Share

Jerat yang Mengunci

Penulis: Sri_Eahyuni
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-13 23:05:08

“Emm... A-aku harus ngomong apa, Pa?” tanya Diana gugup, suaranya nyaris tenggelam dalam udara tegang yang menyelimuti ruangan.

Oma Mentari mendecakkan lidah, ekspresinya penuh ejekan. “Ckck, sungguh mengecewakan, Diana. Aku pikir, dengan semua kepintaran dan kelicikanmu, kamu bisa menyembunyikan semuanya lebih lama. Tapi ternyata, aku salah.”

Diana melirik ibu mertuanya dengan tajam, mencoba menahan rasa takut yang menjalari tubuhnya. Semua pintu kini terasa seperti jebakan. Tidak ada jalan keluar.

“Aku tidak mengerti apa yang kalian bicarakan. Apa maksudnya semua ini?” tanyanya, berusaha memutar balik situasi sambil menatap satu per satu orang di hadapannya.

Azka meraih amplop putih dari meja di depannya dan melemparkan benda itu ke arah Diana. Suara keras amplop yang menghantam meja membuat Diana terlonjak. “Ini dia, bukti pengkhianatanmu, Diana!”

Diana memandang amplop itu dengan ngeri, tangannya gemetar saat meraihnya. Ia membuka amplop perlahan, dan begitu melihat isinya, wajahn
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Pengantin Pengganti Untuk Tuan Excel    Diana Memberontak

    Diana panik. Tangannya mencoba melepaskan diri dari genggaman polisi yang tegas menahannya. Ia mundur selangkah, matanya liar mencari celah untuk melarikan diri."Pak, memangnya salah saya apa? Kenapa saya ditangkap? Saya enggak salah apa-apa!" serunya dengan nada tinggi, penuh amarah.Salah satu polisi, seorang pria berusia paruh baya dengan raut wajah datar, menatap Diana tanpa menunjukkan emosi. “Sebaiknya Ibu ikut kami ke kantor. Semua akan dijelaskan di sana,” jawabnya tegas.Diana mendengus, memberontak dengan sisa tenaga yang ia miliki. “Tidak, saya tidak mau! Saya enggak salah apa-apa! Kalian salah orang!” teriaknya, mencoba menarik tangannya sekuat tenaga, namun sia-sia.Polisi lainnya, seorang wanita muda dengan seragam rapi, mencoba menenangkan Diana. “Bu Diana, tenang. Perlawanan Anda hanya akan memperburuk situasi. Jika Anda merasa tidak bersalah, buktikan saja di kantor polisi,” katanya lembut, namun tegas.“Buktikan? Apa in

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-14
  • Pengantin Pengganti Untuk Tuan Excel    Sentuhan yang Mengusik

    Diana menelan ludah, matanya bergeser dari wajah Zarek ke dokumen itu. Sementara Zarek tampak lebih tegang dari sebelumnya, peluh di dahinya mulai mengalir meski ruangan itu cukup dingin. Perlahan, polisi membuka dokumen itu, memperlihatkan sejumlah foto dan laporan yang membuat Diana dan Zarek semakin resah."Ini adalah catatan transaksi yang kami temukan di salah satu rekening offshore yang terhubung dengan nama kalian berdua, dan jumlahnya tidak kecil," ujar polisi dengan nada dingin. Diana membeku. "Itu pasti salah paham. Kami tidak pernah memiliki rekening seperti itu," ujarnya, mencoba terdengar tenang meski suaranya bergetar.Zarek, yang sebelumnya diam, mendadak bersuara. "Memang bukan rekening kami. Bisa saja itu rekayasa untuk menjebak kami." Matanya tajam menatap polisi, berusaha menunjukkan keyakinan.Polisi mengabaikan protes mereka dan melanjutkan, "Rekening ini bukan hanya soal uang. Ada komunikasi yang berhasil kami pulihkan. Nama

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-14
  • Pengantin Pengganti Untuk Tuan Excel    Perasaan yang Tumbuh

    "Aaaa...!!" Nur spontan menjauhkan tangan Excel dari pipinya dan berteriak sambil mendorong tubuh sang suami. Wajahnya tampak panik dan penuh curiga.Excel terbangun seketika. Ia mengusap wajahnya dengan kebingungan. "Astaghfirullah, Nur, kenapa kamu teriak-teriak? Mimpi buruk?" tanyanya dengan nada khawatir.Nur tidak langsung menjawab. Ia dengan cepat mengintip tubuhnya yang masih terbungkus selimut, memastikan piyamanya tetap utuh. Setelah itu, ia menarik selimut lebih rapat sambil menghembuskan napas lega."Kak Excel, ngapain tidur di sini? Biasanya kan tidur di sofa?" Nur bertanya penuh selidik, menunjuk ke arah sofa yang terletak tak jauh dari ranjang dengan dagunya.Excel mengangkat alisnya, berusaha menahan senyum. "Ya tidur bareng istri lah, emangnya ada yang salah?""Em... Enggak juga sih, tapi..." Nur menggigit bibir bawahnya, ragu melanjutkan.Excel langsung memotong. "Enggak usah khawatir, aku enggak ngapa-ngapain ka

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-15
  • Pengantin Pengganti Untuk Tuan Excel    Ketika Bapak Tahu

    "Bulik...!" pekik Kayla. Ia segera menghampiri sang tante dan menghambur memeluknya.Dengan senang hati, Nur membalas pelukan itu dan menggendong keponakannya. "Bulik, kenapa lama enggak main. Aku kangen," ucap gadis kecil berusia enam tahun itu."Maaf ya, Kay, Bulik sibuk sama kuliah. Bulik juga kangen banget sama Kayla, gimana kabarnya Kayla?" tanya Nur sembari tersenyum menatap keponakannya yang sedang cemberut."Kalau kita udah kuliah berarti enggak punya waktu buat main ya, dan harus belajar terus? Pasti, Bulik, capek banget kan? Kabarku bahagia sekali karena bisa ketemu Bulikku yang cantik lagi," balas Kayla dengan tersenyum lucu membuat Nur mencubit gemas pipi Kayla yang semakin gembul."Enggak juga sih, karena baru awal-awal aja kok. Makasih ya, Sayang, Bulik juga kangen banget sama ponakan yang cantik, lucu, dan gemesin ini, apalagi sekarang makin gembul aja kamu, makin poll imutnya," kata Nur membuat Kayla semakin tertawa."Kamu main dulu ya sama adek Sofyan, Bulik mau bic

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-19
  • Pengantin Pengganti Untuk Tuan Excel    Panik

    Nur dan Lia tampak gelagapan, Nur mengambil tisu yang ada di atas meja untuk mengelap wajahnya.Lia dan Nur saling berpandangan, mencoba mencari akal dengan cepat. Lia menelan ludah, sementara Nur menggigit bibir, berpikir keras untuk menjawab pertanyaan Bapak mereka yang terus menatap tajam melalui layar."Bapak..." Lia akhirnya membuka suara, meskipun suaranya terdengar sedikit gemetar. "Ini... Ini cuma—""Ini cuma efek kamera, Pak!" potong Nur dengan cepat, berusaha terdengar meyakinkan sambil tersenyum lebar. Ia menggerakkan tangannya ke depan kamera, seolah-olah sedang memperbaiki pencahayaan. "Kameranya, nih, kurang bagus. Jadi kelihatan aneh.""Efek kamera?" alis Bapak semakin mengernyit. "Kenapa wajahmu seperti habis menangis, Nur? Apa yang sebenarnya terjadi?"Nur langsung melambaikan tangannya dengan ekspresi santai, meskipun dalam hati ia kalut. "Ah, Bapak ini! Enggak kok, serius. Tadi cuma habis pakai masker wajah, terus enggak bersih bilasnya. Lihat nih, aku lagi lap paka

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-21
  • Pengantin Pengganti Untuk Tuan Excel    Bulan Madu

    Excel memutar gagang pintu dengan cepat, tapi terkunci. Ia mengetuk-ngetuk pintu dengan panik."Nur! Buka pintunya! Kamu kenapa?" teriak Excel, suaranya penuh kekhawatiran.Dari dalam kamar mandi, terdengar suara Nur yang jelas-jelas ketakutan. "A-ada kecoa, Kak! Besar banget! Tolong!"Excel terdiam sejenak, lalu menghela napas panjang. Ia menahan tawa yang hampir pecah. “Nur, itu cuma kecoa. Masa kamu takut banget?” godanya."Tapi Kak, dia terbang! Aku gak bisa keluar kalau kecoa itu masih di sini!" jawab Nur dengan suara nyaris menangis.Excel mengusap wajahnya, berusaha menahan diri untuk tidak tertawa lebih keras. “Oke, oke. Kamu jangan panik. Buka pintunya pelan-pelan, aku masuk buat ngusir kecoanya.”Setelah beberapa detik, suara kunci diputar terdengar, dan pintu terbuka sedikit. Excel melongok ke dalam, melihat Nur berdiri di atas tutup kloset, memeluk handuk dengan wajah pucat.“Kamu serius naik ke situ karena k

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-21
  • Pengantin Pengganti Untuk Tuan Excel    Dekapan dalam Cinta

    Excel menghela napas panjang sebelum menjawab, "Baiklah, Pak." Sambungan terputus, meninggalkan segudang tanda tanya di benaknya. "Ada apa sebenarnya ya?" gumamnya pelan.Ketika ia menoleh, Excel mendapati Nur sudah tertidur, kepalanya bersandar nyaman di pundaknya. Sesaat, dunia terasa berhenti. Mata Excel melembut, menatap wajah istrinya yang tenang dan damai. Cahaya lampu redup di ruang tamu memantulkan kehangatan di wajah Nur, membuatnya tampak begitu menawan.Dengan gerakan hati-hati, Excel mengulurkan tangan, menyibakkan helaian rambut yang menutupi wajah Nur. "Cantik," gumamnya nyaris tanpa suara, seolah bicara pada dirinya sendiri. Matanya terpaku pada bibir mungil Nur, yang sedikit terbuka dalam tidurnya. Godaan untuk mencium bibir itu melintas, begitu kuat hingga membuatnya mendekat perlahan.Namun, gerakan kecil Nur membuatnya tersadar. Excel menarik diri, menggeleng pelan sambil tersenyum. "Apa yang aku lakukan?" bisik Excel, setengah menertawakan dirinya sendiri.Excel

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-23
  • Pengantin Pengganti Untuk Tuan Excel    Teka-teki Bulan Madu

    Satu bulan telah berlalu sejak Mahendra Grup nyaris lumpuh. Berkat bantuan dana dari Heri yang terus mengucur, perusahaan perlahan bangkit dari keterpurukan. Excel bekerja keras siang dan malam, memastikan setiap celah masalah tertutup rapat. Namun, ada satu hal yang terus mengusik pikirannya—siapa saja pelaku yang sebenarnya di balik pembocoran dana perusahaan.Hari ini, jawaban akhirnya terkuak. Excel memanggil seluruh jajaran direksi ke ruang rapat. Di antara mereka, Bu Tari, kepala divisi legal, duduk dengan ekspresi tegang.Excel membuka pertemuan dengan nada tegas. "Setelah penyelidikan mendalam, kami menemukan bukti bahwa salah satu dari kita terlibat dalam pembocoran dana perusahaan. Dan bukti itu mengarah pada Anda, Bu Tari."Ruangan mendadak sunyi. Semua mata tertuju pada Bu Tari, yang wajahnya seketika pucat."Tuan Excel, tunggu. Saya bisa jelaskan," ucap Bu Tari, suaranya bergetar.Excel mengangkat tangan, menghentikan Bu Tari

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-23

Bab terbaru

  • Pengantin Pengganti Untuk Tuan Excel    Budak Cinta

    Dini hari setelah selesai menunaikan kewajiban dua rakaat, Nur bersiap untuk pulang ke kediaman Excel Mahendra.“Kak, aku pulang dulu ya. Kamu cepat sembuh, biar kita bisa pulang bersama,” ucap Nur lirih, suaranya nyaris tenggelam oleh keheningan ruang rawat. Ia menatap wajah Excel yang masih tertidur pulas, napasnya teratur, seolah sedang bermimpi damai.Nur menggigit bibir bawahnya, menahan haru. Karena tak berani mencium suaminya, ia hanya mencium jari telunjuk dan jari manisnya sendiri, lalu menempelkannya lembut pada pipi Excel.“Kak, aku percaya kamu pasti akan ingat semuanya lagi,” bisik Nur dengan mata berkaca-kaca sebelum beranjak pergi.Langkah Nur pelan saat melewati koridor rumah sakit. Pikirannya penuh dengan kenangan bersama Excel, juga rasa cemas yang tak kunjung sirna. Setiap detik Excel masih terbaring di sana, hatinya terasa tercekat oleh ketakutan kehilangan.Saat Nur keluar dari pintu utama rumah sakit, udara dingin di

  • Pengantin Pengganti Untuk Tuan Excel    Bukti Cinta

    Nur tertegun. Senyum bahagianya perlahan menghilang. "Kak... Ini aku, Nur... Istrimu..."Excel menggeleng pelan. "Aku... Aku enggak ingat," jawabnya, lalu menatap sekeliling dengan bingung.Dokter yang masih berada di dekat mereka segera memeriksa Excel lebih lanjut. "Ini kemungkinan efek dari mati suri. Otaknya mungkin mengalami trauma yang menyebabkan amnesia sementara," jelasnya.Nur menatap dokter dengan mata penuh kekhawatiran. "Amnesia? Apa itu berarti Kak Excel tidak akan ingat siapa pun dari kami?"Dokter menenangkan Nur. "Amnesia bisa bersifat sementara, Ibu. Dengan perawatan dan waktu, ingatannya mungkin akan kembali. Yang penting sekarang, kita pastikan kondisinya stabil dulu."Azka memegang tangan Excel, menggenggamnya erat. "Nak, kamu gak perlu khawatir. Kami akan ada di sini untukmu. Kami akan bantu kamu ingat semuanya."Excel memandang ayahnya dengan tatapan kosong. Nur duduk di sisi Excel, menggenggam tangannya dengan lembut."Kak Excel, enggak apa-apa kalau kamu engga

  • Pengantin Pengganti Untuk Tuan Excel    Berduka

    Lia tak menyangka sang adik terlihat begitu terpukul. Ia memandang Nur yang terus menggenggam tangan Excel, tubuhnya gemetar di tengah isaknya yang tak kunjung reda."Apa Nur begitu mencintai Excel?" batin Lia.Lia memeluk sang adik sambil menepuk lembut bahunya. "Sabar, Nur. Semua ini sudah takdir. Excel pasti ingin kamu kuat," ucap Lia, berusaha menghibur meski hatinya juga pilu.Nur menggeleng keras, wajahnya basah oleh air mata. "Tapi, Mbak, Kak Excel sudah janji kita akan bersama terus. Kebersamaan kita baru sebentar. Aku gak mau dia pergi secepat ini," isaknya dengan suara parau. Kepalanya bersandar di bahu Lia, tubuhnya lemah seolah tak sanggup menopang beban perasaan yang begitu berat.Lia menyeka keringat yang membanjiri kening sang adik. Namun, tiba-tiba tubuh Nur melemas, dan kesadarannya hilang."Nur! Nur, bangun!" pekik Lia panik sambil mengguncang pelan tubuh adiknya.Heri, yang sejak tadi hanya mematung, segera bergerak menghampiri. "Biar aku yang bawa dia!" katanya cep

  • Pengantin Pengganti Untuk Tuan Excel    Kak Excel, Jangan Pergi

    Setibanya di depan rumah sakit, sebuah ambulans berhenti tak jauh dari mereka. Suara sirene yang sebelumnya terdengar kini mereda, meninggalkan keheningan yang terasa berat. Perawat itu menghentikan kursi roda Nur, memastikan semuanya baik-baik saja.Ambulans yang berhenti di depan rumah sakit itu memang ditujukan untuk mengangkut Excel. Petugas medis yang sebelumnya mendorong brankar keluar dari ruang ICU kini melangkah cepat ke arah ambulans, memastikan semuanya siap untuk perjalanan.Nur memejamkan mata, bibirnya bergetar lirih. "Ya Allah, jika Engkau masih berkenan memberiku waktu untuk bersamanya, lindungilah dia. Jangan biarkan dia pergi sebelum aku sempat mengucapkan betapa aku mencintainya. Berikanlah kekuatan untuknya, Ya Rabb, karena aku terlalu lemah untuk kehilangan dia. Di hatiku, kak Excel bukan hanya seorang suami, melainkan separuh napas yang aku butuhkan untuk bertahan. Dia telah menjadi candu yang tak bisa kulepaskan, meski sekejap saja.

  • Pengantin Pengganti Untuk Tuan Excel    Membaik

    Ruangan itu masih diliputi keheningan. Dokter dan asistennya sibuk mempersiapkan peralatan untuk memindahkan Excel, sementara Nur tetap memandang Azka dengan tatapan penuh tanya. Kecemasan menyelimuti wajahnya, tetapi ia mencoba menahan diri agar tetap tenang. "Nur, sebelumnya Papa sudah berdiskusi dengan dokter dan juga nak Heri. Excel akan dipindahkan ke rumah sakit di Jakarta. Dengan begitu, Papa bisa terus memantau keadaannya tanpa meninggalkan pekerjaan di kantor yang sedang banyak sekali. Apalagi, perusahaan masih dalam proses pemulihan. Tidak mungkin kan Papa meninggalkannya terlalu lama." "Nur, Mbak-mu juga enggak mungkin meninggalkan anak-anak terlalu lama. Jadi, nanti di Jakarta kamu tinggal bersama kami dulu. Lia bisa lebih mudah merawatmu dan memastikan keadaanmu pulih kembali," sahut Heri sambil menatap Nur dengan serius. Lia yang masih berdiri di samping Nur mengangguk setuju. "Iya, Nur. Ku rasa itu jauh lebih baik. Lag

  • Pengantin Pengganti Untuk Tuan Excel    Panik

    "Tapi, Mbak, Kak Excel beda. Aku suka sama dia sejak pertama kali bertemu, jadi izinkan aku untuk memperjuangkan perasaan ini. Dia nggak pernah memaksa aku untuk apa-apa. Dia selalu bilang kalau dia ingin semuanya berjalan sesuai kehendak aku juga," jawab Nur, mencoba meyakinkan Lia. Air mata yang sejak tadi ia bendung lolos begitu saja membanjiri wajah pucatnya.Lia mendengus kecil, meletakkan mangkok yang masih di pegang ke atas nakas lalu melipat tangannya di depan dada. "Ucapan manis begitu sudah sering aku dengar, Nur. Kamu tahu apa? Mereka bilang begitu cuma untuk bikin kita lengah. Jangan sampai kamu menyesal di kemudian hari," ujar Lia memperingati.Nur menggigit bibirnya, merasa kecil di hadapan Lia. "Aku tahu, Mbak. Tapi selama ini Kak Excel nggak pernah menyakitiku. Dia perhatian, dia...""Dia perhatian? Nur, perhatian itu bukan tanda cinta. Kadang itu cuma cara untuk menguasai hati kita tanpa kita sadar," potong Lia. "Dengar

  • Pengantin Pengganti Untuk Tuan Excel    Akhirnya Jujur

    _"Mas Azka,Maafkan aku atas segala luka yang pernah kutorehkan di hatimu. Aku tahu, aku telah menghancurkan kepercayaan dan cinta kita. Nafsu sesaat telah membutakan mata dan hatiku. Untuk putraku, Excel, maafkan Mama yang gagal menjadi sosok ibu seperti yang seharusnya. Mama tidak pernah benar-benar membenci kalian. Mama hanya marah pada diri sendiri, pada kelemahan yang membuat Mama tenggelam dalam rasa sakit tanpa mampu melawan. Excel, jaga istrimu baik-baik. Dia lebih kuat dari yang pernah Mama duga, dan kekuatannya akan menjadi cahaya dalam keluarga kalian. Semoga Tuhan mengampuni semua kesalahanku."_Air mata Azka mengalir tanpa bisa ia tahan. Setiap kata pada surat itu menghantam hatinya dengan perasaan campur aduk—kesedihan, penyesalan, dan pengertian. Surat itu terasa seperti jeritan terakhir Diana, mencoba meminta pengampunan yang terlambat.Azka memejamkan mata, menggenggam surat itu erat di tangannya. "Diana... kenapa kamu baru mengatakan ini sekarang?" bisiknya pelan, s

  • Pengantin Pengganti Untuk Tuan Excel    Surat Wasiat

    Lia yang baru saja mendapat kabar dari Azka langsung memutuskan untuk terbang ke Bali bersama Heri, suaminya, meninggalkan anak-anak mereka di rumah."Astaga, Nur, kamu benar-benar bikin repot! Kenapa kamu enggak pernah dengerin omonganku? Bagaimana aku menjelaskan ini pada Bapak dan Mamak?" Lia terus menangis, suaranya bergetar penuh emosi. Di dalam mobil yang dikemudikan Pak Supri menuju bandara, air mata tak henti mengalir di pipinya.Heri, yang duduk di sampingnya, hanya bisa merangkul pelan, mencoba menenangkan istrinya. "Sabar, Li. Kita belum tahu apa yang sebenarnya terjadi. Jangan langsung menyalahkan Nur sebelum kita mendengarnya sendiri."Lia mengusap wajahnya dengan kasar, mencoba mengendalikan diri, tetapi hatinya terasa semakin berat. "Tapi Bang, dia itu keras kepala banget. Coba aja kalau dia enggak nikah sama Excel engak bakal ada kejadian kayak gini. Lagian kenapa Nur seakan-akan lupa dengan syarat yang dia buat sendiri. Aku sudah capek mem

  • Pengantin Pengganti Untuk Tuan Excel    Innalilahi

    Mata Nur membelalak. Air mata mulai mengalir di pipinya, namun Diana justru tertawa sinis melihat ketakutannya. Saat ia akan membalas, Diana lebih dulu mencela."Kamu pikir ada yang bakal datang menyelamatkanmu? Tidak ada, Nur. Kali ini, kamu hanya punya aku dan amarahku," lanjut Diana sambil memegang dagu Nur dengan kasar.Diana berdiri tegak, mengambil sebuah pisau kecil dari dalam saku jaketnya. Ia memainkan benda itu dengan santai, seolah ingin menambah ketegangan Nur."Kamu tahu," kata Diana sambil menatap pisau di tangannya, "aku sudah kehilangan segalanya. Suami, kebebasanku, rencanaku. Dan semua itu karena kamu. Jadi, apa salahnya kalau aku ambil sesuatu darimu juga?"Nur gemetar hebat, tubuhnya seakan membeku. Ia tahu Diana sedang di ujung kewarasan, dan ini bukan hanya ancaman kosong.Tak lama, Zarek kembali dengan membawa sebotol cairan bening. "Sudah siap, Tante," katanya dingin.Diana berbalik dengan senyum puas. "Bagus. Kita akan mulai pertunjukannya sekarang."Zarek men

DMCA.com Protection Status