Tampaklah wanita berumur 36 tahunan kini tengah berdiri di ambang pintu kamar Nayla. Dengan bersedakap, wanita itu menatap sinis gadis yang sedang mengobrol dengan suaminya."Bue, kamu ini ngomong apaan sih?" tegur Darman, merasa sangat kesal dengan sikap istrinya yang selalu saja judes pada Nayla."Lah, emang bener, 'kan? Kita ini butuh uang banyak untuk mengurus adikmu yang gila itu. Buat makannya, terus obatnya dan belum lagi kebutuhan yang lainnya juga. Masih untung loh, aku mau menampung dan mungurus ibunya di sini.""Coba aja, kalau si Nayla nitipin ibunya di rumah sakit jiwa. Pasti dia gak bakal kuat buat bayarnya biaya perawatannya, Pae," cerocos Marlina."Wes cukup, Bue! Sudah malam, sebaiknya sekarang kamu tidur dan jangan ganggu Nayla lagi," tukas Darman. Dengan nada menekan, ia menahan suaranya agar tidak berteriak pada istrinya itu."Cih, siapa juga yang menggagu? Wong aku cuma lagi ngomong kenyataan aja, kok. Yo weslah, sakarepmu, Pak! Sing penting jo lali, Nayla. Nek wes
Beberapa hari sebelumnya.Arga dan Reza kini sedang berada di dalam perjalanan menuju rumah keluarga Bagas Dewantara. Yang tidak lain adalah rumah Arga juga.Dengan mengendarai mobil mewahnya yang berwarna silver, Arga pun menuju ke sana bersama sang asisten yang terkadang suka merangkap menjadi supir pribadinya juga.Ya, memang dengan sengaja lelaki berkulit putih dan berhidung mancung itu memutuskan untuk pulang ke rumah terlebih dahulu. Nanti, di saat Nayla sudah kembali bekerja lagi, sesuai dengan rencana ia akan mendatangi hotel itu kembali.Semenjak ibunya meninggal dunia 7 tahun yang lalu, sebenarnya lelaki tampan yang baru berusia 27 tahunan itu sangat malas untuk pulang ke rumah itu.Namun, demi wasiat mendiang ibunya dulu, yang pernah berpesan, 'Apapun yang terjadi di masa depannya nanti, jangan perna sekalipun ia meninggalkan rumahnya ini!"Sehingga dengan terpaksa Arga harus tetap mau tinggal satu atap bersama dengan dua orang yang sangat ia benci dalam hidupnya ini. Yaitu
Sementara Larissa tampak acuh dan masa bodoh terhadapnya. Selama ini ia merasa cukup senang dengan semua kemewahan yang diberikan oleh Arga kepadanya.Wanita mana sih yang tidak suka dengan kemewahan? Dirinya cukup duduk manis, bisa berfoya-foya dan jalan-jalan bersama teman sosialitanya. Menikmati semua uang yang diberikan oleh Arga di setiap bulannya.Wanita cantik berkulit putih itu berharap selama menjadi istrinya nanti, dengan perlahan ia bisa meraih hati suaminya dan bisa membuatnya jatuh cinta kepada dirinya.Ya, walaupun hingga saat ini ia belum seratus persen berhasil. Setidaknya masih ada waktu 3 tahun lagi, ia akan mengunakan waktu itu dengan sebaik-baiknya.Dan jika itu berhasil. Dengan sangat bangga ia akan menunjukan kepada wanita paruh baya itu bahwa ia mampu menaklulan hati Arga dan akan membuat laki-laki itu tahluk di bawah kakinya."Hem ... mari kita liat saja, Tante! Akan ku buktikan, aku pasti bisa menaklukan hati Arga. Tidak sepertimu, menikah dengan Papah Bagas,
Ceklikk!"Nah, itu dia, Papah!" ujar Larissa. Sembari membawa seorang bayi cantik dalam gendongannya, wanita cantik itu masuk ke dalam kamar.Arga langsung tersenyum manis melihatnya."Hai, Sayang. Kok, belum tidur, Cantik?" ucapnya dengan sangat lembut menyapa bayi kecil tersebut.Larissa bergerak mendekatinya. "Iya, Papah. Cassy, 'kan mau ketemu sama Papah dulu. Baru setelah itu mau tidul, Papah." Dengan menirukan suara anak kecil, Larossa berpura-pura sedang berperan sebagai putrinya.Lalu Arga langsung menggendong putri kecil itu dan mencium kedua pipi gembul miliknya."Mmuach ... muach! Apakah kau kangen sama Papah? Papah juga, Sayang." Sembari terus menciumi wajah gadis kecil itu dengan sangat gemas. Wajahnya kini terlihat sumringah.Sembari bergerak lincah, anak kecil itu tertawa kegelian di dalam dekapannya."Udah, malam. Sebaiknya kau bawa Cassy untuk tidur sekarang!" kata David menoleh ke arah istrinya."Ayo, Sayang. Sudah waktunya untuk tidur sekarang!" Larissa mengambil ali
"Ah ... Tidak-tidak-tidak! Mungkin aku hanya salah dengar saja. Lagi pula tidak mungkin Arga bisa mengenal cewek kampungan itu?" pikirnya.Di tengah-tengah kelelahannya, wanita yang kini terkulai lemas di atas ranjang merasa sedikit kebingungan. Namun, karena ia masih merasa mengantuk, ia tak mau ambil pusing dan memilih untuk kembali melanjutkan tidurnya saja.Setelah terselesaikan, laki-laki itu kembali bersikap dingin lagi padanya. Tidak ada sebuah ciuman mesra ataupun pelukan hangat sebagai tetimakasih padanya.Yang ada lekaki itu langsung saja memisahkan diri dan segera masuk ke dalam kamar mandi. Lalu, tak berselang lama suara gemercik air mengalir mulai terdengar. Menandakan kalau laki-laki tersebut sedang membersihkan diri di sana.Selang beberapa menit kemudian, Arga sudah keluar dari kamar mandi. Dengan hanya menggunakan handuk putih yang melilit di pinggang, pria itu berjalan mendekat ke arah meja samping ranjang.Ia hanya menatap datar wanita yang telah dihajarnya dengan h
"Ma-maaf, Tuan. A-anda salah orang. Nama sa-saya bukan Nayla. Nama saya adalah ... A--" Belum sempat Nayla mengelak, terlebih dahulu Arga menyelanya."Anissa, alias Nayla Putri Anissa, bukan?"Degg!Dengan wajah yang tampak kembali syok, gadis itu mendungak menatap laki-laki itu dengan tidak percaya."Hahaha ... kenapa? Kau kaget?" Arga kembali tergelak, sedang menertawakan bagaimana reaksi gadis yang ada di hadapannya ini tampak sangat terkejut mendengar ucapannya."Sudahlah, Nayla! Aku sudah tau siapa dirimu. Nayla Putri Anissa gadis asal kota Jogjakarta yang dulu pernah bekerja di rumah Larissa." Dengan menampilkan seringai jahat, lelaki tersebut mulai membelai lembut wajah pucat gadis itu."Dan ... gadis itu adalah pengantin palsu yang pernah mengantikannya dulu." Arga menatap wanita itu lekat-lekat. Ekpresi wajahnya tampak begitu marah dan seperti telah menyimpan dendam yang sangat lama padanya.Namun, dalam lubuk hatinya yang paling dalam, sebenarnya dia merasa sangat senang kar
"Aa ...." Nayla kembali terpekik kaget. Karena dengan tanpa terduga ternyata Arga malah menarik tangannya dan langsung memanggul tubuhnya di atas bahu.Sudah seperti karung beras saja, tubuh atletis itu dengan mudah menganggkat tubuh rampingnya yang terasa sangat ringan baginya.Sontak membuat Nayla langsung meronta-ronta. Dengan menggerakkan kakinya, kedua tangannya memukuli punggung kekar laki-laki yang kini tengah mengendongnya dengan paksa.Namun, pukulan itu tak berarti apa-apa baginya. Lelaki itu seolah tak merasa kesakitan sama sekali oleh serangannya ini.Kemudian dengan kasar Arga menjatuhkan tubuh gadis itu di atas kasur. Dan dengan cepat ia menindih wanita tersebut."Mulai sekarang, bersiap-siaplah menanggung akibatnya, Nayla!" Arga kembali menyambar bibirnya lagi. Menekannya dan memaksanya untuk mau membalas dan mengimbangi permainnanya.Namun gadis itu masih menutup rapat bibirnya tidak mau membalasnya. Terpaksa Arga menggigitnya, sehingga membuat Nayla pun membuka mulutn
"A-arga?!" Nayla terpekik kaget.Dengan membelalakan kedua mata, gadis cantik yang semula sedang tertidur di atas tempat tidurnya itu langsung terbangun. Kini wajahnya tampak marah dan juga gelisah di saat tau siapa orang yang kini sedang menghubunginya.Tidak usah ditanya, bagaimana pria itu bisa mengetahui nomer teleponnya. Apa yang tidak bisa dilakukan oleh pria itu? Dengan harta yang belimpah dan segala kekuasaan yang ia miliki, tidak ada yang tidak mungkin baginya.Termasuk juga untuk menggali semua informasi tentangnya. Terlebih lagi pria tersebut adalah si pemilik hotel tempat ia bekerja kini. Tentu saja lelaki itu sudah mencari informasi tentangnya di hotel tersebut."Yes, it's me. Ternyata kau sudah mengenali suaraku, Sayang?" Arga terkekeh sengaja ingin mengejeknya."Apa maumu?" tanya Nayla geram."Hahaha ... aku sangat suka dengan orang yang to the poin sepertimu, Sayang.""Sudahlah, jangan banyak omong! Sebenarnya apa maumu sekarang?" bentak Nayla yang sudah tampak emosi.