Nayla masih diam tertegun, terus menatap ke arah televisi itu. Di mana di dalam layar televisi tersebut sedang menyiarkan acara perayaan ulang tahun seorang anak kecil yang baru berusia 1 tahun itu adalah anak dari Arga dan Larissa.Entah mengapa hatinya terasa teriris ketika melihat betapa tampak bahagiannya pasangan suami istri itu. "Oh, jadi dia sudah mempunyai anak dari Non Larissa, yang sekarang sedang berulang tahun?Pantas saja laki-laki itu tadi pagi sudah langsung menghilang dari tempat ini," ucapnya membatin merasa pilu.Tanpa terasa air matanya mengalir semakin deras membasahi kedua pipinya. Kesedihan yang ia rasakan kini berlipat ganda, menjadi semakin terasa sakit saja hatinya di saat mengetahui kenyataan itu."Hahaha ...." Nayla tertawa miris, menertawai dirinya sendiri di dalam batin."Kenapa kamu harus merasa sakit seperti ini, Nayla? Jangan bilang kalau kau merasa cemburu dan iri melihatnya bahagian keluarga itu?""Jangan nglunjak, Nayla! Ingat posisimu ini sebagai apa
Ceklik!"Hai, Sayang!" ucap Larissa sembari membuka pintu."La-larissa!" pekik ketiga orang yang ada di dalam kamar itu, secara bersamaan membelalakan mata melihat ke arahnya.Raut wajah mereka tampak syok dan juga tegang. Takut jika wanita itu sampai mendengar pembicaraan mereka tadi."Kalian ini kenapa?" Perempua cantik bergaun merah itu mengerurkan dahinya balas menatap mereka dengan keheranan."Kayak kaget benget ngelihat aku masuk sini? Udah kaya ngelihat setan aja deh, kalian! Sampai-sampai mukanya pada tegang gitu!" celetuknya."Hehehe ...." Dengan saling melirik, ketiga lelaki itu memasang senyum cengir kudanya untuk mencairkan suasana di ruangan tersebut."E-enggak, kami hanya kaget aja. Tau-tau kamu main masuk aja ke sini, sih!" ucap Daniel."Iya, biasalah cowok kalau lagi ngobrol, 'kan suka serius banget. Jadi, ketika melihatmu yang tiba-tiba dah nonggol aja di sini, pastilah kitanya kaget," sahut Arga."Oh begitu, ya! Ya maaf, kirain gak ada kalian berdua di sini. Jadi ya,
"Ja-jadi, dia menangis karena melihatku bersama dengan Larissa? Apakah dia cemburu?" ujar Arga membatin, ia merasa kebingungan."Berarti, apa dia mulai tertarik denganku? Ya, pasti seperti itu. Dan Ini adalah kesempatan bagus untukku agar bisa memanas-manasinya. Baiklah marilah kita liat sekarang bagaiamna reaksinya nanti," pikirnya kegirangan."Ya, sudah. Berikan telefon ini padanya! Bilang saja kalau aku ingin bicara dengannya.""Baik, Tuan!"Lalu si pelayan itu segera berjalan menuju kamar Nayla. Begitu sampai di depan kamar, Susi mengetuk pintu.Tok-tok-tok!"Nona! Tolong buka pintunya! Ini Tuan telefon ingin bicara dengan Anda, Nona!"Nayla yang masih terisak dalam tangisnya terlonjak kaget ketika mendengar suara ketukan pintu. Lalu ia juga mendengar teriakan dari si pelayan tadi. Akan tetapi ia malas untuk menjawabnya.Namun, si pelayan itu tak putus asa. Ia masih terus mengetuk pintu. Sehingga membuatnya mau tak mau harus membukanya.Cekllik!"Ada apa sih, Mbak? Ini sudah malam
Karena merasa kesal dengan penolakan Arga, kini Larissa mencari seseorang untuk melampiaskan rasa kekecewaannya itu.Begitu dia bertemu dengan laki-laki yang telah dihubunginya tadi. Wanita itu langsung menghajarnya dengan brutal di atas ranjang. Sehingga membuat laki-laki itu sampai kualahan menghadapinya.Larissa sudah seperti orang yang kesetanan, dia begitu agresif dan penuh nafsu menyerangnya. Namun, lelaki itu justru sangat menyukainya. Sehingga pertempuran panas antara keduanya pun terjadi sampai pagi menjelang baru menyelesaikannya.Kini keduanya terkulai lemah di atas ranjang dengan nafas yang tersenggal-sengal. Karena merasa kelelahan, masih dalam keadaan polos mereka berpelukan dan langsung terlelap dalam tidurnnyaKeesokan paginya, laki-laki itu terbangun. Ia menoleh ke arah samping, di mana ia mendapati Larissa yang masih tertidur pulas membelakanginya.Lalu munculah sebuah ide jail untuk mengerjainya. Laki-laki itu mulai menciumi tengkuk lehernya dari belakang. Tangannya
"Ha-halo, Tuan," jawab Susi dengan ketakutan."Susi! Apa yang kamu lakukan? Kenapa kamu membiarkan Nayla duduk bersimpuh seperti itu di hadapanmu, Hah?" bentak Arga di dalam sambungan telepon."Bu-bukan seperti itu, Tuan. Saya tadi sudah mencegahnya. Ta-tapi--" "Tapi apa?""Ta-tapi, Nona Naylanya kekeh sedang merengek untuk meminta ponsel saya. Karena beliau ingin menelfon ibunya, Tuan.""Berikan telepon ini padanya sekarang!""Ba-baik, Tuan." Susi yang masih berjongkok di hadapan Nayla menyerahkan ponsel itu."Ini, Nona. Telefon dari Tuan.""Hah! i-iya, halo.""Dengarkan aku, Nayla! Aku tidak ingin melihatmu berbuat bodoh seperti itu lagi. Sekarang kau bangun!" Suara Arga terdengar begitu tegas dan tak bisa terbantahkan."Bagaimana dia bisa tau kalau aku sedang bersimpuh seperti ini?" batin Nayla sembari celingukan ke selyruh arah, mencari sesuatu."Oh, aku tau. Pasti dia memasang CCTV untuk mengawasiku. Dasar laki-laki gila, aku benar-benar dijadikannya seperti tahanan saja olehnya
Setelah keluar dari kamar mandi, Nayla tampak kebingungan. Karena ia tidak mendapati Arga ada di kamarnya lagi."Loh, di mana dia? Katanya mau ngasih aku hadiah kejutan. Sebenarnya apa lagi sih, yang mau dia lakukan?" batinnya penasaran.Kini wanita cantik bertinggi badan 160cm itu sudah tampak lebih fress. Dengan balutan dress pendek selutut berwarna merah muda itu melekat indah di tubuh rampingnya.Sembari bercermin di depan kaca, wanita itu terus berfikir sedang menduga-duga hadiah apa yang akan diberikan Arga padanya nanti.Tok-tok-tok!"Nona! Tuan sudah menunggu Anda di meja makan," ujar si pelayan dari luar kamar"Ya, Mbak. Tunggu bentar! Aku nanti ke sana.""Oh, ternyata dia sedang menungguku di meja makan," gumamnya lagi.Setelah merasa tampilanya sudah ok, wanita cantik dengan rambut yang diurai sebahu itu, kini sedang berjalan menuju ruang makan.Begitu melihat Nayla yang sudah rapi dan cantik,, Arga tampak tertegun dan terpesona olehnya. Dengan mata yang terus meyorot ke ar
"Em ... se-sebenarnya ... itu, a-aku--" Dengan terbata gadis itu tampak gelisah karena bingung mau menjawab apa.Di tengah-tengah kebingungannya tiba-tiba saja Arga merebut ponselnya."E-eh ...." Sontak gadis itu pun terpekik kaget."Hallo, denger ya! Nayla sekarang sedang bersamaku. Dan dia dalam keadaan baik-baik saja. Jadi, kau tidak perlu mengkhawatirkannya lagi, mengerti!" ucap Arga tegas."E-e-eh, iya baik. Ta-tapi maaf i-ini si-a-apa, ya?""Arga!"Tutt ... tutt ...."Apaa?! Tu-tuan Arga!" Jelas gadis berkulit langsat itu terpekik kaget. "Lah-lah ... kok, mati?"Belum sempat Wati menyelesailan ucapannya, ternyata Arga lebih dulu mematikan sambungan telepon itu."Ih ... kok, dimatiin sih?" protes Nayla merasa sangat kesal. "Udah nih, sekarang kau bisa menelpon ibumu!" Tanpa menghiraukan betapa kesalnya gadis tersebut, lelaki berkemeja abu-abu itu malah menyerahkan kembali ponsel itu padanya.Lalu dengan sewot, Nayla segera menyambar benda pipih itu dari tangannya. Jari-jari lent
Tok-tok-tok!Dengan sedikit ragu, Toni sang sopir pribadi Arga memberanikan diri untuk mengetuk pintu kamar Tuannya."Ah ... sial! Siapa sih, ganggu aja," rutuk Arga.Dengan sangat kesal, lelaki bertubuh tegap itu terpaksa menghentikan aksinya. Ia pun bangkit dan merapikan penampilanya yang sudah awu-awutan. Kemudian ia berjalan menuju pintu, lalu membukanya."Ada apa?" tanyanya dengan muka yang sedikit kesal menatap tajam sang sopir."Ma-maaf, jika saya mengganggu, Tu-tuan! Itu semuanya sudah siap sekarang!" jawab Toni sembari tertunduk ketakutan.Pemuda itu mengerti, kalau Tuannya ini pasti sedang marah padanya. Itu semua bisa terlihat dari raut wajahnya yang tampak sedang menahan kekesalan padanya."Hem ... ya udah kamu tunggu di depan. Nanti aku akan menyusul." "Baik, Tuan."Sementara Nayla kini dapat bernafas dengan lega, karena kali ini dirinya bisa terbebas dari cengkraman laki-laki meshum itu."Huh ... dasar meshum! Masa setiap waktu maunya itu mulu, sih?" gumamnya di hati, m
Aditama yang datang bersama sang istri, dengan wajah yang tampak masih sedikit sedih memberikan ucapan selamat kepada mantan menantunya. Dengan berlapang dada dan berpikiran bijak, ia beserta istri berusaha untuk saling memaafkan dan lebih memilih berdamai dengan keluarga mantan besannya tersebut. Karena mereka menyadari kalau kesalahan bukan hanya terletak pada Arga saja. Melainkan pada putrinya juga yang sama-sama bersalah karena telah berselingkuh. Lagi pula bila ia memilih untuk memusuhi keluarga itu, mereka sendirilah yang akan merugi. Karena pasti keluarga Dewantara akan langsung menghentikan kerjasama dan mencabut segala investasi pada perusahaan miliknya.Sehingga demi memikirkan kelangsungan perusahaan yang dikelolanya, mau tidak mau kedua paruh baya itu lebih memilih untuk berdamai saja dengan keluarga itu.Nayla yang masih tampak tertegun, tersenyum canggung dan sedikit ragu menyambut uluran tangan manta majikannya. "Te-terimakasih, Nyo-nyonya," ucapnya terbata.Sebenarn
"Wah ... kamu cantik sekali, Nis!" Desi yang baru saja datang bersana Wati, langsung memujinya."Terimakasih!" Nayla tersipu malu."Kamu sudah siap?" tanya Wati menepuk pundaknya.Nayla mengangguk pelan."Ya udah, ayo kita turun sekarang. Tamu-tamu udah pada gak sabar nungguin kamu. Apa lagi si Arga," celetuk Wati dengan sengaja ingin mengodanya."Ih, apaan sih?" Nayla tersipu malu."Hahaha ... ternyata ada yang lagi malu-malu kucing nih," ledek Desi."Ah ... sudah-sudah. Ayo kita harus bawa Nayla sekarang. Kalau tidak, yang ada Tuan Agra nanti sampai ngamuk, gimana coba?" timpal Wati yang masih saja terus mengoda Nayla."Iya-ya, benar. Ya udah. Mari Tuan putri ikut kami ke bawah sekarang!" Nayla hanya busa tersenyum dan menggelengkan kepala melihat tingkah kedua temannya itu. Kemudian kedua gadis itu mengiringi Nayla berjalan menuju pelaminan.Lagi-lagi Nayla seperti merasa Dejavu. Di mana dengan dada yang berdegup kencang, ia merasa sangat gugup. Langkah demi langkah ia ayunkan
Dengan dada berdetak kencang, Arga yang kini masih tetap berada di posisinya. Yaitu berlutut di depan Nayla, sungguh merasa sangat resah dan tak sabar ingin mengetahui jawaban darinya.Begitu juga dengan ketiga orang yang berada di depan ruangan itu pun sama tak sabarnya dengan Arga. Seraya terus mengintip lewat kaca bening yang ada di pintu, wajah mereka tampak menegang dan sangat penasaran ingin segera tau apa yang akan dikatakan oleh Nayla.Sementara Nayla kini masih tertegun menatap Arga. Wajah wanita cantik itu masih tampak bimbang untuk mengambil keputusan.Setelah ia berpikir dengan cukup lama, ia pun mempertimbangkan banyak hal. Mulai dari perkataan Ibunya yang menyarankan untuk memberi kesempatan pada Arga, hingga memantapkan bagaimana perasaannya terhadap laki-laki tersebut. Pada akhirnya ia pun memutuskan untuk memaafkannya."Em ... tapi maaf, Arga. A-aku tak akan memaafkanmu jika kau masih saja berlutut seperti ini," ucapnya.Dengan wajah yang berbinar, Arga mengangkat waja
Degh!Seketika itu Nayla tampak syok, panik dan juga sangat cemas mengkhawatirkannya. "Aapaa?! A-arga kecelakaan?" Jelas Nayla langsung terpekik kaget. Begìtu juga Bu Salamah pun sama terkejutnya dengan Nayla. "Ka-kamu jangan bercanda deh, Daniel?" Nayla terbata-bata karena saking paniknya dan juga ketakutan membayangkan hal yang buruk terjadi pada pria itu. "Siapa yang bercanda, Nayla. Beneran Arga sekarang sedang dirawat di rumah sakit ini juga. Da-dan ... keadaanya kini--" Dengan sengaja Daniel menggantung ucapannya. Sehingga membuat hati Nayla semakin menjadi tak karuan. Dengan wajah yang terlihat pucat pasi, ia membayangkan bagaimana keadaan Arga sekarang. Berbagai pikiran buruk mulai bermunculan di benaknya."Kamu tenang dulu ya, Ela! Jangan berpikiran macam-macam dulu!" Bu Salamah mengusap bahunya dengan sangat lembut, berusaha untuk menenangkannya. "Sebaiknya kita melihat Arga sekarang! Di ruang mana dia di rawat?" Wanita paruh baya itu menoleh ke arah Daniel dan Reza. "
Di tempat kejadian.Arga terlihat pingsan di dalam mobil, dalam keadaan duduk menunduk, kepalanya bersandar di atas kemudi mobil. Ada darah yang menetes di dahi akibat benturan keras dengan setir.Mobil itu menabrak sebuah pohon yang ada di pinggir jalan. Sehingga membuat bemper mobil hancur, lampu pada pecah dan kap mobil terbuka. Asap mengepul dari dalam bagian mesin mobil itu."Tolong ... ada yang kecelakaan. Cepat panggil polisi!" Salah satu pengendara motor dengan sigap berteriak meminta tolong dan menghampiri mobil Arga. "Toolong, tolong ... bantuin korban keluar dari dalam mobil!" teriak laki-laki berjaket kulit berwarna hitam.Sehingga membuat beberapa pengendara motor yang kebetulan lewat di sana, datang membantu. Ada sekitar empat atau lima orang yang turun dari motor berusaha memecahkan kaca jendela mobil.Namun tampaknya agak sulit untuk membuka pengait kunci otomatis mobil Arga. "Ah ... sial, macet susah buat dibuka!" seru yang lainnya sedikit mengeluh.Kecelakaan itu me
Bu Salamah yang baru saja kembali setelah mencari makanan di luar buat Nayla sarapan, merasa kaget ketika mendengar suara teriakan putrinya dari dalam kamar. Dengan seketika ia langsung menerobos masuk ke dalam kamar.Dan betapa terkejutnya ia, ketika melihat Arga sedang memeluk paksa Nayla. Lalu dengan sangat geram ia segera mendorong kasar tubuh lelaki itu agar menjauhi putrinya."Apa yang kamu lakukan?" bentaknya seraya menatap nanar pria itu. "Ibu!" Sembari menangis Nayla segera memeluk Ibunya. "Ibu, tolong usir dia dari sini!" tunjuknya ke arah Arga."Aku tidak ingin bertemu dengannya lagi. Tolong jauhkan dia dariku, Ibu!" pintanya. Dengan raut wajah memohon, wanita berpakaian pasien itu tampak begitu tertekan dan sangat membenci Arga."Iya, Ela Sayang. Ini Ibu, Sayang. Sudah kamu yang tenang ya, jangan nangis lagi, ok?" Wanita paruh baya itu balas memeluknya dan mengusap-usap punggunggnya pelan. "Baiklah, Ibu pasti akan menjauhkan laki-laki itu darimu, Ela." Wanita paruh baya i
Dengan satu per satu, mata Nayla menyorot tajam ke semua orang yang kini hanya tertunduk diam membisu tidak ada yang mau angkat bicara.Sehingga membuat hatinya kian merasa sangat penasaran dan juga ketakutan membayangkan sesuatu hal yang buruk telah terjadi pada sang calon buah hatinya kini. "Kenapa kalian semua diam?" tanyanya. "Baiklah kalau kalian tidak mau menjawab, biar aku tanyakan langsung pada dokter saja sekarang." Dengan sifat keras kepalanya, tiba-tiba gadis yang masih diperban kepalanya itu hendak turun dari ranjang. Sehingga membuat semua orang itu pun menjadi panik dan langsung mencegahnya."Jangan, Nayla. Kamu diam saja di sini!" "Dengarkan Ibu, Ela. Kamu 'kan baru sadar dari koma. Jadi, sebaiknya kamu jangan berpikiran yang macam-macam dulu, Ok! Nanti bila kamu sudah benar-benar merasa baikan baru kita akan bicara lagi ya, Sayang!" Dengan penuh kelembutan, Bu Salamah mengusap pelan kepala gadis itu. Berusaha untuk menenangkannya.Namun, tampaknya hati Nayla tetap ta
"Bohong, semua itu tidak benar." Dengan wajah yang terlihat sangat panik dan juga ketakutan, Siska menggelengkan kepala mencoba untuk menyangkal. "Papah, tolong jangan percaya sama dia! Bi-bisa saja dia hanya ingin menuduhku dan ingin membuat Papah jadi salah paham terhadapku, Pah. La-lagi pula mana mungkin aku melakukan itu." Wanita yang tengah berdiri di hadapan suaminya itu terus memohon dan berusaha untuk menyakinkannya.Seperti orang yang sedang berperan sebagai antagonis, Bu Salamah kembali tergelak dengan sangat sinis dan sumbang menertawakan wajah gugup dan ketakutan wanita itu. Sedangkan Bagas masih tak bergeming, diam mematung karena kebingungang. Begitu juga dengan yang lainnya. Dengan berbagai pertanyaan yang kini mulai timbul di hati mereka masing-masing, semua orang itu hanya terdiam tak ada yang mengeluarkan suara sedikit pun. Sungguh mereka kini dibuat syok, kebingungan dan sekaligus penasaran ingin tau apa yang akan dikatakan oleh Bu Salamah selanjutnya. Dan benar
Plakk!Dengan sangat syok, sebelah pipi Arga kembali mendapatkan sebuah tamparan keras dari seorang wanita paruh baya. Sehingga membuat semua orang yang berada di sekitarnya pun langsung dibuat kagèt dan melongo kebingungan melihatnya.Terlebih lagi Daniel dan Reza, ikut meringis miris membayangkan bagaimana rasanya menjadi korban tamparan dari dua orang wanita yang berbeda."Uhh!" Sambil memegangi pipinya sendiri, kedua pria itu cukup merasa prihatin padanya.Namun, kali ini bukanlah Bu Salamah yang melakukannya. Melainkan sang ibu mertuanya.Dengan wajah yang terlihat merah padam, wanita berpakaian modis dan elegan itu melotot tajam ke arahnya menantunya. Sungguh ia merasa sangat marah dan tidak terima dengan tindakan Arga yang telah melaporkan putrinya ke polisi waktu itu. Hingga membuat putrinya menjadi buronan dan berakhir dengan kehilangan nyawa.Keadaan di depan ruang rawat Nayla kini terlihat kembali menegang karena peristiwa itu. Tentu semua orang-orang yang ada di sana tamp