"Huah ...." Seorang wanita dengan baju tidurnya yang berwarna merah marun itu sedang duduk di ruang tengah. Dengan sebelah tangan ia menutup mulutnya yang menganga lebar karena menguap menahan kantuk.Tampak kedua mata lentiknya itu beberapa kali melirik ke arah jam dinding yang terpajang di atas televisi yang ada di hadapannya. Dan waktu sudah menujukan pukul sepuluh malam, membuat wanita itu mulai mengeluh dan menggerutu karena kesal."Ih ... lama banget sih, dia! Kenapa dia tidak pulang-pulang?" Karena pengaruh obat yang diminumnya tadi, membuat Nayla sangat mengantuk. Sehingga keinginanya untuk menunggu Arga pulang, harus ia urungkan."Mana aku ngantuk banget lagi, mending aku tidur aja, deh!"Sebenarnya ia sudah tidak sabar ingin bertemu dengan lelaki itu. Bukan karena rindu ataupun karena ia senang jika bertemu dengannya. Melainkan ia hanya ingin menyapaikan beberapa pertanyaan dan keinginannya.Namun karena rasa kantuknya ini, sehingga kini perempuan cantik itu lebih memilih u
Pada akhirnya semalam Nayla kembali menghabiskan malam panas dengan Arga. Dengan penuh gairah dan juga nafsu yang begitu menggebu, laki-laki itu terus menyerangnya tampa ampun. Hingga Nayla dibuat kualahan dan tidak berdaya olehnya.Ya, katakanlah kalau dirinya itu entah munafik atau apapun juga itu namanya. Karena pada awalnya ia ingin sekali menolak dan melawannya. Namun, pada kenyataanya tubuhnya malah berkata lain. Dengan lambat laun wanita itu malah merespon, ikut terbuai oleh permainannya dan begitu menikmati persatuan mereka.Sehingga membuat keduanya bergumul dengan waktu yang cukup lama. Tenaga Arga yang seakan tiada habisnya itu terus menyerangnya, hingga mereka beberapa kali sampai di puncak kenikamatan bersama.Setelah keduanya sudah merasa terpuaskan, dalam keadaan yang masih polos mereka tertidur dengan saling berpelukan. Hingga keesokan paginya, Nayla yang merasa kelelahan karena aksi panasnya semalam, membuatnya bangun kesiangan.Dengan sedikit linglung wanita itu terb
Dengan raut wajah keheranan, wanita berlesung pipi itu segera membuka map tersebut. Ia melihat ada beberapa lembar kertas yang dipenuhi oleh deretan huruf yang berjejer rapi di sana.Lalu ia mulai membaca tiap tulisan yang tertera di atas kertas itu. Di sana tertulis surat perjanjian."Apa-apaan ini? Apakah dia sudah gila? Berarti dia ingin mengikatku dengan perjajian konyol ini?" batin Nayla yang merasa syok ketika membaca isi surat perjanjian itu.Di mana isi di dalam surat perjanjian tersebut menyatakan.Kalau Nayla harus bersedia menjadi istri sirinya. Dia harus patuh dan tunduk padanya. Dia dilarang berhubungan dengan siapapun terutama dengan laki-laki lain. Dia tidak boleh keluar rumah kecuali atas ijinnya ataupun pergi bersama dirinya.Lalu apa bila ia sampai mengandung dan melahirkan seorang anak, setelah anak itu lahir, ia harus menyerahkan anak itu padanya. Dan selama Arga masih terus menginginkannta maka dia akan tetap menjadi wanitanya.Terkecuali jika lelaki itu sudah mer
"Apa yang akan kau lakukan pada ibuku?" Dengan mata yang melotot tajam, Nayla menatapnya nanar.Namun lelaki itu malah tertawa lantang melihatnya. "Hahaha ... ya mungkin aku bisa saja membuat ibumu menjadi lebih parah lagi dari yang sekarang.""Aku dengar ... ibumu itu sedang sakit, kan? Dan ku rasa kau pasti butuh biaya banyak untuk merawatnya. Bagaimana jika kita melakukan kesepakatan, agar kau bisa membiayai pengobatan ibumu itu?" Sembari mengusap kepalanya, dengan sengaja pria itu tersenyum mengejeknya. Nayla yang sangat marah, langsung menepis tangan itu dari kepalanya. "Jangan sentuh aku! Dasar bajingan, brengsek kau, Arga! Aku tidak butuh uang darimu. Berikan saja uang itu untuk wanitamu, nanti!" ucap Nayla, menatapnya dengan penuh kebencian. Begitu juga dengannya. Laki-laki berbadan atletis itu juga balas menatapnya tajam. Terlihat jelas aura permusuhan di antara keduanya."Ya, aku memang laki-laki brengksek dan bajingan yang akan selalu menyentuhmu dan akan selalu menikmat
Dengan raut wajah datarnya, Nayla hanya terdiam duduk di depan cemin meja rias. Sorot matanya tampak kosong menyorot ke arah cermin yang ada di hadapannya. Dirinya kini terlihat begitu cantik nan anggun, dengan balutan kebaya putih yang melekat indah di tubuh rampingnya. Rambutnya juga disanggul dan wajahnya telah dimake-up oleh kedua orang perias tadi.Sungguh Ia tidak mengerti kenapa ia dirias seperti itu?"Nah, sekarang Nona sudah siap," ucap salah satu orang perias. Yang membuat wanita cantik dengan kebaya putihnya itu terlonjak kaget dan tersadar dari lamunannya."Wah ... lihatlah! Nona benar-benar cantik. Pantas saja Tuan Arga sampai bisa jatuh hati kepada Anda," celetuk orang yang satunya lagi.Nayla hanya tersenyum kecut merespon ucapan keduanya. "Mari kita keluar sekarang, Nona! Pasti Arga sudah tidak sabar menunggu Anda di luar sana," kata si perias itu lagi. Membuat Nayla mengerutkan dahinya semakin merasa kebingungan saja. "Hah! Arga menungguku di luar? Sebenarnya mau
"Marilah kita merayakan malam pertama kita, Nayla!" bisik Arga di dekat telinganya.Nayla merinding mendengar ucapan Arga. Sungguh kali ini ia sudah tidak bisa berbuat apa-apa. Meskipun hatinya dipenuhi kebencian dan amarah yang begitu kuat. Pada akhirnya ia hanya bisa pasrah membiarkan Arga berbuat semaunya.Dengan lembut laki-laki itu mulai menelusuri leher jenjang Nayla dengan bibirnya. Sesekali ia memberikan gigitan-gigitan kecil di leher itu. Dan meninggalkan kismark yang tampak kontras di kulit putihnya. Membuat Nayla meringis kesakitan sekaligus nikmat.Arga membuka sanggul Rania dengan hati-hati. Setelah itu dia membuka kebaya bagian bawah yang masih dikenakan oleh wanita itu.Nayla memasang wajah datarnya, berusaha untuk tidak terpengaruh olehnya. Sudah cukup dia merasa bodoh, ketika dirinya sangat terpengaruh dengan percintaan mereka yang terakhir kali.Meskipun dia kemarin sudah berusaha menolaknya, tapi kenyataanya dia malah terlena dan ikut terbuai oleh permaianan panasn
Nayla terbangun seorang diri. Dia menatap ke arah samping. Tempa itu tampak kosong melompong tidak berpenghuni. Tidak ada laki-laki itu di sana.Entah mengapa wanita itu merasa sangat kecewa. Dia merasa bagai sebuah barang, yang apabila telah selesai dipakai, maka sudah saatnya untuk dibuang.Seharusnya dia merasa senang, karena laki-laki itu tidak ada di sampingnya lagi. Dia begitu membenci Arga. Karena laki-laki itu telah menculiknya, memperkosanya, menyekap dan memaksanya untuk menjadi simpanannya.Selain itu laki-laki itu juga mengancamnya akan menyakiti teman dan juga ibunya bila tidak menuruti semua kemauannya. Benar-benar sikap yang kasar, egois, jahat, sombong dan angkuhnya itu tidak ada yang bagus dari semua sifat-sifatnya.Tapi mengapa ketika dia tidak mendapati lelaki itu ada di sana, ia merasa sangat kecewa. Apakah laki-laki itu kini telah mempengaruhinya? Jangan bilang percintaan mereka semalam telah mempengaruhi pikirannya."Argh ...." Nayla berteriak kesal, ketika mengin
Nayla masih diam tertegun, terus menatap ke arah televisi itu. Di mana di dalam layar televisi tersebut sedang menyiarkan acara perayaan ulang tahun seorang anak kecil yang baru berusia 1 tahun itu adalah anak dari Arga dan Larissa.Entah mengapa hatinya terasa teriris ketika melihat betapa tampak bahagiannya pasangan suami istri itu. "Oh, jadi dia sudah mempunyai anak dari Non Larissa, yang sekarang sedang berulang tahun?Pantas saja laki-laki itu tadi pagi sudah langsung menghilang dari tempat ini," ucapnya membatin merasa pilu.Tanpa terasa air matanya mengalir semakin deras membasahi kedua pipinya. Kesedihan yang ia rasakan kini berlipat ganda, menjadi semakin terasa sakit saja hatinya di saat mengetahui kenyataan itu."Hahaha ...." Nayla tertawa miris, menertawai dirinya sendiri di dalam batin."Kenapa kamu harus merasa sakit seperti ini, Nayla? Jangan bilang kalau kau merasa cemburu dan iri melihatnya bahagian keluarga itu?""Jangan nglunjak, Nayla! Ingat posisimu ini sebagai apa
Aditama yang datang bersama sang istri, dengan wajah yang tampak masih sedikit sedih memberikan ucapan selamat kepada mantan menantunya. Dengan berlapang dada dan berpikiran bijak, ia beserta istri berusaha untuk saling memaafkan dan lebih memilih berdamai dengan keluarga mantan besannya tersebut. Karena mereka menyadari kalau kesalahan bukan hanya terletak pada Arga saja. Melainkan pada putrinya juga yang sama-sama bersalah karena telah berselingkuh. Lagi pula bila ia memilih untuk memusuhi keluarga itu, mereka sendirilah yang akan merugi. Karena pasti keluarga Dewantara akan langsung menghentikan kerjasama dan mencabut segala investasi pada perusahaan miliknya.Sehingga demi memikirkan kelangsungan perusahaan yang dikelolanya, mau tidak mau kedua paruh baya itu lebih memilih untuk berdamai saja dengan keluarga itu.Nayla yang masih tampak tertegun, tersenyum canggung dan sedikit ragu menyambut uluran tangan manta majikannya. "Te-terimakasih, Nyo-nyonya," ucapnya terbata.Sebenarn
"Wah ... kamu cantik sekali, Nis!" Desi yang baru saja datang bersana Wati, langsung memujinya."Terimakasih!" Nayla tersipu malu."Kamu sudah siap?" tanya Wati menepuk pundaknya.Nayla mengangguk pelan."Ya udah, ayo kita turun sekarang. Tamu-tamu udah pada gak sabar nungguin kamu. Apa lagi si Arga," celetuk Wati dengan sengaja ingin mengodanya."Ih, apaan sih?" Nayla tersipu malu."Hahaha ... ternyata ada yang lagi malu-malu kucing nih," ledek Desi."Ah ... sudah-sudah. Ayo kita harus bawa Nayla sekarang. Kalau tidak, yang ada Tuan Agra nanti sampai ngamuk, gimana coba?" timpal Wati yang masih saja terus mengoda Nayla."Iya-ya, benar. Ya udah. Mari Tuan putri ikut kami ke bawah sekarang!" Nayla hanya busa tersenyum dan menggelengkan kepala melihat tingkah kedua temannya itu. Kemudian kedua gadis itu mengiringi Nayla berjalan menuju pelaminan.Lagi-lagi Nayla seperti merasa Dejavu. Di mana dengan dada yang berdegup kencang, ia merasa sangat gugup. Langkah demi langkah ia ayunkan
Dengan dada berdetak kencang, Arga yang kini masih tetap berada di posisinya. Yaitu berlutut di depan Nayla, sungguh merasa sangat resah dan tak sabar ingin mengetahui jawaban darinya.Begitu juga dengan ketiga orang yang berada di depan ruangan itu pun sama tak sabarnya dengan Arga. Seraya terus mengintip lewat kaca bening yang ada di pintu, wajah mereka tampak menegang dan sangat penasaran ingin segera tau apa yang akan dikatakan oleh Nayla.Sementara Nayla kini masih tertegun menatap Arga. Wajah wanita cantik itu masih tampak bimbang untuk mengambil keputusan.Setelah ia berpikir dengan cukup lama, ia pun mempertimbangkan banyak hal. Mulai dari perkataan Ibunya yang menyarankan untuk memberi kesempatan pada Arga, hingga memantapkan bagaimana perasaannya terhadap laki-laki tersebut. Pada akhirnya ia pun memutuskan untuk memaafkannya."Em ... tapi maaf, Arga. A-aku tak akan memaafkanmu jika kau masih saja berlutut seperti ini," ucapnya.Dengan wajah yang berbinar, Arga mengangkat waja
Degh!Seketika itu Nayla tampak syok, panik dan juga sangat cemas mengkhawatirkannya. "Aapaa?! A-arga kecelakaan?" Jelas Nayla langsung terpekik kaget. Begìtu juga Bu Salamah pun sama terkejutnya dengan Nayla. "Ka-kamu jangan bercanda deh, Daniel?" Nayla terbata-bata karena saking paniknya dan juga ketakutan membayangkan hal yang buruk terjadi pada pria itu. "Siapa yang bercanda, Nayla. Beneran Arga sekarang sedang dirawat di rumah sakit ini juga. Da-dan ... keadaanya kini--" Dengan sengaja Daniel menggantung ucapannya. Sehingga membuat hati Nayla semakin menjadi tak karuan. Dengan wajah yang terlihat pucat pasi, ia membayangkan bagaimana keadaan Arga sekarang. Berbagai pikiran buruk mulai bermunculan di benaknya."Kamu tenang dulu ya, Ela! Jangan berpikiran macam-macam dulu!" Bu Salamah mengusap bahunya dengan sangat lembut, berusaha untuk menenangkannya. "Sebaiknya kita melihat Arga sekarang! Di ruang mana dia di rawat?" Wanita paruh baya itu menoleh ke arah Daniel dan Reza. "
Di tempat kejadian.Arga terlihat pingsan di dalam mobil, dalam keadaan duduk menunduk, kepalanya bersandar di atas kemudi mobil. Ada darah yang menetes di dahi akibat benturan keras dengan setir.Mobil itu menabrak sebuah pohon yang ada di pinggir jalan. Sehingga membuat bemper mobil hancur, lampu pada pecah dan kap mobil terbuka. Asap mengepul dari dalam bagian mesin mobil itu."Tolong ... ada yang kecelakaan. Cepat panggil polisi!" Salah satu pengendara motor dengan sigap berteriak meminta tolong dan menghampiri mobil Arga. "Toolong, tolong ... bantuin korban keluar dari dalam mobil!" teriak laki-laki berjaket kulit berwarna hitam.Sehingga membuat beberapa pengendara motor yang kebetulan lewat di sana, datang membantu. Ada sekitar empat atau lima orang yang turun dari motor berusaha memecahkan kaca jendela mobil.Namun tampaknya agak sulit untuk membuka pengait kunci otomatis mobil Arga. "Ah ... sial, macet susah buat dibuka!" seru yang lainnya sedikit mengeluh.Kecelakaan itu me
Bu Salamah yang baru saja kembali setelah mencari makanan di luar buat Nayla sarapan, merasa kaget ketika mendengar suara teriakan putrinya dari dalam kamar. Dengan seketika ia langsung menerobos masuk ke dalam kamar.Dan betapa terkejutnya ia, ketika melihat Arga sedang memeluk paksa Nayla. Lalu dengan sangat geram ia segera mendorong kasar tubuh lelaki itu agar menjauhi putrinya."Apa yang kamu lakukan?" bentaknya seraya menatap nanar pria itu. "Ibu!" Sembari menangis Nayla segera memeluk Ibunya. "Ibu, tolong usir dia dari sini!" tunjuknya ke arah Arga."Aku tidak ingin bertemu dengannya lagi. Tolong jauhkan dia dariku, Ibu!" pintanya. Dengan raut wajah memohon, wanita berpakaian pasien itu tampak begitu tertekan dan sangat membenci Arga."Iya, Ela Sayang. Ini Ibu, Sayang. Sudah kamu yang tenang ya, jangan nangis lagi, ok?" Wanita paruh baya itu balas memeluknya dan mengusap-usap punggunggnya pelan. "Baiklah, Ibu pasti akan menjauhkan laki-laki itu darimu, Ela." Wanita paruh baya i
Dengan satu per satu, mata Nayla menyorot tajam ke semua orang yang kini hanya tertunduk diam membisu tidak ada yang mau angkat bicara.Sehingga membuat hatinya kian merasa sangat penasaran dan juga ketakutan membayangkan sesuatu hal yang buruk telah terjadi pada sang calon buah hatinya kini. "Kenapa kalian semua diam?" tanyanya. "Baiklah kalau kalian tidak mau menjawab, biar aku tanyakan langsung pada dokter saja sekarang." Dengan sifat keras kepalanya, tiba-tiba gadis yang masih diperban kepalanya itu hendak turun dari ranjang. Sehingga membuat semua orang itu pun menjadi panik dan langsung mencegahnya."Jangan, Nayla. Kamu diam saja di sini!" "Dengarkan Ibu, Ela. Kamu 'kan baru sadar dari koma. Jadi, sebaiknya kamu jangan berpikiran yang macam-macam dulu, Ok! Nanti bila kamu sudah benar-benar merasa baikan baru kita akan bicara lagi ya, Sayang!" Dengan penuh kelembutan, Bu Salamah mengusap pelan kepala gadis itu. Berusaha untuk menenangkannya.Namun, tampaknya hati Nayla tetap ta
"Bohong, semua itu tidak benar." Dengan wajah yang terlihat sangat panik dan juga ketakutan, Siska menggelengkan kepala mencoba untuk menyangkal. "Papah, tolong jangan percaya sama dia! Bi-bisa saja dia hanya ingin menuduhku dan ingin membuat Papah jadi salah paham terhadapku, Pah. La-lagi pula mana mungkin aku melakukan itu." Wanita yang tengah berdiri di hadapan suaminya itu terus memohon dan berusaha untuk menyakinkannya.Seperti orang yang sedang berperan sebagai antagonis, Bu Salamah kembali tergelak dengan sangat sinis dan sumbang menertawakan wajah gugup dan ketakutan wanita itu. Sedangkan Bagas masih tak bergeming, diam mematung karena kebingungang. Begitu juga dengan yang lainnya. Dengan berbagai pertanyaan yang kini mulai timbul di hati mereka masing-masing, semua orang itu hanya terdiam tak ada yang mengeluarkan suara sedikit pun. Sungguh mereka kini dibuat syok, kebingungan dan sekaligus penasaran ingin tau apa yang akan dikatakan oleh Bu Salamah selanjutnya. Dan benar
Plakk!Dengan sangat syok, sebelah pipi Arga kembali mendapatkan sebuah tamparan keras dari seorang wanita paruh baya. Sehingga membuat semua orang yang berada di sekitarnya pun langsung dibuat kagèt dan melongo kebingungan melihatnya.Terlebih lagi Daniel dan Reza, ikut meringis miris membayangkan bagaimana rasanya menjadi korban tamparan dari dua orang wanita yang berbeda."Uhh!" Sambil memegangi pipinya sendiri, kedua pria itu cukup merasa prihatin padanya.Namun, kali ini bukanlah Bu Salamah yang melakukannya. Melainkan sang ibu mertuanya.Dengan wajah yang terlihat merah padam, wanita berpakaian modis dan elegan itu melotot tajam ke arahnya menantunya. Sungguh ia merasa sangat marah dan tidak terima dengan tindakan Arga yang telah melaporkan putrinya ke polisi waktu itu. Hingga membuat putrinya menjadi buronan dan berakhir dengan kehilangan nyawa.Keadaan di depan ruang rawat Nayla kini terlihat kembali menegang karena peristiwa itu. Tentu semua orang-orang yang ada di sana tamp