan dari salah satu atau salah dua tamu undangan. Begitu selesai membersihkan diri dan mengeringkan rambut, ia menyadari satu hal. Matanya terpejam merutuki diri sendiri. Luna menyanggupi menikah dengan Aiden, tapi ia melupakan bahwa dirinya harus melakukan malam pertama dengan laki-laki itu.Pipi Luna memerah begitu Aiden yang baru keluar kamar mandi dengan hanya memakai handuk yang melilit di pinggang. Luna kembali sibuk pada rambutnya yang masih basah. Mengabaikan atensi Aiden yang mondari mandir di belakangnya untuk merapikan sesuatu atau berganti baju. Aroma yang menguar dari tubuh Aiden cukup menggang