Dengan raut wajah datarnya, Nayla hanya terdiam duduk di depan cemin meja rias. Sorot matanya tampak kosong menyorot ke arah cermin yang ada di hadapannya. Dirinya kini terlihat begitu cantik nan anggun, dengan balutan kebaya putih yang melekat indah di tubuh rampingnya. Rambutnya juga disanggul dan wajahnya telah dimake-up oleh kedua orang perias tadi.Sungguh Ia tidak mengerti kenapa ia dirias seperti itu?"Nah, sekarang Nona sudah siap," ucap salah satu orang perias. Yang membuat wanita cantik dengan kebaya putihnya itu terlonjak kaget dan tersadar dari lamunannya."Wah ... lihatlah! Nona benar-benar cantik. Pantas saja Tuan Arga sampai bisa jatuh hati kepada Anda," celetuk orang yang satunya lagi.Nayla hanya tersenyum kecut merespon ucapan keduanya. "Mari kita keluar sekarang, Nona! Pasti Arga sudah tidak sabar menunggu Anda di luar sana," kata si perias itu lagi. Membuat Nayla mengerutkan dahinya semakin merasa kebingungan saja. "Hah! Arga menungguku di luar? Sebenarnya mau
"Marilah kita merayakan malam pertama kita, Nayla!" bisik Arga di dekat telinganya.Nayla merinding mendengar ucapan Arga. Sungguh kali ini ia sudah tidak bisa berbuat apa-apa. Meskipun hatinya dipenuhi kebencian dan amarah yang begitu kuat. Pada akhirnya ia hanya bisa pasrah membiarkan Arga berbuat semaunya.Dengan lembut laki-laki itu mulai menelusuri leher jenjang Nayla dengan bibirnya. Sesekali ia memberikan gigitan-gigitan kecil di leher itu. Dan meninggalkan kismark yang tampak kontras di kulit putihnya. Membuat Nayla meringis kesakitan sekaligus nikmat.Arga membuka sanggul Rania dengan hati-hati. Setelah itu dia membuka kebaya bagian bawah yang masih dikenakan oleh wanita itu.Nayla memasang wajah datarnya, berusaha untuk tidak terpengaruh olehnya. Sudah cukup dia merasa bodoh, ketika dirinya sangat terpengaruh dengan percintaan mereka yang terakhir kali.Meskipun dia kemarin sudah berusaha menolaknya, tapi kenyataanya dia malah terlena dan ikut terbuai oleh permaianan panasn
Nayla terbangun seorang diri. Dia menatap ke arah samping. Tempa itu tampak kosong melompong tidak berpenghuni. Tidak ada laki-laki itu di sana.Entah mengapa wanita itu merasa sangat kecewa. Dia merasa bagai sebuah barang, yang apabila telah selesai dipakai, maka sudah saatnya untuk dibuang.Seharusnya dia merasa senang, karena laki-laki itu tidak ada di sampingnya lagi. Dia begitu membenci Arga. Karena laki-laki itu telah menculiknya, memperkosanya, menyekap dan memaksanya untuk menjadi simpanannya.Selain itu laki-laki itu juga mengancamnya akan menyakiti teman dan juga ibunya bila tidak menuruti semua kemauannya. Benar-benar sikap yang kasar, egois, jahat, sombong dan angkuhnya itu tidak ada yang bagus dari semua sifat-sifatnya.Tapi mengapa ketika dia tidak mendapati lelaki itu ada di sana, ia merasa sangat kecewa. Apakah laki-laki itu kini telah mempengaruhinya? Jangan bilang percintaan mereka semalam telah mempengaruhi pikirannya."Argh ...." Nayla berteriak kesal, ketika mengin
Nayla masih diam tertegun, terus menatap ke arah televisi itu. Di mana di dalam layar televisi tersebut sedang menyiarkan acara perayaan ulang tahun seorang anak kecil yang baru berusia 1 tahun itu adalah anak dari Arga dan Larissa.Entah mengapa hatinya terasa teriris ketika melihat betapa tampak bahagiannya pasangan suami istri itu. "Oh, jadi dia sudah mempunyai anak dari Non Larissa, yang sekarang sedang berulang tahun?Pantas saja laki-laki itu tadi pagi sudah langsung menghilang dari tempat ini," ucapnya membatin merasa pilu.Tanpa terasa air matanya mengalir semakin deras membasahi kedua pipinya. Kesedihan yang ia rasakan kini berlipat ganda, menjadi semakin terasa sakit saja hatinya di saat mengetahui kenyataan itu."Hahaha ...." Nayla tertawa miris, menertawai dirinya sendiri di dalam batin."Kenapa kamu harus merasa sakit seperti ini, Nayla? Jangan bilang kalau kau merasa cemburu dan iri melihatnya bahagian keluarga itu?""Jangan nglunjak, Nayla! Ingat posisimu ini sebagai apa
Ceklik!"Hai, Sayang!" ucap Larissa sembari membuka pintu."La-larissa!" pekik ketiga orang yang ada di dalam kamar itu, secara bersamaan membelalakan mata melihat ke arahnya.Raut wajah mereka tampak syok dan juga tegang. Takut jika wanita itu sampai mendengar pembicaraan mereka tadi."Kalian ini kenapa?" Perempua cantik bergaun merah itu mengerurkan dahinya balas menatap mereka dengan keheranan."Kayak kaget benget ngelihat aku masuk sini? Udah kaya ngelihat setan aja deh, kalian! Sampai-sampai mukanya pada tegang gitu!" celetuknya."Hehehe ...." Dengan saling melirik, ketiga lelaki itu memasang senyum cengir kudanya untuk mencairkan suasana di ruangan tersebut."E-enggak, kami hanya kaget aja. Tau-tau kamu main masuk aja ke sini, sih!" ucap Daniel."Iya, biasalah cowok kalau lagi ngobrol, 'kan suka serius banget. Jadi, ketika melihatmu yang tiba-tiba dah nonggol aja di sini, pastilah kitanya kaget," sahut Arga."Oh begitu, ya! Ya maaf, kirain gak ada kalian berdua di sini. Jadi ya,
"Ja-jadi, dia menangis karena melihatku bersama dengan Larissa? Apakah dia cemburu?" ujar Arga membatin, ia merasa kebingungan."Berarti, apa dia mulai tertarik denganku? Ya, pasti seperti itu. Dan Ini adalah kesempatan bagus untukku agar bisa memanas-manasinya. Baiklah marilah kita liat sekarang bagaiamna reaksinya nanti," pikirnya kegirangan."Ya, sudah. Berikan telefon ini padanya! Bilang saja kalau aku ingin bicara dengannya.""Baik, Tuan!"Lalu si pelayan itu segera berjalan menuju kamar Nayla. Begitu sampai di depan kamar, Susi mengetuk pintu.Tok-tok-tok!"Nona! Tolong buka pintunya! Ini Tuan telefon ingin bicara dengan Anda, Nona!"Nayla yang masih terisak dalam tangisnya terlonjak kaget ketika mendengar suara ketukan pintu. Lalu ia juga mendengar teriakan dari si pelayan tadi. Akan tetapi ia malas untuk menjawabnya.Namun, si pelayan itu tak putus asa. Ia masih terus mengetuk pintu. Sehingga membuatnya mau tak mau harus membukanya.Cekllik!"Ada apa sih, Mbak? Ini sudah malam
Karena merasa kesal dengan penolakan Arga, kini Larissa mencari seseorang untuk melampiaskan rasa kekecewaannya itu.Begitu dia bertemu dengan laki-laki yang telah dihubunginya tadi. Wanita itu langsung menghajarnya dengan brutal di atas ranjang. Sehingga membuat laki-laki itu sampai kualahan menghadapinya.Larissa sudah seperti orang yang kesetanan, dia begitu agresif dan penuh nafsu menyerangnya. Namun, lelaki itu justru sangat menyukainya. Sehingga pertempuran panas antara keduanya pun terjadi sampai pagi menjelang baru menyelesaikannya.Kini keduanya terkulai lemah di atas ranjang dengan nafas yang tersenggal-sengal. Karena merasa kelelahan, masih dalam keadaan polos mereka berpelukan dan langsung terlelap dalam tidurnnyaKeesokan paginya, laki-laki itu terbangun. Ia menoleh ke arah samping, di mana ia mendapati Larissa yang masih tertidur pulas membelakanginya.Lalu munculah sebuah ide jail untuk mengerjainya. Laki-laki itu mulai menciumi tengkuk lehernya dari belakang. Tangannya
"Ha-halo, Tuan," jawab Susi dengan ketakutan."Susi! Apa yang kamu lakukan? Kenapa kamu membiarkan Nayla duduk bersimpuh seperti itu di hadapanmu, Hah?" bentak Arga di dalam sambungan telepon."Bu-bukan seperti itu, Tuan. Saya tadi sudah mencegahnya. Ta-tapi--" "Tapi apa?""Ta-tapi, Nona Naylanya kekeh sedang merengek untuk meminta ponsel saya. Karena beliau ingin menelfon ibunya, Tuan.""Berikan telepon ini padanya sekarang!""Ba-baik, Tuan." Susi yang masih berjongkok di hadapan Nayla menyerahkan ponsel itu."Ini, Nona. Telefon dari Tuan.""Hah! i-iya, halo.""Dengarkan aku, Nayla! Aku tidak ingin melihatmu berbuat bodoh seperti itu lagi. Sekarang kau bangun!" Suara Arga terdengar begitu tegas dan tak bisa terbantahkan."Bagaimana dia bisa tau kalau aku sedang bersimpuh seperti ini?" batin Nayla sembari celingukan ke selyruh arah, mencari sesuatu."Oh, aku tau. Pasti dia memasang CCTV untuk mengawasiku. Dasar laki-laki gila, aku benar-benar dijadikannya seperti tahanan saja olehnya